Tafsir Surat Al Maidah Ayat 110 berbicara mengenai Nabis Isa as dan ibunya Siti Maryam. Pembicaraan tersebut meliputi nikmat yang dianugerahkan Allah swt kepada keduanya serta mukjizat yang diberikan kepda Nabi Isa as. Pembahasan ini sedikit bergeser dari pembahasan sebelumnya yang berbicara tentang wasiat dan syarat-syaratnya.
Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al Maidah Ayat 106-109
Dalam Tafsir Surat Al Maidah Ayat 110 pertama-tama memaparkan tentang nikmat Allah swt kepada Siti Maryam. Lalu disambung dengan paparan mukjizat-mukjizat Nabi Isa as yang dianugerahkan oleh Allah sebagai tanda kenabian dan kerasulannya. Namun ternyata mukjizat-mukjizat itu tidak membuat orang-orang Yahudi percaya. Malah mereka menuduh Nabi Isa as sebagai tukang sihir.
Ayat 110
Pada ayat ini dijelaskan tentang bermacam-macam nikmat yang telah dilimpahkan kepada Nabi Isa dan ibunya, kemudian diungkapkan kembali berbagai kejahatan Bani Israil yang pernah menuduh bahwa berbagai keterangan dan bukti-bukti yang disampaikan Nabi Isa kepada mereka hanyalah sihir semata.
Nikmat Allah kepada Maryam, yaitu ibu Nabi Isa ialah Allah telah menjadikannya sebagai wanita yang suci, terpilih di antara wanita-wanita di dunia ini untuk memperoleh kedudukan yang mulia.
Nikmat-nikmat Allah kepada Nabi Isa yang disebutkan dalam ayat ini adalah sebagai berikut:
Pertama, Allah telah memperkuat Nabi Isa dengan Rohulkudus, yaitu malaikat Jibril. Allah telah menjadikan jiwanya bersih dari segala sifat-sifat yang tidak baik. Dengan nikmat ini Isa dapat mengetahui bahwa ia lahir ke dunia dengan kejadian yang luar biasa, sehingga dengan demikian ia dapat membuktikan kesucian dirinya dan kesucian ibunya.
Karena Allah telah memperkuatnya dengan Rohulkudus, maka ia dapat berbicara ketika ia masih kecil dan lemah, masih berada dalam buaian. Ia berbicara untuk membela kesucian dan kehormatan ibunya terhadap tuduhan yang bukan-bukan dari kaum Yahudi. Kemudian setelah ia dewasa ia juga dapat berbicara dengan baik untuk menyeru manusia kepada agama Allah.
Tentang Nabi Isa, ibunya dan Rohulkudus dalam ayat ini, pendapat beberapa mufasir dapat dikatakan sama, Mengenai “mengingat nikmat,” artinya “mensyukuri” nikmat yang diberikan kepada Isa dan kepada ibunya Maryam dan memperkuatnya dengan Rohulkudus, yakni Jibril, dan berbicara dengan orang ketika ia masih bayi.
Ketika sesudah dewasa menjadi Nabi, yang menurut Ibnu ‘Abbas seperti yang dikutip al-Bagawi, dalam usia 30 tahun dan menjalankan tugas kenabiannya selama 30 bulan. Kemudian “Aku mengajar kamu menulis, hikmah (yakni kearifan ilmu pengetahuan), Taurat dan Injil,” dan seterusnya.
Lebih jauh tentang Rohulkudus lihat kosakata di atas (al-Baqarah/2: 253). Dapat ditambahkan, bahwa seperti disebutkan di dalam Alquran, bahwa Rohulkudus berlaku untuk semua orang beriman (al-Mujādalah/58: 22) dan diturunkan kepada siapa saja dari hamba-hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam ayat ini, ruh berarti wahyu (al-Kahf/16: 2).
Nabi Isa menyebut dirinya anak Maryam, yang tidak mengenal bapak manusia karena kelahirannya memang suatu mukjizat. Allah telah memberinya nikmat yang besar berupa kekuatan rohani, “memperkuatnya dengan Rohulkudus”, dengan mukjizat-mukjizat yang terjadi sekitar dirinya dan ibundanya Maryam, mengenai kelahiran, kehidupan dan kematiannya.
Tetapi Rohulkudus (al-Baqarah/2: 87) yang banyak kita temui dalam Alquran, dalam pengertian “roh yang suci” berarti juga sebagai “ilham ilahi.” Nabi Muhammad juga mendoakan rahmat dengan Rohulkudus kepada seorang sahabat, yakni penyair Hassan bin Sabit melalui sabdanya:
اَنَّ حَسَّانَ بْنَ ثَابِتَ اَلْاَنْصَارِى يَسْتَشْهِدُ اَبَا هُرَيْرَةَ أَنْشَدَكَ الله ُهَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ يَا حَسَّانُ اَجِبْ عَنْ رَسُوْلِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَللّهُمَّ أَيـِّدْهُ بِرُوْحِ اْلقُدُسِ
(رواه البخاري ومسلم والنسائـى)
Bahwa Hassan bin Sabit al-Ansari minta persaksian kepada Abu Hurairah, “Apakah kamu mendengar Nabi Saw berkata, “Hai Hassan, penuhilah Rasulillah. Ya Allah kuatkanlah dia (Hassān) dengan Rohulkudus.” (Riwayat al-Bukhari, Muslim, dan an-Nasa’i)
Pengertian Rohulkudus dalam Alquran dan hadis tidak sama dengan pengertian Rohulkudus dalam Bibel (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Roh, Roh Allah atau firman-Nya dalam Perjanjian Lama (Kejadian i.2) ialah mengenai pembentukan bumi, “dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air,” dan Mazmur xxxiii.6, “Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya…”
Dalam Perjanjian Baru disebut Roh Kudus, Roh Allah atau Roh Yesus. Matius menyebutkan bahwa kelahiran Yesus Kristus pada waktu Maria bertunangan dengan Yusuf anak Heli, mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Yusuf suami Maria adalah orang yang tulus hati, ia tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud diam-diam akan menceraikannya.
Tetapi dalam mimpinya malaikat Tuhan tampak kepadanya, dan berkata, agar jangan takut “… mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, …” (Matius 1.18-21). Lihat juga kosakata (an-Nisa′/4: 156).
Baca juga: Ini Daftar 15 Bayi yang bisa Bicara Menurut Para Mufassir
Kedua, Allah telah mengajarkan kepadanya Al-Kitab, artinya Isa telah dianugerahi-Nya kepandaian menulis dan membaca, sehingga ia dapat mempelajari ilmu pengetahuan yang tertulis. Di samping itu. Allah mengajarkan pula kepadanya Taurat, yaitu kitab suci yang telah diturunkan kepada Nabi Musa. Akhirnya Allah mengajarkan kepadanya Injil, yaitu kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Isa sendiri.
Nabi Isa sendiri tidak pernah mengubah-ubah isi Taurat dan tidak pula menggantikannya dengan Injil yang diturunkan kepadanya, dan diakui oleh Perjanjian Baru yang sekarang, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius v.17).
Ketiga, Isa dapat membuat dari tanah sesuatu yang bentuk dan ukurannya seperti burung, kemudian ia meniup burung itu, maka jadilah ia seekor burung yang sungguh-sungguh, dengan seizin Allah. Artinya Isa-lah yang membentuk benda tersebut seperti burung, dan ia pula yang meniupnya, kemudian Allah menjadikannya seekor burung yang hidup.
Keempat, Isa telah dapat menyembuhkan orang-orang buta sejak lahir dan orang-orang yang kena penyakit sopak, dengan izin Allah, padahal di masa itu tak seorang tabib pun dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir dan orang-orang yang kena penyakit sopak.
Dalam bahasa Indonesia, kata abras dipadankan dengan kusta dari terjemahan Inggris leprosy, yakni “penyakit menahun yang menyerang kulit dan saraf, yang secara perlahan-lahan menyebabkan kerusakan pada anggota tubuh; lepra” (Kamus Besar Bahasa Indonesia), yang dalam bahasa Arab biasa disamakan dengan juzam, bukan abras. Mu’jam Alfaz al-Qur′an al-Karim menjelasakan, bahwa abras “adalah warna putih di kulit karena kehilangan zat warna merah (pigmen) dan menimbulkan bercak-bercak putih dalam berbagai bentuk. Ini merupakan gejala penyakit kusta.” Jadi bukan kusta.
Dalam Perjanjian Baru (Matius x.8, Lukas iv.27), diterjemahkan dengan “kusta,” sama dengan terjemahan bahasa Inggris. Dalam Tafsir ini diterjemahkan dengan “sopak,” agaknya ini lebih tepat, yakni “penyakit kulit berupa belang-belang putih di tangan atau kaki akibat sel pigmen adalah sel yang memberi warna kulit kering, sawo matang.” (Kamus Besar Bahasa Indonesia), atau dalam istilah kedokteran dikenal dengan nama leukemia atau vitiligo.
Kelima, Isa juga dapat menghidupkan orang-orang yang telah mati, sehingga dapat keluar dari kuburnya dalam keadaan hidup, dengan izin Allah.
Setelah Nabi Isa memberikan bukti-bukti dengan mukjizatnya, sebagian mereka (Bani Israil) menuduhnya ia melakukan perbuatan sihir, mengusir setan dengan menggunakan pemimpin setan, “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan” (Lukas xi.15).
Orang Yahudi menyebut raja setan atau penghulu setan itu Beelzebul, dan penghulu setan yang digunakan untuk mengusir setan ini terdapat dalam beberapa bab (chapter) dalam Perjanjian Baru, antara lain dalam Matius, Markus dan Lukas.
Keenam, Allah telah melindungi Nabi Isa dari kejahatan kaum Yahudi yang hendak membunuh dan menyalibnya, ketika Isa datang kepada mereka membawa agama Allah yang disertai dengan bukti-bukti dan keterangan yang jelas, yang dikaruniakan Allah kepadanya. Allah menyelamatkan Isa dan mengangkatnya kepada-Nya.
Kejahatan Bani Israil melebihi kejahatan umat lainnya, kejahatan umat lainnya terhadap rasul Allah hanya sebatas kepada diri pribadi rasul itu, tetapi kejahatan Bani Israil tidak hanya ditujukan kepada Nabi Isa semata, melainkan juga terhadap ibunya, yaitu mereka menuduh Maryam telah berzina dengan seorang lelaki, sehingga melahirkan Isa.
Bahkan kejahatan mereka tidak hanya tertuju kepada Isa dan ibunya, melainkan juga terhadap Allah, karena mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai istri dan anak, padahal Allah Maha Suci dari hal-hal tersebut.
Orang-orang kafir di antara Bani Israil itu tidak hanya menolak agama Allah yang disampaikan Nabi Isa kepada mereka, bahkan mereka mengatakan bahwa keterangan-keterangan yang disampaikan Isa tersebut hanyalah sihir.
Bermacam-macam nikmat Allah kepada Nabi Isa yang disebutkan dalam ayat ini merupakan sindiran dan kecaman yang amat tajam sekali terhadap Bani Israil, atas sikap dan perbuatan mereka yang keji itu.
Ayat ini menyingkap pula betapa besarnya kedengkian mereka terhadap orang yang memperoleh nikmat Allah. Ucapan mereka bahwa keterangan-keterangan yang disampaikan Nabi Isa kepada mereka adalah “sihir yang nyata”, merupakan bukti yang kuat tentang sifat-sifat dengki mereka kepada Nabi Isa yang telah dipilih Allah sebagai Nabi dan Rasul-Nya.
Nikmat Allah kepada Nabi Isa yang disebutkan dalam ayat ini merupakan nikmat yang luar biasa, yang tidak diberikan Allah kepada nabi-nabi lain. Pada ayat berikutnya, Allah menyebutkan beberapa nikmat-Nya yang lain yang juga diberikannya kepada Nabi Isa tetapi merupakan nikmat-nikmat yang biasa, yang juga diperoleh rasul-rasul lain.
Sekilas pembahasan dalam Tafsir Surat Al Maidah Ayat 110 ini berbeda dengan pembahasan sebelum-sebelumnya. Namun bisa kita tarik satu benang merah bahwa cerita-cerita yang telah disampai tersebut agar orang-orang kafir pada masa Nabi Muhammad saw bertaubat dan tidak mengulangi perbuata orang-orang terdahulu mereka yang membangkang serta menyesatkan.
Baca setelahnya: Tafsir Surat Al Maidah Ayat 111-113
(Tafsir Kemenag)