Dalam dunia penafsiran Al-Quran, ketika menyebut KH. Misbah Mustafa, pasti langsung teringat pada karya tafsirnya, yaitu Tafsir Iklil. Namun ternyata karya tafsir beliau tidak hanya itu, karya tafsir Al-Qurannya yang lain yaitu Kitab Taj Al-Muslimin min Kalami Rabbi Al-Alamin.
Tradisi penulisan tafsir di Indonesia diawali dejak ditemukannya sebuah tafsir Surah Al-Kahfi pada abad ke-16 yang ketika itu tidak diketahui nama pengarangnya. Satu abad kemudian ditemukan kitab tafsir Tarjuman al-Mustafid yang ditulis oleh Abdul Rauf Singkel, juga Tafsir Marah Labib fi Kasyfi Ma’na Al-Quran al-Majid karya Syekh Nawawi Al-bantani yang diterbitkan di Makkah dan ditulis dalam Bahasa Arab (Yunan, 1991: 36).
Pada tahun 1920-an Cokroaminoto memperkenalkan terjemahan tafsir karangan Maulvi Mohammed Ali dari Ahmadiyah Lahore. Kemudian sekitar tahun 1930, Mahmud Yunus menerbitkan tafsir Al-Quran Al-Karim. Pada tahun 1937 M, Halim Hasan telah mempersiapkan karyanya di Masjid Raya Binjel, Sumatera Utara. Bagian-bagian dari karya tersebut muncul dalam bentuk majalah pada bulan April 1937 (Federspiel, 1996: 38-39).
Munculnya tafsir Melayu inilah yang kemudian menginspirasi banyak mufasir di Indonesia, sehingga lahirlah kitab-kitab dengan bahasa lokal. Salah satunya kitab Taj Al-Muslimin min Kalami Rabbi Al-Alamin. Karya ini merupakan karya kedua KH Misbah Mustafa setelah tafsir Al-Iklil fi Ma’ani Al-Tanzil.
Baca Juga: Mufasir Indonesia: Kiai Misbah, Penulis Tafsir Iklil Beraksara Pegon dan Makna Gandul
Kitab ini ditulis tepat dua tahun setelah karya pertama beliau selesaikan yaitu pada tahun 1987 M/ 1408 H. Dalam Muqaddimah Tafsir Taj Al-Muslimin Min Kalami Rabbi Al-Alamin, KH Misbah Mustafa menyampaikan keprihatinan beliau dengan keadaan orang Islam.
Banyak orang yang mengaku Islam, berkali-kali mengucapkan kalimat syahadat akan tetapi tidak memahami Al-Quran yang berbahasa Arab. Banyak orang yang lalai dan enggan mempelajari Al-Quran setelah kenikmatan dunia diraihnya. Bahkan tidak jarang kebanyakan umat Islam lebih memilih taklid kepada seseorang yang biasa dipanggil Kyai daripada belajar untuk memahami Al-Quran (Taj Al-Muslimin: 2-5).
Pemberian nama kitab Tafsir Taj Al-Muslimin Min Kalami Rabbi Al-Alamin, diberikan sendiri oleh KH Misbah Mustafa. Masih dalam muqaddimah kitabnya, beliau menjelaskan makna dari Tafsir Taj Al-Muslimin Min Kalami Rabbi Al-Alamin, adalah mahkota untuk orang Islam. KH Misbah Mustafa berharap, dengan adanya kitab ini orang Islam mampu terangkat derajatnya karena memahami firman-firman Allah.
Baca Juga: Mengenal Tafsir Iklil, Kitab Tafsir Berbahasa Jawa Pegon dan Makna Gandul
Sistematika dan Metode Penulisan Kitab
Sistematika penulisan dan metode penafsiran tafsir Taj Al-Muslimin Min Kalami Rabbi Al-Alamin sedikit berbeda dengan kitab tafsir pada umumnya. Kitab ini ditulis dengan bahasa Jawa, dengan aksara Arab Pegon dan makna gandul yang menjadi ciri khas karya-karya ulama Jawa. Setiap ayat diterjemahkan secara harfiah dengan menggunakan makna gandul yang ditulis miring ke bawah setiap kata, kemudian diterjemahkan per ayat di bagian bawah.
Halaman kitab ini secara keseluruhan berjumlah 1689 halaman. Juz 1 dimulai dari halaman 1 sampai hamalan 428 (428 halaman), juz 2 melanjutkan halaman pada juz 1 yakni dimulai dari halaman 429 dan diakhiri halaman 793 (364 halaman), juz 3 dari halaman 794 sampai halaman 1189 (395 halaman), dan terakhir juz 4 dimulai dari halaman 1189 sampai halaman 1689 (500 halaman).
KH Misbah Mustafa memulai penafsirannya dengan memuji Allah dan salawat untuk Nabi Muhammad SAW. Dalam muqaddimah kitabnya, KH Misbah Mustafa menulis keutamaan Al-Quran disertai dengan ayat dan hadis yang menjadi landasannya. Ada beberapa keunikan pada penafsiran yang dilakukan oleh KH Misbah Mustafa, yakni, pertama, pada setiap penafsirannya, KH Misbah Mustafa selalu menulis nama surat yang hendak ditafsirkan lengkap dengan tempat turunnya, jumlah ayat, jumlah kalimat dan jumlah huruf.
Seperti ketika menafsirkan QS. Al-Fatihah beliau menulis “Surah Al-Fatihah iki temurun ono ing Makkah, ayate ono pitu, kalimahe ono pitulikur, hurufe ono satus patang puluh” (Surah Al-Fatihah ini turun di Makkah, berjumlah tujuh ayat, dua puluh tujuh kalimat, dan seratus empat puluh huruf).
Kedua, beliau menulis ayat yang hendak ditafsirkan lengkap dengan makna gandul per kata dan ditulis miring. Ketiga, di bawah makna gandul yang ditulis miring beliau menampilkan terjemahan global ditulis dengan lurus, dan terakhir beliau menampilkan tafsiran ayatnya.
Baca Juga: Masih Relevankah Metode Tafsir Ijmali Era Rasulullah SAW? Berikut Penjelasannya
Dalam menafsirkan, beliau selalu menulis ayat yang hendak ditafsirkan dan diberi tanda garis bawah. Karakteristik lainnya, ketika beliau hendak menulis hal-hal yang penting ditandai dengan menulis “Masalah-masalah kang perlu dimangerteni” (Masalah atau persoalan yang perlu diketahui) dan dalam lain kesempatan hanya ditulis dengan istilah “Maslahatun”.
Memperhatikan penafsiran KH Misbah Mustafa dalam kitab Tafsir Taj Al-Muslimin Min Kalami Rabbi Al-Alamin dapat disimpulkan bahwa kitab tersebut menggunakan metode ijmali dengan penjelasannya yang agak panjang dan disusun dengan tartib mushafi.
Dari segi kepenulisannya, kitab tafsir karya kedua KH Misbah Mustafa ini agaknya tidak jauh berbeda dengan karya pertamanya. Menurut beberapa sumber mengatakan bahwa KH Misbah Mustafa menuliskan tafsir keduanya ini dikarenakan adanya ketidak relaannya terhadap penerbit yang telah merubah subtansi dari isi kitab tafsir pertamanya. Wallahu A’lam.