Tafsir Surah Yunus Ayat 35-36 berbicara mengenai penegasan Allah Swt bahwa hanya Dialah yang Maha memberi hidayah kepada manusia. Bukan berhala-berhala yang disembah orang kafir. Pembicaraan kali ini diakhiri dengan penegasan kebenaran tauhid.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 32-34
Ayat 35
Selanjutnya Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw untuk mengemukakan pertanyaan kepada mereka bahwa adakah di antara tuhan-tuhan yang mereka sekutukan dengan Allah itu dapat memberikan petunjuk kepada jalan yang benar seperti yang diterima oleh hamba-hamba-Nya yang beriman?
Allah menegaskan bahwa Allah-lah yang memberikan petunjuk atau hidayah dalam arti taufik. Firman Allah:
قَالَ رَبُّنَا الَّذِيْٓ اَعْطٰى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهٗ ثُمَّ هَدٰى
Dia (Musa) menjawab, ”Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk.” (Taha/20: 50)
Setelah orang musyrikin tidak mampu memberikan jawaban karena tidak ada seorang pun di antara mereka yang merasa dirinya mendapat petunjuk dari tuhan-tuhan yang mereka persekutukan dengan Allah, baik petunjuk yang harus diterima sebagai seorang makhluk ataupun agama yang mereka terima sebagai bimbingan hukum, maka Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw untuk menjawab bahwa Allah-lah Yang memberikan petunjuk kepada kebenaran.
Baik petunjuk yang diberikan melalui utusan, petunjuk yang diberikan melalui kitab-kitab-Nya, petunjuk yang didapat oleh manusia karena diperintahkan oleh Allah untuk merenungi yang demikian dan memikirkan kejadian alam maupun petunjuk yang diberikan Allah melalui pancaindra.
Allah memerintahkan kepada Nabi saw, agar menanyakan kepada mereka, “Manakah yang lebih berhak untuk diikuti apakah Zat Yang memberikan petunjuk kepada kebenaran ataukah berhala-berhala yang tidak dapat memberikan petunjuk sedikit pun kepada mereka bahkan tidak dapat mengetahui dirinya sendiri.”
Mengapa mereka menerima pilihan serupa itu. Kalaulah mereka mau menggunakan akal dan pikiran tentulah mereka akan memilih Zat Yang memberikan petunjuk kepada mereka, yaitu Allah. Karena tuhan-tuhan yang lain tidak dapat memberikan petunjuk apapun.
Allah mencela perbuatan mereka dengan menanyakan apakah gerangan yang menimpa mereka, sehingga mereka menjadikan berhala-berhala itu sebagai perantara yang dapat menyampaikan ibadah mereka kepada Allah, padahal berhala-berhala itu bukanlah tuhan yang menciptakan, dan bukan yang memberi rezeki serta bukan pula tuhan yang memberi petunjuk.
Maka mengapa mereka mengambil keputusan yang tidak adil yaitu menganggap tuhan-tuhan yang mereka persekutukan itu, sebagai Tuhan Yang berhak disembah, berhak dimintai pertolongan tanpa izin dari Zat Yang menciptakan. Dari sisi ini tampaklah kesesatan orang-orang musyrikin itu dan kesalahan tindakan mereka.
Baca juga: Memahami Kata Kafir dalam Al Quran
Ayat 36
Berikutnya ayat ini mengemukakan beberapa alasan yang menunjukkan kebenaran agama tauhid dan kesesatan keyakinan orang musyrikin, yaitu kebanyakan dari mereka yang mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain, memusuhi Rasulullah saw dan mendustakan hari kebangkitan.
Anggapan serupa itu bukanlah keyakinan yang benar, akan tetapi dugaan yang dilandasi taklid buta kepada nenek moyang mereka karena mereka menduga bahwa apa yang baik menurut nenek moyang mereka, adalah baik buat mereka, padahal yang dilakukan oleh nenek moyang mereka adalah sesat.
Di sisi lain, ada segolongan kecil dari mereka yang mengetahui bahwa agama yang dibawa oleh Rasulullah saw itulah agama yang benar, dan berhala-berhala yang mereka sembah tidak dapat memberi pengaruh apa-apa kepada mereka.
Akan tetapi karena hati mereka dikotori oleh kemusyrikan, dan sikap mereka yang sombong dan ingkar terhadap kerasulan Muhammad serta perasaan mereka yang takut apabila kepemimpinan mereka hilang, maka mereka tetap bertaklid buta kepada nenek moyang mereka yang bergelimang dalam kemusyrikan.
Kemudian Allah menerangkan bagaimana keadaan yang sebenarnya dari orang-orang yang mendasarkan keyakinannya kepada dugaan itu, bahwa sesungguhnya persangkaan itu sedikitpun tidak berguna untuk mencapai kebenaran.
Dugaan-dugaan itu tidak dapat disamakan dengan keyakinan, dan keyakinan tidak bisa terjadi kecuali apabila didasarkan kepada sesuatu yang benar yaitu kepada yang telah mantap, yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya.
Di akhir ayat Allah menegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui apa saja yang mereka lakukan, baik perbuatan yang didasarkan kepada kepercayaan yang belum pasti kebenarannya, ataupun amal perbuatan yang didasarkan kepada yang telah pasti kebenarannya. Dia-lah yang mengetahui perbuatan-perbuatan mereka, dan memberikan balasan sesuai dengan perbuatan mereka.
Baca setelahnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 37-39
(Tafsir Kemenag)