BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al Baqarah Ayat 206-210

Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 206-210

Ayat 206

Orang-orang yang sudah rusak moralnya, apabila diperingatkan dan dinasihati agar mereka bertakwa kepada Allah dan meninggalkan sifat-sifat jeleknya, mereka marah dan terus bangkit memperlihatkan kesombongan dan keangkuhannya, menonjolkan sifat-sifat jahiliah dan watak setaniyahnya. Dengan nasihat dan peringatan tadi, mereka merasa terhina dan menganggap bahwa nasihat dan peringatan itu tidak pantas dan tidak layak baginya, karena ketinggian pangkat dan kedudukanya. Mereka tidak segan-segan berbuat maksiat dan dosa.

Seseorang dengan sifat dan tabiat yang sudah rusak, tentunya tidak akan senang kepada orang yang menasihatinya, karena ia merasa bahwa perbuatan buruknya itu yang selalu dibungkus dengan kata-kata yang muluk-muluk, diselubungi dengan gerak-gerik yang menarik, telah diketahui orang, sehingga kalau dapat ia tidak segan menangkap, memukul, dan kalau perlu membunuh orang yang tidak disenanginya.

Dalam hal ini Umar bin al-Khattab cukup menjadi contoh teladan. Apabila dikatakan kepada beliau, Bertakwalah kepada Allah , beliau lalu meletakkan pipinya di tanah menunjukkan kesadarannya tentang kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang ada padanya, padahal kita mengetahui bahwa beliau adalah seorang sahabat yang terkenal adil terutama ketika beliau menjadi khalifah.

Ibnu Mas’ud r.a. salah seorang sahabat Nabi pernah berkata, “Cukup besar dosa seseorang, apabila dikatakan kepadanya,  Bertakwalah kepada Allah,” lalu ia menjawab, “Cukup kamu menasihati dirimu sendiri, dan janganlah engkau mencoba mencampuri urusan pribadi orang lain.”

Ayat 207

Setelah menjelaskan sifat-sifat orang-orang munafik yang kotor dan menjijikkan itu, Allah menjelaskan sifat-sifat orang-orang mukmin yang mukhlis.

Ibnu Abbas, Anas, Sa‘id bin Musayyab, dan beberapa sahabat yang lain menyatakan bahwa ayat tersebut diturunkan berhubungan dengan peristiwa Suhaib bin Sinan ar-Rumi, yang akan mengikuti Nabi saw hijrah ke Medinah. Oleh pihak Quraisy ia dilarang hijrah dengan membawa kekayaannya.

Suhaib tidak mengindahkan larangan Quraisy itu bahkan dengan segala senang hati dan penuh keikhlasan ia menyerahkan semua kekayaannya asal ia dibolehkan berhijrah ke Medinah, maka turunlah ayat tersebut.

Kemudian Sayyidina ‘Umar bin al-Khattab bersama beberapa orang sahabat pergi menemui Suhaib dan berkata, “Daganganmu benar-benar menguntungkan.” Suhaib berkata, “Semoga dagangan saudara-saudara tidak rugi. Untuk apa kedatangan saudara-saudara ini?” Sayyidina Umar r.a., kemudian memberitahukan bahwa Allah swt telah menurunkan ayat ini berhubung dengan peristiwa yang dialami Suhaib.

Orang mukhlis seperti Suhaib yang selalu sama ucapan dan perbuatannya, kata-katanya sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya, bukan lain di mulut lain di hati, tidak bermuka dua, mereka dengan penuh ikhlas mau menjual dan mengorbankan dirinya dan semua yang ada padanya demi untuk memperoleh rida Allah swt.

Setiap orang yang berjuang di jalan Allah hendaknya demikian, yakni harus berani mengorbankan apa yang ada padanya, tenaga, harta kekayaan atau kedua-duanya menurut kemampuannya, demi untuk berhasilnya perjuangan, sebagai cerminan dari iman dan takwa yang ada di dalam hati masing-masing. Dengan demikian mereka akan memperoleh kemenangan besar. Allah berfirman:

۞ اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur′an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung. (at Taubah/9: 111).

Ayat 208

Ayat ini menekankan agar orang-orang mukmin, baik yang baru saja masuk Islam seperti halnya seorang Yahudi yang bernama Abdullah bin Salam, maupun orang munafik yang masih melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam agar mereka taat melaksanakan ajaran Islam sepenuhnya, jangan setengah-setengah, jangan seperti mengerjakan ibadah puasa pada bulan Ramadan tetapi salat lima waktu ditinggalkan, dan jangan bersifat sebagaimana yang digambarkan Allah di dalam Alquran tentang sifat orang Yahudi yang berbunyi:

اَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتٰبِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ

… Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? …. (al Baqarah/2: 85)

Dan janganlah mengikuti langkah-langkah dan ajaran setan, karena setan selalu mengajak kepada kejahatan yang menyebabkan banyak orang meninggalkan perintah Allah dan melanggar larangan-larangan-Nya.

Ayat 209

Meskipun Allah menekankan kepada kaum Muslimin agar ajaran Islam dilaksanakan secara keseluruhan, perintah Allah ditaati, larangan-Nya dijauhi, namun masih ada juga orang yang tergelincir, lalu berbuat sekehendak hatinya, padahal bukti-bukti kebenaran agama Islam cukup jelas baginya. Hendaklah mereka ingat bahwa Allah Mahakuasa untuk mengadakan pembalasan, dan jika Allah menghendaki, tidak ada suatu kekuasaan dan kekuatan apa pun yang dapat menghalangi-Nya, dan Allah Mahabijaksana.

Dia tidak akan membiarkan pelanggar-pelanggar hukum, tetapi Dia akan membalasnya setimpal dengan kesalahan-kesalahan dan kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan.

Ayat 210

ditunggu kecuali datangnya azab pada hari kiamat sebagaimana telah dijanjikan-Nya.

Allah akan mendatangkan azab dan siksa-Nya berupa naungan awan yang semula mereka sangka akan membawa rahmat, padahal awan itu penuh dengan azab, yang dibawa oleh malaikat. Dalam ayat lain disebutkan:

;وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاۤءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلٰۤىِٕكَةُ تَنْزِيْلًا

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) langit pecah mengeluarkan kabut putih dan para malaikat diturunkan (secara) bergelombang. (al Furqan/25:25)

Hal ini pasti akan berlaku, karena telah menjadi ketetapan Allah dan tidak ada jalan lagi untuk menghindarinya, karena memang segala sesuatunya akan dikembalikan kepada Allah.

Kiranya tidak banyak waktu lagi bagi orang yang belum juga sadar dan bagi pelanggar-pelanggar hukum Allah untuk cepat-cepat bertobat, meninggalkan perbuatan jahatnya sebelum meninggalkan dunia yang fana ini dan pindah ke alam baka.

(Tafsir Kemenag)

Maqdis
Maqdis
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pegiat literasi di CRIS Foundation.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...