Berterima kasih mungkin merupakan hal yang remeh bagi sebagian orang. Tapi ternyata tidak semua orang dapat melakukannya dengan mudah, apalagi dengan ikhlas. kendati demikian, berterima kasih merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan sehingga harus diajarkan dan diteladankan mulai sejak dini.
Para Nabi termasuk Nabi Nuh dalam hal ini mengimplementasikan rasa terima kasih tersebut dengan pengorbanan yang luar biasa hebat. Nabi Nuh mengalami kesendirian yang panjang, dicemooh dan dihinakan oleh kaumnya. Perbuatannya sebagai rasa terima kasih kepada Allah swt dianggapnya sebagai orang gila bahkan oleh anaknya sendiri. Maka Allah swt mengapresiasi dakwah dan segala pengorbanan Nabi Nuh. Hal ini termaktub dalam firmannya Q.S. al-Shaffat ayat 78-81:
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَ
سَلٰمٌ عَلٰى نُوْحٍ فِى الْعٰلَمِيْنَ
اِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan Kami abadikan untuk Nuh (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. ”Kesejahteraan (Kami limpahkan) atas Nuh di seluruh alam.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman” (Q.S. al-Shaffat [37]: 78-81)
Tafsir Ayat
Hamka menafsirkan ayat di atas bahwa Allah swt meninggalkan pujian yang baik terhadap Nabi Nuh. Maksudnya bahwa kisah bahtera Nabi Nuh menjadi pegangan dan bukti konkrit atas dakwahnya selama 950 tahun.
Selanjutnya, Allah swt mengapresiasi kerja keras Nabi Nuh dengan ungkapan salamun ‘ala nuh (salam sejahtera Kami limpahkan atas Nuh), ungkapan ini merupakan bentuk penghargaan yang tinggi kepada Nabi Nuh. Ia telah gigih, tabah, dan sabar dalam berjuang menegakkann syiar Islam. Dan ia selalu memohon pertolongan kepada Allah karena ia sadar bahwa manusia tidak akan berhasil dalam usahanya tanpa ada campur tangan dariNya.
Baca juga: Tafsir QS. Ali Imran [3] ayat 14-15: Cintai Dia Sewajarnya, Cintai Tuhan Sepenuhnya
Penafsiran yang berbeda dikemukakan oleh Quraish Shihah menyatakan bentuk selamat atas Nabi Nuh adalah terhindar dari segala yang tercela dan berbahaya atau hal-hal yang tidak menyenangkan dan menakutkan seseorang pada tempat tertentu.
Penggunaan kata nakirah pada salam yakni tidak memakai alif dan lam untuk menggambarkan betapa besar dan banyaknya keselamatan dan kedamaian yang diterima Nabi Nuh. Dalam hal ini Allah mengucapkan selamat, salam sejahtera kepada Nabi Nuh atas jasanya yang sangat besar dalam mensyiarkan ajaran tauhid.
Senada dengan Shihab, Ibn Katsir memaparkan bahwa bentuk salam tersebut adalah buah baginya atas tutur kata dan kesabaran yang baik di kalangan sesudahnya (umat Nabi Muhammad saw). Ibn Abbas berkata yadzkuru bikhair (sebutan baik bagi Nabi Nuh).
Baca juga: Tafsir Surat An-Nahl ayat 15-16: Nikmat Allah Bagi Penduduk Bumi
Mujahid berkata sebutan yang baik di kalangan semua nabi. Qatadah dan Al-Saddi berkata bahwa Allah swt mengabadikan bagi Nuh pujian yang baik di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Al-Dhahhak mengatakan pujian yang baik. Sedangkan pada ayat ke-81, sesungguhnya Nabi Nuh adalah pribadi yang al-mushaddiqin (membenarkan), al-muwahhidin (yang mengesakan), dan al-muqinin (meyakini kebesaranNya).
Hikmah Terima Kasih Allah terhadap Nabi Nuh
Ayat di atas mengajarkan kepada kita bahwa Allah swt tak segan untuk berterima kasih dan menambah nikmat kepada hambaNya tanpa pandang bulu mulai level Nabi hingga kita sebagai manusia biasa. Jikalau Allah Swt. sebagai Tuhan kita semua tak malu untuk berterima kasih kepada hamba-Nya apalagi kita sebagai manusia yang tak memiliki kedudukan istimewa yang patut diunggulkan justru semakin membuat kita harus dan membiasakan diri untuk berterima kasih kepada sesama.
Oleh karenanya, perbuatan terima kasih yang dilukiskan Allah swt kepada Nabi Nuh tidak diberikan secara cuma-cuma alias gratis, Ia memberikan tantangan yang tidak mudah bahkan tersulit, tetapi Ia juga melimpahkan kenikmatan yang tiada tara bagi mereka yang berhasil melakukannya. Wallahu A’lam.