BerandaTafsir TahliliTafsir Surah an Nazi’at Ayat 12-22

Tafsir Surah an Nazi’at Ayat 12-22

Setelah sebelumnya berbicara mengenai hari kebangkitan yang diingkari oleh orang-orang musyrik, kali ini dalam Tafsir Surah an Nazi’at Ayat 12-22 akan berbicara mengenai kesadaran mereka bahwa hari kebangkitan merupaka sesuatu yang pasti.


Baca juga: Tafsir Surah an Nazi’a’t Ayat 1-10


Kala itu orang-orang musyrik menyatakan kesadarannya bahwa hari kebangkitan itu nyata. Untuk lebih menyadarkan lagi, dalam Tafsir Surah an Nazi’at Ayat 12-22 ini juga dikemukakan kisah Nabi Musa as. Bagaimana Nabi Musa as berdakwah kepada Fir’aun yang sudah melewati batas.

Ayat 12-14

Dalam ayat ini akhirnya mereka berkata juga, “Kalau demikian, sungguh kami akan mengalami pengembalian yang sangat merugikan.” Allah menjawab ejekan dan penyesalan mereka itu dengan menjelaskan bahwa pengembalian itu cukup sederhana saja, yaitu dapat terjadi hanya dengan satu kali tiupan saja oleh Malaikat Israfil.

Akhirnya mereka menyadari bahwa manusia tidak dapat memandang peristiwa hari kebangkitan itu sebagai mustahil. Sebab, dengan itu mereka dapat serta merta akan hidup kembali di permukaan bumi sebagai permulaan hari akhirat.

Ayat 15-16

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan Nabi Muhammad tentang kisah Musa dalam bentuk pertanyaan, yaitu apakah belum diketahui olehnya tentang kisah Musa yang diutus Allah kepada Fir’aun untuk menyampaikan risalahnya dengan cara yang halus dan lemah lembut seperti tercantum dalam firman Allah:

فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى   ٤٤

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. (Taha/20: 44)


Baca juga: Tafsir Surah Yasin Ayat 43-44: Kuasa Allah Swt dan Bahtera Nabi Nuh As


Ayat 17-19

Tugas Nabi Musa ialah supaya pergi kepada Fir’aun dan menasihatinya karena Fir’aun sudah melampaui batas, berlaku sombong terhadap Bani Israil dan memperbudak mereka dengan kekejaman yang luar biasa dan di luar peri kemanusiaan.

Di antaranya adalah perintah untuk membunuh bayi-bayi laki-laki dan membiarkan bayi perempuan hidup. Kemudian Allah menyuruh Nabi Musa supaya melaksanakan dakwah dengan halus dan lemah lembut.

Nabi Musa diperintahkan untuk berdialog secara baik-baik dengan Fir’aun dan mengemukakan pertanyaan apakah Fir’aun mau membersihkan diri dari kesesatan. Fir’aun telah bergelimang dalam kesesatan, sehingga sebaiknya mau menerima petunjuk dari Allah yang dibawa Nabi Musa. Fir’aun perlu menempuh jalan kebajikan yaitu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Kemudian Nabi Musa diperintahkan untuk menjelaskan secara terbuka dengan mengajak Fir’aun untuk mengikuti risalahnya menuju ke jalan Allah dengan bertakwa kepada-Nya.

Ayat 20-22

Kemudian Allah menerangkan bahwa Fir’aun tetap membangkang dan tidak mau mengikuti ajakan Nabi Musa sehingga Musa terpaksa memperlihatkan mukjizat-mukjizatnya.

Lalu Musa memperlihatkan kepada Fir’aun mukjizat yang besar yaitu tongkat menjadi ular dan telapak tangan yang bersinar terang. Meskipun begitu, Fir’aun masih mengingkari kenabian Musa dan tetap bersikap durhaka dan menentang Allah. Kemudian Fir’aun berpaling dan berusaha untuk mengadakan perlawanan kepada Musa.


Baca setelahnya: Tafsir Surah an-Nazi’at Ayat 23-30


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...