Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 106-107

tafsir surah al isra'
tafsir surah al isra'

Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 106-107 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai alasan penurunan al-Qur’an secara berangsur-angsur. Kedua berbicara mengenai perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw agar manyatakan kebenaran al-Qur’an.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 103-105


Ayat 106

Dalam ayat ini Allah swt menerangkan bahwa Al-Qur’an diwahyu-kan kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur sebagian demi sebagian, agar ia dapat membacakannya kepada umatnya, serta memberi pemahaman secara perlahan-lahan.

Ayat Al-Qur’an pertama kali diwahyukan di bulan Ramadan, pada malam qadar, kemudian seterusnya diturunkan kepada Nabi berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan dan peristiwa yang terjadi dalam tempo kurang dari duapuluh tiga tahun. Dengan penurunan secara berangsur-angsur itu, umat Islam memperoleh keutamaan dan manfaat yang besar, antara lain:

Pertama: Kaum Muslimin mudah menghafalnya ketika diturunkan.

Kedua: Kaum   Muslimin   berkesempatan   untuk   memahami   setiap kelompok ayat yang diturunkan, karena jangkauan maknanya yang luas memerlukan waktu yang cukup untuk memahaminya agar mendapat pemahaman yang tepat dan benar.

Ketiga: Kaum Muslimin tidak mengalami kegoncangan jiwa yang berarti dalam menghadapi berbagai perubahan yang dibawa oleh Islam. Sebelum kedatangan agama Islam, mereka menganut kepercayaan animis yang bermacam-macam, dan tidak memiliki peraturan dan tata kehidupan yang dipatuhi.

Penurunan Al-Qur’an secara berangsur-angsur mempermudah mereka menyesuaikan diri dengan ajaran-ajaran yang baru, baik ajaran yang berhubungan dengan akidah, maupun yang berhubungan dengan ibadah dan kemasyarakatan.

Keempat: Sebagian ayat-ayat Al-Qur’an merupakan penjelasan yang berhubungan dengan suatu peristiwa yang terjadi.

Firman Allah swt:

وَلَا يَأْتُوْنَكَ بِمَثَلٍ اِلَّا جِئْنٰكَ بِالْحَقِّ وَاَحْسَنَ تَفْسِيْرًا ۗ

Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik. (al-Furqan/25: 33)

Dengan demikian, kaum Muslimin merasakan bahwa mereka selalu mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah swt ketika menghadapi setiap peristiwa yang terjadi di antara mereka.

Bagi Nabi Muhammad saw, penurunan Al-Qur’an secara berangsur-angsur itu amat besar manfaatnya dalam memperteguh hatinya, seperti dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْاٰنُ جُمْلَةً وَّاحِدَةً ۛ كَذٰلِكَ ۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا

Dan orang-orang kafir berkata, ”Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Mu-hammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur,  perlahan dan benar). (al-Furqan/25: 32)

Pada umumnya ayat-ayat yang diturunkan berkisar antara lima sampai dengan sepuluh ayat sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana Umar bin Khattab berkata:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: تعلموا الْقُرْآنَ خَمْسَ آيَاتٍ خَمْسَ آيَاتٍ فَإِنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنْزِلُ بِهِ خَمْسًا خَمْسًا. (رواه البيهقي)

Diriwayatkan dari Umar r.a., dia berkata, “Pelajarilah Al-Qur’an lima ayat lima ayat. Karena sesungguhnya Jibril menurunkannya lima ayat lima ayat. (Riwayat al-Baihaqi).


Baca juga: Ketika Al-Quran Dibaca, Dengarkan dan Perhatikanlah!


Ayat 107

Dalam ayat ini Allah swt memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menyatakan dengan tegas kepada kaum musyrikin yang ingkar kepada kebenaran Al-Qur’an itu, bahwa sekiranya mereka beriman maka keimanan mereka itu tidaklah memperkaya perbendaharaan rahmat-Nya.

Demikian pula sebaliknya, sekiranya mereka tetap ingkar, tidak mau beriman kepada Al-Qur’an, keingkaran dan penolakan mereka itu tidaklah mengurangi keagungan Allah swt. Firman Allah:

وَقَالُوْا لَنْ نُّؤْمِنَ لَكَ حَتّٰى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الْاَرْضِ يَنْۢبُوْعًاۙ

Dan mereka berkata, ”Kami tidak akan percaya kepadamu (Muhammad) sebelum engkau memancarkan mata air dari bumi untuk kami. (al-Isra’/17: 90)

Pernyataan Rasul saw ini merupakan celaan dan kecaman kepada kaum musyrikin, serta mengandung penghinaan kepada mereka. Bagaimanapun sikap mereka terhadap Al-Qur’an, tidak patut dipedulikan. Kebenaran Al-Qur’an tidak tergantung kepada sikap orang-orang yang ingkar itu.

Tidak mengherankan kalau mereka menolak kebenaran Al-Qur’an, karena mereka memang orang Jahiliah. Tetapi orang-orang baik dan terpelajar di antara mereka tentu beriman dan tunduk sepenuhnya bila mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan.

Seperti Zaid bin Amru bin Nufail dan Waraqah bin Naufal yang telah membacakan kitab-kitab suci yang terdahulu sebelum Al-Qur’an diturunkan, dan mereka mengetahui kelak pada waktunya akan lahir seorang rasul akhir zaman.

Mereka sujud dan bersyukur kepada Allah swt yang telah memenuhi janji-Nya, yaitu mengutus Muhammad saw sebagai rasul terakhir. Dengan turunnya ayat ini, Nabi Muhammad saw merasa terhibur hatinya, karena keimanan orang-orang yang terpelajar lebih berarti dari keimanan orang-orang jahil, meskipun keimanan orang-orang jahil itu tetap diharapkan.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Isra’ Ayat 108-109


(Tafsir Kemenag)