Secara jelas dalam ayat 7 ini Allah menyatakan bahwa terdapat hikmah dan tanda kebesaranNya yang harus dipelajari dalam kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya. Mulai dari mimpi Nabi Yusuf dan anjuran sang ayah, Nabi Yakub untuk tidak menceritakan mimpinya itu meski terhadap saudara-saudaranya dan banyak lagi setelah ini. Semuanya itu, melalui tafsir surah Yusuf ayat 7 ini, kita diperintah oleh Allah untuk merenungkan dan mengambil pelajaran di dalamnya.
Surah Yusuf ayat 7 itu berbunyi,
لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ (7)
“Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang bertanya. (QS. Yusuf [12]: 7)
Ada beberapa penafsiran yang menarik pada surah Yusuf ayat 7 ini, antara lain yaitu informasi tentang pernikahan Nabi Yakub As. dengan sepupunya sendiri bahkan hingga dua kali; jawaban dari pertanyaan orang-orang Yahudi pada Rasulullah Saw mengenai sebab pindahnya keluarga Yakub dari Kan’an ke Mesir; dan di akhir ayat disampaikan pesan tersirat tentang bahwa kisah tersebut adalah sebuah pelajaran bagi orang-orang yang berfikir. Semua pembahasan ini tertuang dalam tafsir surah Yusuf ayat 7.
Baca Juga: Saudara-Saudara Yusuf Adalah Para Nabi: Tafsir Surah Yusuf Ayat 6
Nabi Yakub As. Menikah dengan Sepupunya
Bagi sebagian orang, menikah dengan sepupu itu dihindari dan dianggap tidak menyenangkan, namun siapa sangka ternyata Nabi Yakub menikah dengan sepupunya sendiri. Nabi Yakub yang dikenal mempunyai dua belas anak, ia bahkan dua kali menikah dengan sepupunya. Istri yang pertama merupakan sepupu Nabi Yakub sendiri adalah ibu dari enam saudara Yusuf dan satunya lagi ibu dari Yusuf dan Binyamin.
Dalam Tafsir al-Baghawy dijelaskan bahwa Allah memberikan Nabi Yakub dua belas anak dari dua istri dan dua budak. Istri pertamanya adalah Liya Binta Layana, sepupunya sendiri dari pamannya. Kemudian dari Liya ini dikaruniai enam anak, mereka adalah Rubil/Rubin, Syam’un, Lawy, Yahudza, Zabalun/Zablun dan Aasyir. Kemudian Nabi Yakub juga mempunyai empat anak dari Zulfah dan Yalhimah-dua budak perempuannya-mereka adalah Dan, Naftaly/Naftuly, Jad dan Asyiir.
Setelah Liya Binta Layana meninggal, Nabi Yakub menikah dengan sepupunya untuk yang kedua kalinya, yaitu Rahila, saudari dari Liya. Nabi Yakub mendapatkan dua anak dari Rahila. Keduanya adalah Yusuf dan Binyamin.
Sedikit berbeda dengan keterangan dalam Tafsir Bahrul Ulum, di situ dikatakan bahwa anak dari Nabi Yakub dan Liya itu hanya empat, Zabalun dan Asyir adalah anak dari dua budak, Zulfah dan Yalhimah yang masing-masing dari kedua budak ini mempunyai tiga anak. Jadi semuanya berjumlah dua belas. As-Samarqandi juga menyinggung bahwa Nabi Yakub juga mempunyai anak perempuan, tapi tidak dijelaskan nama-namanya.
Baca Juga: Tafsir Surah Yusuf Ayat 5: Ketika Ya’qub Melarang Yusuf Menceritakan Mimpinya
Selain itu, As-Samarqandi juga menceritakan proses melamarnya Nabi Yakub pada istrinya tersebut. Di masanya, seorang laki-laki boleh menikahi dua perempuan bersaudara secara bersamaan, tetapi ini tidak terjadi pada Nabi Yakub. Ibu mertua yang juga bibinya Nabi Yakub itu tidak mengizinkan hal tersebut dan Nabi Yakub pun tidak menginginkannya.
Dalam tafsir surah Yusuf ayat 7 ini juga diceritakan bahwa bibinya itu meminta Nabi Yakub untuk bekerja dulu ke dia selama tujuh tahun, baru setelah itu boleh menikah dengan anaknya. Ketika itu Nabi Yakub ingin melamar Rahila, namun bibinya menyerahkan Liya, karena menurut bibinya, sang adik tidak boleh melangkahi kakaknya untuk menikah terlebih dahulu.
Kisah yang sama dalam Al-Quran dan Taurat dan pelajaran bagi orang yang berpikir
Orang-orang Yahudi telah bertanya kepada Rasulullah Saw, tentang kisah Nabi Yusuf As., mereka bertanya apa penyebab perpindahan anak-anak Nabi Yakub dari Kan’an ke Mesir. Kemudian Rasulullah Saw. menjawab dengan menceritakan kisah Nabi Yusuf As. dari awal sampai akhir. Ternyata kisah Yusuf yang diceritakan Rasulullah Saw. Sama dengan ajaran dalam kitab Taurat dan mereka merasa takjub dengan kejadian itu.
Bagian kisah ini menunjukkan kenabian Muhammad Saw. Selain itu juga menunjukkan ketersinambungan antara ajaran para Nabi, mulai dari Nabi Musa As. sebagai Nabi yang diberi kitab Taurat dan Nabi Muhammad Saw. Yang diberi kitab Al-Quran
Baca Juga: Kisah Mimpi Yusuf Bukan Wahyu: Tafsir Surah Yusuf Ayat 4
Pada potongan ayat aayaah li al-saailiin (tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang bertanya), Al-Baghawy menafsirkan dengan wa li man lam yasal (dan bagi orang-orang yang tidak bertanya) yang berarti bahwa ibrah dan pelajaran dalam kisah Nabi Yusuf ini tidak hanya untuk orang-orang Yahudi yang bertanya tadi, tetapi juga berlaku untuk orang-orang yang tidak bertanya.
Pendapat ulama yang menyatakan maksud aayaah li al-saailiin merupakan pelajaran bagi orang-orang yang berfikir itu karena banyak pelajaran yang ada di dalamnya, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Baghawi dan As-Sam’ani dalam Tafsir Al-Quran.
Keduanya merinci pelajaran-pelajaran itu meliputi kedengkian yang telah dilakukan saudara-saudaranya yang akhirnya kembali pada mereka sendiri; mimpi Nabi Yusuf dan bagaimana Allah mewujudkan mimpi itu; keteguhan Nabi Yusuf dari rayuan perempuan, kesabarannya menjalani perbudakan dan kesabarannya tinggal di penjara; selain itu juga ada perihal kerajaan dengan segala urusan pemerintahan, kesedihan dan kesabaran Nabi Yakub atas perpisahannya dengan Yusuf serta berbagai pelajaran lainnya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengambil pelajaran itu. Amin
Wallahu a’lam.