BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Yunus Ayat 5 (Bagian 1)

Tafsir Surah Yunus Ayat 5 (Bagian 1)

Tafsir Surah Yunus Ayat 5 bagian satu ini berbicara mengenai penjelasan dan hikmah dari ayat kauniyah. Artikel ini  mencontohkan salah satu ayat kauniyah tentang matahari dan bulan.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 4


Secara jelas Tafsir Surah Yunus Ayat 5 ini mengemukakan manfaat dari adanya matahari dan bulan. Keduanya sama-sama memiliki cahaya yang masing-masing bermanfaat untuk keadaan-keadaan terentu.

Ayat 5

Ayat ini menerangkan bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi dan yang bersemayam di atas ‘Arsy-Nya. Ialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.

Matahari dengan sinarnya merupakan sumber kehidupan, sumber panas dan tenaga yang dapat menggerakkan makhluk-makhluk Allah yang diciptakan-Nya. Dengan cahaya manusia dapat berjalan dalam kegelapan malam dan beraktivitas di malam hari.

Ayat ini membedakan antara cahaya yang dipancarkan matahari dan yang dipantulkan oleh bulan. Yang dipancarkan oleh matahari disebut “diya” (sinar), sedang yang dipantulkan oleh bulan disebut “nµr” (cahaya) Pada firman Allah yang lalu dijelaskan:

وَّجَعَلَ الْقَمَرَ فِيْهِنَّ نُوْرًا وَّجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا

Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)? (Nµh/71: 16)

Dari ayat-ayat ini dipahami bahwa matahari memancarkan sinar yang berasal dari dirinya sendiri, sebagaimana pelita memancarkan sinar dari dirinya sendiri yakni dari api yang membakar pelita itu.

Lain halnya dengan bulan, yang cahayanya berasal dari pantulan sinar yang dipancarkan matahari ke permukaannya, kemudian sinar itu dipantulkan kembali berupa cahaya ke permukaan bumi.

Matahari dan bulan adalah dua benda langit yang banyak disebut dalam Al-Qur’an. Kata bulan’ terdapat dalam 27 ayat dan matahari disebut dalam 33 ayat.

Seringkali kedua benda ini disebut secara bersamaan dalam satu ayat. Sejumlah 17 ayat menyebut matahari dan bulan secara beriringan.

Biasanya ayat yang menyebut matahari dan bulan secara beriringan adalah ayat yang menjelaskan aspek kauniyah dari kedua benda langit ini. Di dalam 3 ayat, kedua benda langit ini disebut bersamaan dengan bintang, benda langit lainnya.

Ayat 5 Surah Yµnus di atas adalah contoh ayat yang menyebutkan matahari dan bulan secara beriringan. Ayat ini mengisyaratkan tiga aspek penting dari terciptanya matahari dan bulan.

Pertama, dalam ayat ini Allah menyebut matahari dan bulan dengan sebutan yang berbeda. Meskipun kedua benda langit ini sama-sama memancarkan cahaya ke bumi, namun sebutan cahaya dari keduanya selalu disebut secara berbeda.

Pada ayat ini, matahari disebut dengan sebutan diya’ dan bulan dengan sebutan nµr. Hal ini untuk membedakan sifat cahaya yang dipancarkan oleh kedua benda ini.

Dewasa ini, ilmu pengetahuan telah menunjukkan bahwa cahaya matahari berasal dari reaksi nuklir yang menghasilkan panas yang sangat tinggi dan cahaya yang terang benderang. Sementara itu cahaya bulan hanya berasal dari pantulan cahaya matahari yang dipantulkan oleh permukaan bulan ke bumi.

stilah yang berbeda ini menunjukkan bahwa memang Al-Qur’an berasal dari Allah sang Pencipta, karena pada waktu Al-Qur’an diturunkan pengetahuan manusia belum mencapai pemahaman seperti ini.


Baca juga: Enam Ayat Kauniyah dalam QS. Al-Baqarah [2]: 164 dan Hikmahnya


Di ayat lain, matahari disebut sebagai siraj (lampu) dan bulan disebut sebagai munir (cerah berbinar-binar).

تَبٰرَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِى السَّمَاۤءِ بُرُوْجًا وَّجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَّقَمَرًا مُّنِيْرًا

Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan padanya siraj (matahari) dan bulan yang bercahaya (al- Furqan/25: 61)

وَّجَعَلَ الْقَمَرَ فِيْهِنَّ نُوْرًا وَّجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجً

Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang) (Nµh/71: 16)

Lebih tegas lagi di ayat lain matahari disebut sebagai siraj dan wahhaj (terang membara).

وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًاۙ   ١٢  وَّجَعَلْنَا سِرَاجًا وَّهَّاجًاۖ  ١٣

Dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari). (an-Naba’/78: 12-13)

Kedua, penegasan dari Allah bahwa matahari dan bulan senantiasa berada pada garis edar tertentu (wa qaddarahµ manazila). Garis edar ini tunduk pada hukum yang telah dibuat Allah, yaitu hukum gravitasi yang mengatakan bahwa ada gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki masa.

Besarnya gaya tarik menarik ini berbanding lurus dengan massa dari kedua benda tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak antara keduanya.

Adalah Newton yang memformulasikan hukum gravitasi pada abad ke-18. Perhitungan menggunakan hukum gravitasi ini telah berhasil menghitung secara akurat garis edar yang dilalui oleh bulan ketika mengelilingi bumi, maupun bumi ketika mengelilingi matahari.

Hukum gravitasi inilah yang dimaksud oleh Allah ketika Dia berfirman dalam Surah al-A’raf/7: 54: ”… (Dia ciptakan) matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya….” Matahari, bulan, dan bintang tunduk kepada ketentuan Allah, yakni hukum gravitasi yang mengendalikan gerak benda.

Di berbagai ayat lainnya sering disebutkan bahwa Allah-lah yang telah menundukkan bulan dan matahari bagi manusia (Lihat misalnya Surah ar-Ra’d/13: 2, Ibrahim/14: 33, an-Nahl/16: 12, Luqman/31: 29, Fatir/35: 13, az-Zumar/39: 5).

Yang dimaksud adalah bahwa Allah-lah yang telah menetapkan bahwa matahari dan bulan serta bintang-bintang tunduk kepada hukum gravitasi yang telah dia tetapkan.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Yunus Ayat 5 (Bagian 2)


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU