BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 150-156

Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 150-156

Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 150-156 berbicara mengenai dakwah Nabi Saleh kepada kaumnya. Mereka menolak seruan Nabi Saleh meski bukti-bukti kebenarannya tidak dapat dibantah oleh kaumnya.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 146-149


Ayat 150-152

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Nabi Saleh tetap melaksanakan tugasnya sebagai rasul Allah. Dia menyeru kaumnya untuk bertakwa kepada Allah, dan mengikuti agama yang disampaikannya.

Nabi Saleh juga mengajak mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang diridai Allah dan bermanfaat bagi hidup mereka di dunia dan di akhirat, yaitu menyembah Allah yang telah memberikan berbagai nikmat itu kepada mereka. Nabi Saleh mengingatkan agar mereka tidak lagi menaati para pemimpin mereka yang selalu mengerjakan kejahatan, kemaksiatan, dan kerusakan di bumi ini.

Ayat 153

Semua yang dikemukakan Nabi Saleh kepada kaumnya, berupa bukti-bukti kebenaran dakwah, tidak dapat mereka bantah. Bahkan hati mereka mengakui kebenaran yang disampaikan kepada mereka, tetapi jiwa mereka yang telah rusak yang menyebabkan mereka ingkar kepada seruan Nabi Saleh.

Oleh karena itu, mereka mengatakan kepada Nabi Saleh, “Hai Saleh, engkau mengemukakan sesuatu kepada kami yang bertujuan agar kami meninggalkan agama nenek moyang kami, dan mengikuti agama yang engkau bawa.

Cara-cara engkau menyampaikan agama itu sangat menarik dan memesona kami, seakan-akan engkau telah menyihir kami. Sebenarnya engkau telah gila dan terkena sihir, karena tuhan kami telah menimpakan penyakit gila kepadamu, maka tiada pantas lagi kami mendengar perkataanmu dan menerima ajakanmu.”


Baca juga: Tafsir Ahkam: Ini Perbedaan Wudhu dan Tayamum yang Wajib Diketahui


Ayat 154-156

Kaum Samud tetap tidak percaya pada kerasulan Nabi Saleh karena menurut mereka, dia adalah manusia biasa seperti mereka juga. Seharusnya rasul yang diutus Allah itu bukan manusia biasa, tetapi malaikat atau makhluk yang berbeda dengan mereka.

Utusan harus sanggup melakukan sesuatu yang ajaib dan aneh, di mana manusia tidak sanggup melaksanakannya.Oleh karena itu, mereka meminta Nabi Saleh untuk mendatangkan mukjizat sebagai bukti kerasulannya, atau yang menunjukkan bahwa dia adalah benar-benar nabi yang diutus Allah kepada mereka.

Allah memenuhi keinginan mereka dengan mendatangkan seekor unta betina sebagai mukjizat bagi Nabi Saleh. Mereka dilarang mengganggu unta tersebut, dan membiarkannya makan dan minum sesukanya. Nabi Saleh mengancam mereka dengan mengatakan bahwa mereka akan segera diazab Allah jika mengganggu unta itu.

Aspek-aspek kemukjizatan unta itu menurut para mufasir ialah:

  1. Unta itu keluar dari batu, sedangkan unta-unta yang lain tidak demikian.
  2. Sumber-sumber air minum penduduk dibagi dua antara unta dan penduduk negeri itu. Pada hari unta itu minum, penduduk tidak boleh mengambil air. Untuk memenuhi keperluan air minum, mereka diper-bolehkan memerah susu unta itu. Pada waktu giliran penduduk mengambil air, maka unta tidak datang untuk minum air ke tempat itu.
  3. Pada hari unta itu minum, binatang-binatang lain tidak datang ke tempat itu.;Sifat luar biasa dari unta itu merupakan bukti yang nyata bagi kerasulan Saleh. Mereka akan dibinasakan oleh Allah, jika melanggar perintah-Nya tentang unta itu.

Larangan Nabi Saleh agar mereka tidak menyentuh dan mengganggu unta itu tidak mereka hiraukan, bahkan mereka ingin membuktikan kebenaran ucapan Nabi Saleh. Oleh sebab itu, mereka ingin membunuhnya dan menantang apa yang telah diancamkan kepada mereka. Nabi Saleh mengatakan bahwa mereka akan dibinasakan oleh Allah setelah berlalu tiga hari karena perbuatan membunuh unta itu.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Asy-Syu’ara Ayat 157-159


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...