Tafsir Surah Saba’ Ayat 11-13

Tafsir Surah Saba’ Ayat 11-13 berbicara tentang kemukjizatan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Diantara mukjizat Nabi Daud adalah mampu melunakkan besi, mukjizat tersebut dipilih Allah sesuai dengan kondisi masyarakat tersebut yang banyak berprofesi sebagai pandai besi. Namun jelas, baju besi dari Daud jauh berbeda dan lebih bagus dari baju besi kaumnya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Saba’ Ayat 9-10


Selanjutnya, Tafsir Surah Saba’ Ayat 11-13 juga megisahkan tentang mukjizat Nabi Sulaiman, diantaranya adalah mampu berinteraksi dengan segala makhluk, seperti; angin, hewan, jin, dll. Diceritakan dalam ayat ini, bagaimana Allah memerintahkan angin dan jin untuk tunduk pada Sulaiman, membantu apa saja yang menjadi kebutuhannya, termasuk membangun istana.

Ayat 11

Lalu Allah memerintahkan kepada Nabi Daud supaya membuat baju besi istimewa dari bahan besi yang lunak bukan seperti baju yang dikenal pada masa itu. Biasanya baju besi pada masa itu dibuat dari kepingan-kepingan besi yang tipis disusun seperti baju, tetapi baju besi itu sangat mengganggu pemakainya selain menimbulkan panas pada badan dan membatasi gerak.

Tetapi, baju besi yang dibuat Daud, karena besinya telah menjadi lunak, jauh berbeda dengan baju besi biasa. Baju besi itu dibuat seperti gulungan-gulungan rantai yang disusun rapi sehingga baju besi itu mengikuti gerak badan.

Dengan demikian, pemakainya dapat bergerak dengan bebas tanpa merasakan gangguan apa pun. Dengan baju besi yang lunak itu, Daud dapat membuat alat senjata yang baru untuk mempertahankan kerajaannya dari serangan musuh.

Kemudian untuk mensyukuri karunia yang diberikan-Nya, Allah memerintahkan pula supaya Daud dan kaumnya selalu mengerjakan amal saleh dan mempergunakan segala nikmat yang dikaruniakan Allah itu untuk mencapai keridaan-Nya. Dia selalu melihat dan mengetahui apa yang dikerjakan oleh hamba-Nya.


Baca Juga : 3 Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an Menurut Manna’ Khalil al-Qathan


Ayat 12

Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah menundukkan angin untuk Nabi Sulaiman sehingga dapat membawanya ke tempat-tempat yang diingininya dengan cepat sekali. Dalam waktu setengah hari saja angin dapat membawanya ke tempat yang jaraknya sebulan perjalanan, baik perjalanan itu pada waktu pagi sampai zuhur maupun pada waktu siang mulai dari zuhur sampai terbenamnya matahari.

Qat±dah dalam menafsirkan ayat ini menyatakan, “Angin dapat membawa Sulaiman dari pagi sampai tergelincirnya matahari sejauh sebulan perjalanan dan dari tergelincirnya matahari sampai terbenamnya sejauh sebulan perjalanan pula.

Dalam hal ini, al-Hasan al-Bashri berkata, “Sulaiman pernah berangkat dengan mengendarai angin, dari Damaskus ke Istakhr lalu dia turun di sana untuk makan siang, kemudian dia berangkat lagi ke Kabul untuk bermalam di sana. Padahal jarak antara Damaskus dan Istakhr adalah sebulan perjalanan bagi orang yang berjalan cepat dan jarak antara Istakhr dan Kabul adalah sebulan perjalanan pula.

Karunia lainnya yang diberikan Allah kepada Sulaiman ialah melunakkan tembaga seperti lilin sehingga mudah dibentuk menurut keinginan orang yang mengolahnya. Hal ini sama dengan karunia yang diberikan kepada Nabi Daud yaitu melunakkan besi.

Di antara karunia itu pula ialah menundukkan jin untuk bekerja membuat apa saja yang diingini Sulaiman. Jin-jin itu selalu taat dan patuh mengikuti perintahnya, karena mereka diancam oleh Allah dengan azab yang pedih apabila tidak memenuhi perintah Sulaiman.

Ayat 13

Oleh sebab itu, mereka dengan giat sekali melaksanakan apa yang diperintahkan Sulaiman, seperti membangun tempat-tempat beribadah, arca-arca yang indah yang terbuat dari kayu, tembaga, kaca, dan batu pualam, serta belanga-belanga besar untuk memasak makanan yang cukup untuk berpuluh-puluh orang.

Karena besar dan luasnya, bejana-bejana itu kelihatan seperti kolam-kolam air. Mereka juga membuatkan untuk Sulaiman periuk yang besar pula yang karena besarnya tidak dapat diangkat dan dipindahkan.

Karena jin mempunyai kekuatan yang dahsyat, dengan mudah mereka membuat semua yang dikehendaki Sulaiman seperti membangun istana yang megah dan mewah, serta menggali selokan-selokan untuk irigasi sehingga kerajaan Sulaiman menjadi masyhur sebagai suatu kerajaan besar dan paling makmur, tidak ada suatu kerajaan pun di waktu itu yang dapat menandinginya.

Hal ini ialah sebagai realisasi dari doanya yang dikabulkan Tuhan seperti tersebut dalam firman-Nya.

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ  ٣٥  فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيْحَ تَجْرِيْ بِاَمْرِهٖ رُخَاۤءً حَيْثُ اَصَابَۙ  ٣٦  وَالشَّيٰطِيْنَ كُلَّ بَنَّاۤءٍ وَّغَوَّاصٍۙ  ٣٧

Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.” Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam. (Shad/38: 35-37)

Kemudian Allah memerintahkan kepada Sulaiman sebagai keluarga Daud supaya bersyukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya. Mensyukuri nikmat Allah itu bukanlah sekadar mengucapkan, tetapi harus diiringi dengan amal saleh dan mempergunakan nikmat itu untuk hal-hal yang diridai-Nya.

Diriwayatkan oleh at-Tirmizi bahwa Nabi Muhammad naik ke atas mimbar lalu membaca ayat ini. Lalu beliau bersabda, “Ada tiga sifat bila dipunyai oleh seseorang berarti dia telah diberi karunia seperti karunia yang diberikan kepada keluarga Daud.” Kami bertanya kepada beliau, “Sifat-sifat apakah itu?” Rasulullah menjawab, “Pertama: Berlaku adil, baik dalam keadaan marah maupun dalam keadaan senang.

Kedua: Selalu hidup sederhana baik di waktu miskin maupun kaya. Ketiga: Selalu takut kepada Allah baik di waktu sendirian maupun di hadapan orang banyak.

Allah mengiringi perintah-Nya supaya Sulaiman bersyukur atas nikmat yang diterimanya dengan menjelaskan bahwa sedikit sekali di antara hamba-hamba-Nya yang benar-benar bersyukur kepada-Nya. Bagaimana seorang hamba bersyukur kepada Tuhannya dapat dilihat dari cara bersyukur Nabi saw kepada Allah.

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ كَانَ يَقُوْمُ مِنَ اللَّيْلِ حَتىَّ تَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقُلْتُ لَهُ اَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ اَفَلاَ اَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا (رواه مسلم)

Dari ‘Āisyah bahwa Rasulullah salat di malam hari sampai kedua telapak kakinya bengkak, maka aku (‘Aisyah), berkata kepadanya, “Mengapa engkau berbuat seperti ini padahal Allah telah mengampuni dosamu yang sekarang dan dosamu yang akan datang?” Rasulullah menjawab, “Bukankah aku ini seorang hamba yang bersyukur?” (Riwayat Muslim)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Saba’ Ayat 14-15