BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Haqqah ayat 21-25

Tafsir Surah Al-Haqqah ayat 21-25

Tafsir Surah Al-Haqqah ayat 21-25 menerangkan balasan bagi orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanan, mereka akan tinggal di tempat yang indah, terdapat taman dan kebun-kebun yang menyenangkan mata memandang, mereka berada dalam kehidupan yang diridai. Tafsir Surah Al-Haqqah ayat 21-25 juga menerangkan keadaan orang kafir ketika menerima catatan amalnya semasa hidup.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Haqqah ayat 17-20


Ayat 21

Pada ayat ini, diterangkan bahwa balasan yang diterima orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanan adalah berada dalam kehidupan yang diridai. Hidup yang diridai itu adalah hidup yang dicita-citakan oleh setiap orang yang beriman, yaitu hidup yang diridai Allah, seluruh manusia, bahkan seluruh makhluk Allah. Tidak ada satu pun yang menaruh iri, dengki, dendam, dan benci kepadanya, sehingga segala sesuatu yang dihadapinya adalah baik dan menimbulkan kebaikan kepada dirinya. Tidak ada sesuatu yang menyakitkan hatinya dan tidak ada perbuatan atau sikap yang menyinggung perasaannya, semuanya enak didengar dan dirasakan.

Dalam firman Allah yang lalu diterangkan bahwa jiwa yang tenang adalah jiwa yang hidup dalam kehidupan yang diridai dan termasuk kelompok hamba-hamba Allah:

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ  ٢٧  ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ  ٢٨  فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ  ٢٩  وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ  ٣٠ 

Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr/89: 27-30)

Ayat 22-23

Ayat ini menerangkan keadaan tempat yang disediakan bagi orang-orang yang beriman di akhirat nanti, yakni suatu tempat yang indah, dan nyaman dengan kebun-kebun dan taman-taman yang menyenangkan hati orang yang memandangnya, dan pohon-pohon yang berbuah rendah, mudah dipetik oleh siapa saja yang menghendakinya, baik sambil berdiri, sambil duduk maupun sambil berbaring.

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:

مُّتَّكِـِٕيْنَ فِيْهَا عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِۚ  لَا يَرَوْنَ فِيْهَا شَمْسًا وَّلَا زَمْهَرِيْرًاۚ  ١٣  وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلٰلُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوْفُهَا تَذْلِيْلًا   ١٤

Di sana mereka duduk bersandar di atas dipan, di sana mereka tidak melihat (merasakan teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang berlebihan. Dan naungan (pepohonan)nya dekat di atas mereka dan dimudahkan semudah-mudahnya untuk memetik (buah)nya. (al-Insan/76: 13-14)

Ayat 24

Para malaikat berkata kepada orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanan di dalam surga, “Makanlah segala macam jenis buah-buahan dan segala rupa makanan yang ditemukan di dalam surga ini, dan minum pulalah sepuas hati minuman-minuman yang enak dan menyegarkan. Tidak ada satu pun yang dapat melarang kamu mengambilnya, semuanya itu disediakan untuk kamu sekalian. Semuanya itu disediakan karena kamu sekalian telah beriman kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh serta tunduk dan menyerahkan diri kepada-Nya selama kamu hidup di dunia dahulu.”

Dari perkataan “bima aslaftum” (karena amal yang telah kamu kerjakan) dapat dipahami bahwa pahala yang diterima di akhirat nanti adalah balasan dari hasil iman dan amal perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia. Hal ini berarti bahwa mustahil seorang hamba memperoleh pahala dari Allah jika ia tidak beriman dan beramal.

Dari perkataan hani’an (dengan sedap) dapat dipahami bahwa makanan dan minuman yang diberikan di dalam surga adalah makanan dan minuman yang luar biasa enaknya, dan tidak pernah ada yang seenak itu rasanya di dunia.

Ayat 25

Dalam ayat ini diterangkan keadaan orang kafir di akhirat ketika menerima catatan amal perbuatan yang mereka kerjakan selama hidup di dunia. Kepada mereka disampaikan catatan amal perbuatannya dari sebelah kiri dan menerimanya dengan tangan kiri. Setelah membaca catatan itu, timbullah ketakutan dalam hatinya karena berdasarkan catatan itu, ia pasti dimasukkan ke dalam neraka. Ia berkata, “Alangkah jeleknya perbuatanku dan alangkah bahagianya aku seandainya amalku yang berisi seperti ini tidak diberikan kepadaku, aku tidak menyangka bahwa semua perbuatanku di dunia tercatat dalam kitab ini.”

Orang kafir berada dalam ketakutan yang luar biasa ketika menerima catatan amalnya, seakan-akan telah ditimpa azab yang dahsyat. Padahal mereka belum ditimpa azab tersebut. Hal ini memberi pengertian bahwa azab rohani itu lebih berat dari azab jasmani.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Haqqah ayat 26-32


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Jami‘ al-Baya fi Tafsir al-Qur’an karya Muhammad al-Ijiy

Mengenal Tafsir Jami‘ al-Bayan Karya Muhammad Al-Ijiy

0
Nama Jami‘ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an dalam kajian tafsir di Indonesia memang tidak begitu atau bahkan tidak populer sama sekali. Hasil pencarian yang penulis...