BerandaTafsir TematikTafsir Tarbawi: Keharusan Bersikap Sabar Bagi Peserta Didik

Tafsir Tarbawi: Keharusan Bersikap Sabar Bagi Peserta Didik

Telah masyhur di antara kita akan syair Imam Syafi’i, “Jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, bersiap-siaplah menelan pahitnya kebodohan”. Syair ini mengindikasikan bahwa peserta didik harus memiliki sikap sabar dan ketekunan dalam belajar.

Ilmu tidak diraih oleh warisan nasab dan kedudukan, tapi hanya diperoleh bagi mereka yang bersabar dan tekun. Keharusan bersikap sabar bagi peserta didik, Allah swt lukiskan dalam firman-Nya Q.S. al-Hujurat [49]: 5,

وَلَوْ اَنَّهُمْ صَبَرُوْا حَتّٰى تَخْرُجَ اِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Dan sekiranya mereka bersabar sampai engkau keluar menemui mereka, tentu akan lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S. al-Hujurat [49]: 5)

Tafsir Surah al-Hujurat Ayat 5

Muhammad ‘Ali al-Shabuny dalam Shafwah al-Tafasir menjelaskan bahwa sekiranya mereka mau bersabar untuk menunggu Rasulullah saw keluar menemui mereka menandakan sikap sabar dan itu lebih baik bagi mereka serta paling utama kedudukannya di sisi Allah swt dan manusia. Hal itu juga menunjukkan penghormatan kepada Rasulullah saw yang berkedudukan sebagai Nabi. Dan Allah swt Maha Pengampun atas dosa hamba-Nya dan Maha Penyayang bagi orang-orang mukmin.

Hal senada disampaikan oleh Ibnu Asyur dalam al-Tahrir wa al-Tanwir bahwa kata khairan menggunakan bentuk isim tafdhil (isim yang bermakna lebih atau paling). Maksudnya adalah sabar bagi mereka tentu jauh lebih baik dan lebih utama daripada tergesa-gesa. Dan sabar juga antonim dari keburukan. Sabar juga merupakan bagian dari keindahan akhlak.

Baca juga: Beda Derajat Orang yang Berilmu dan Tidak Berilmu

Penafsiran berbeda datang dari Ibnu Katsir, ia menjelaskan munasabah ayat ini terkait ayat sebelumnya (al-Hujurat: 4), di mana kebiasaan orang-orang Arab saat itu memanggil seseorang dengan bersuara keras sebagaimana yang mereka lakukan terhadap baginda Rasulullah saw. Hal itu dicela oleh Allah swt.

Kemudian pada ayat ini menegaskan bentuk etika sopan santun terhadap Rasulullah saw yakni kesabaran. Sabar untuk menunggu Rasulullah saw keluar hingga menemui mereka. Sebab hal itu mengandung kebaikan dan kemanfaatan bagi mereka di dunia dan akhirat.

Keharusan Bersikap Sabar Bagi Peserta Didik

Bagi seorang peserta didik, sikap sabar adalah keharusan. Tanpa kesabaran, ilmu sulit diraih. Ilmu membutuhkan ketekunan, kesabaran dan ketenangan. Perilaku sabar yang ditunjukkan oleh ayat di atas di antaranya adalah pertama, tidak terburu-buru. Mereka sebagaimana dijelaskan di atas bahwa sabar menunggu Rasulullah saw keluar menemui mereka itu lebih utama daripada memanggilnya dengan suara lantang. Secara tidak langsung, sabar meniscayakan etika atau sopan santun.

Begitu pula halnya peserta didik, ia harus sabar akan penjelasan guru, sabar akan tugas-tugas yang diberikan kepadanya oleh guru, sabar untuk menahan kantuknya lelah belajara, bahkan sabar untuk menahan diri dari hal-hal tercela seperti pacaran, bermain berlebihan, dan sebagainya.

Baca juga: Tafsir Surah Al Baqarah Ayat 256: Islam Menjunjung Tinggi Kebebasan Beragama

Kedua, mengontrol hawa nafsu. Ayat di atas menyiratkan anjuran untuk tidak bersuara lantang ketika memanggil guru. Artinya, bersabar atas kepungan dahsyatnya hawa nafsu. Seorang manusia tidak akan bisa menanggalkan hawa nafsu, karena sejatinya hawa nafsu adalah fitrah bagi manusia. Maka yang hanya bisa kita lakukan adalah mengendalikannya sehingga tidak liar tak terkendali.

Mengutip dawuh (perkataan) Syaikh Muhammad bin Hasan dalam Ta’lim al-Muta’allim, bahwa tidak akan diperolehnya suatu ilmu kecuali enam perkara, salah satunya adalah kesabaran. Menuntut ilmu memang membutuhkan kesabaran.

Sangat beruntung bagi mereka yang mampu bersabar melewati segala bentuk ujiannya. Segala umpatan, cacian, celaan, godaan, kesenangan sesaat selalu menyelimuti bagi para penuntut ilmu. Dengan demikian, hendaknya peserta didik selalu berdoa dan memohon kepada-Nya untuk diberikan kesabaran dan ketabahan serta kemudahan dalam melewati semua itu, sebab ridha Allah swt sangat menentukan mudah tidaknya perjuangan kita. Wallahu A’lam.

 

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...