BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 101-102

Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 101-102

Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 101-102 menegaskan bahwa ketika hari Kiamat sudah terjadi, maka tidak ada kesempatan kedua bagi manusia untuk melakukan kebaikan. Pun, tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka dari peradilan Allah, kecuali amal kebaikan yang mereka lakukan selama hidup di dunia, dan Allah adalah Hakim yang Maha Adil, tidak ada yang luput dari pantauan-Nya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 97-100


Ayat 101

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa apabila sangkakala ditiup untuk kedua kalinya dan arwah dikembalikan kepada tubuhnya masing-masing pada hari kebangkitan nanti, maka pada waktu itu tidak ada lagi manfaat pertalian nasab.

Seseorang tidak dapat lagi membanggakan nasabnya, bahwa dia berasal dari keturunan bangsawan sebagaimana halnya pada waktu ia masih berada di dunia. Tidak ada perbedaan antara seseorang dengan yang lain, semua terpengaruh suasana yang meliputinya.

Mereka kebingungan dan diliputi perasaan takut karena kedahsyatan hari itu, sehingga hilanglah rasa cinta dan kasih sayang. Masing-masing memikirkan dirinya sendiri dan tidak mau tahu orang lain, sebagaimana yang dilukiskan di dalam firman Allah:

فَاِذَا جَاۤءَتِ الصَّاۤخَّةُ ۖ  ٣٣  يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِۙ  ٣٤  وَاُمِّهٖ وَاَبِيْهِۙ  ٣٥  وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِۗ  ٣٦  لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِۗ  ٣٧

Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. (‘Abasa/80: 33-37).

Mereka tidak lagi saling tegur dan bertanya. Tidak seorang pun di antara mereka yang menanyakan keadaan keluarga dan keturunannya, sebagaimana halnya di dunia. Mereka seolah-olah tidak saling mengenal lagi. Firman Allah:

وَلَا يَسْـَٔلُ حَمِيْمٌ حَمِيْمًاۚ

Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya. (al- Ma‘ārij/70: 10).

Mereka kebingungan seperti orang-orang yang sedang mabuk, padahal mereka tidak mabuk. Firman Allah:

يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ اَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكٰرٰى وَمَا هُمْ بِسُكٰرٰى وَلٰكِنَّ عَذَابَ اللّٰهِ شَدِيْدٌ

(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras. (al-Hajj/22: 2)


Baca Juga: Tafsir Surah Yasin Ayat 48-50: Hari Kiamat Datang dengan Tiba-Tiba


Ayat 102

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berat timbangan amal kebaikannya yaitu orang-orang yang beriman dan banyak beramal saleh di dunia, adalah orang-orang yang beruntung dan berbahagia.

Pada hari Kiamat nanti, seseorang sebelum ditetapkan nasibnya, apakah ia dimasukkan ke dalam surga atau ke dalam neraka, lebih dahulu ia akan diajukan ke pengadilan yang akan memberi keputusan yang seadil-adilnya.

Tidak akan terjadi kecurangan dalam proses pengadilan itu karena yang menjadi hakimnya ialah Allah sendiri. Berbeda halnya dengan pengadilan di dunia ini, orang yang bersalah adakalanya diputuskan tidak bersalah, karena pintarnya bersilat lidah, memutarbalikkan keadaan atau karena kelicikan pembelanya, sehingga hakim menjadi terkecoh.

Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak bersalah ada kemungkinan diputuskan bersalah karena tidak mampu membayar pembela yang pintar dan sebagainya. Setiap keputusan di dunia yang tidak adil akan dimentahkan kembali dan akan diputuskan sekali lagi di akhirat dengan seadil-adilnya.

Segala sangkut paut yang belum selesai di dunia ini akan diselesaikan nanti di akhirat dengan seadil-adilnya. Setelah melalui proses pengadilan dan sangkut paut masing-masing telah diselesaikan maka untuk mengetahui kadar kebaikan dan kejahatan masing-masing diadakan timbangan, sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah:

وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ

Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit. (al- Anbiyā`/21: 47).

Barangsiapa yang berat timbangan amal kebaikannya, berbahagialah ia. Sejalan dengan ayat 102 ini firman Allah:

فَاَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهٗۙ  ٦  فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ  ٧

Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). (al-Qāri`ah/101: 6-7)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Mu’minun 103-105


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU