Ada sebagian orang berfikir bahwa salah satu faktor utama yang menentukan kebahagiaan seseorang adalah rezeki. Namun, ada juga orang yang tidak percaya atau tidak meyakini bahwa segala rezeki itu datang dari Allah SWT. Dan Allah SWT akan menambah rezeki bagi insan atau hambaNya yang senantiasa bersyukur, dan akan mengazab bagi mereka yang ingkar. Lantas, bagaimana dengan orang yang meminta rezeki, dengan selain Allah, bahkan dia tidak meyakini dengan adanya kekuasaan Allah SWT. Berangkat dari perlindungan dan rezeki hanya bersumber dari Allah, maka inilah surat al-mulk ayat 20-24 yang membahas terkait dengan demikian.
أَمَّنْ هَذَا الَّذِي هُوَ جُنْدٌ لَكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ إِنِ الْكَافِرُونَ إِلَّا فِي غُرُورٍ (20) أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ بَلْ لَجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ (21) أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (22) قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (23) قُلْ هُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (24)
Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu. (20) Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri? (21) Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (22) Katakanlah, “Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati.” (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (23) Katakanlah, “Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kamu kelak dikumpulkan. (24)
Mengutip dari kitab Tafsir al qur’an al adzim karangan Ibnu Katsir, bahwa dari ayat 20 sampai 24 mejelaskan tentang orang-orang musyrik, yaitu mereka yang minta pertolongan dan rezeki selain Allah, seraya juga mengingkari keyakinan mereka terhadap Allah SWT. Bahkan cerita tentang sikap mereka yang melampaui batas, tenggelam ke dalam kedustaan dan kesesatannya.
Selanjutnya, lafadz بَلْ لَجُّوا ayat ini menurut al-Durrah pada kitab Tafsir al-Qur’an al-Karim, penggunaan dhamr mukhatb, itu berupa penegasan kepada orang-orang kafir, bahwa Allah tidak pernah memutus rezeki terhadapnya. Jadi seakan-akan orang-orang kafir diajak berbicara, dan ditanya oleh Allah tentang kenikmatan apa yang belum mereka dapat, sampai-sampai mereka membangga-banggakan berhala mereka yang tidak dapat memberikan pertolongan kepada mereka.
Baca juga: Surat Ali Imran [3] Ayat 19: Makna Agama Islam dalam Al-Quran
Perumpamaan Orang-Orang yang Keadaan Sesat atau Kebingungan
Kemudian pada ayat 22 surat al-mulk digambarkan orang-orang musrik adalah yang demikian,
أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?
Lanjut pada kutipan kitab Tafsir al qur’an al adzim karangan Ibnu Katsir, ayat ini merupakan bentuk perumpamaan yang menggambarkan tentang keadaan orang mukmin dan orang kafir. Perumpamaan orang kafir dalam kesesatannya sama dengan seseorang yang berjalan dengan kepala terjungkir ke bawah dalam keadaan tubuh yang terbalik. Yakni dia pasti tidak dapat mengetahui ke mana jalan yang ditempuhnya dan bagaimana ia harus melangkah maju, bahkan dia dalam keadaan sesat dan kebingungan. Coba kita bayangkan, apakah orang yang keadaannya demikian lebih mendapat petunjuk?.
Perumpamaan tersebut juga dipertegas dalam referensi hadis dari riwayat Imam Ahmad, berikut hadisnya:
سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى وُجُوهِهِمْ؟ فَقَالَ: “أَلَيْسَ الَّذِي أَمْشَاهُمْ عَلَى أَرْجُلِهِمْ قَادِرًا عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُمْ عَلَى وُجُوهِهِمْ“
Mendengar Anas ibnu Malik menceritakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw., “Wahai Rasulullah, bagaimanakah ada orang-orang yang digiring dengan muka di bawah?” Rasulullah Saw. menjawab: Tuhan yang membuat mereka dapat berjalan dengan kaki mereka mampu membuat mereka berjalan dengan muka di bawah. (H.R Imam Ahmad).
Nah, dari sini kita bisa mencoba mencerna sabda Rasulullah SAW, bahwa Allah SWT yang berkendak, maka Allah sendirilah yang akan mengembalikan mereka dalam keadaan semula. Semua itu hanya Allah yang berhak untuk berkehendak atas segala makhlukNya.
Baca juga: Tafsir Surat al-Mulk Ayat 19: Hikmah di Balik Penciptaan Seekor Burung
Perlindungan dan Rezeki Hanya Bersumber dari Allah
Pada ayat 23 dan 24 surat al-Mulk lebih dipertegas dalam penjelasan terkait bentuk refleksi diri agar kita tetap berada pada jalan Allah SWT. Berikut firman Allah:
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ
Katakanlah, “Dialah Yang Menciptakan kamu.” (Al-Mulk: 23)
Artinya adalah Allah lah menciptakan kita semua dari permulaan yang pada sebelumnya kita yang belum jadi apa-apa hingga menjadi tiada. Selain itu Allah juga memberikan kita absar yakni akal, dan af-idah yaitu pemahaman. Akan tetapi, jarang sekali segala kemampuan dan kekuatan yang dianugrahkan Allah SWT digunakan untuk ketaatan kepada Allah dan untuk mengerjakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
Padahal Allah juga menciptakan makluknya dengan beraneka ragam, baik itu yang berkulit hitam, berkulit putih, macam-macam bahasa serta berbagai macam ras dan lainnya, Allah menciptakan semuanya dengan penuh keistimewaan masing-masing.
Kemudian setelah itu Allah yang menciptakan itu semuanya yang sudah dipisah-piahkan, selanjutnya Allah lah yang kelak akan mengumpulkan kembali kepadaNya. Firman Allah tersebut tertera dalam ayat 24 surat al-Mulk. Peristiwa pengumpulan nanti akan terjadi pada hari kebangkitan. Selain itu, Allah juga menceritakan nasip orang-orang kafir yang ingkar terhadap Allah yang mana mereka menganggap kemustahilan kejadian hari akhir dan hari kebangkitan, maka sungguh kecewa dan sengsaralah mereka (orang-orang kafir), karena mereka tidak bisa memperbaiki sikap perbuatannya yang sudah dilakukan pada saat di dunia.
Baca juga: Tafsir Surat Al-Mulk Ayat 16-18: Ragam Ancaman Allah serta Ibrah dari Umat Terdahulu
Maka dengan begitu, marilah kita mencoba untuk terus berusaha melakukan peritah Allah dan menjauhi larangannya. Sebagaimana yang tertulis dalam kitab Targhib wa al-Tarhib karya al-Hafidz al-Mundhiri, bahwa penulis berpesan kepada orang-orang Islam baik laki-laki ataupun perempuan agar senantia menjaga bacaan surah al-Mulk ini pada setiap malam, jika mereka ingin mendapatkan syafaat dari surat ini di hari kiamat, dan terbebas dari siksa kubur serta teruslah memohon untuk berlindunglah kepada Allah SWT. wallahu alam[]