Setidaknya berdasarkan survey UNESCO yang terakhir digelar di tahun 2018 yang terlampir di sini, bahwa jumlah bahasa di dunia mencapai 6.700 dengan penutur kurang lebih 7 miliar penduduk dunia. Bahasa mempunyai kekuatan lokalitas yang luar biasa, dalam satu negara bisa ditemukan ratusan bahasa, bahkan Indonesia saja memiliki hampir 400-an bahasa yang berbeda – beda di tiap daerah. Bahkan, memahami bahasa asing dalam satu rumpun bahasa bisa memiliki varian yang sangat beragam.
Namun pernahkah kita berfikir bahwa keragaman bahasa adalah karunia Allah SWT yang seharusnya kita syukuri?. Dari berbagai teori kemunculan bahasa yang populer dalam literatur Islam klasik adalah teori tauqifiyah. Teori ini menyatakan bahwa bahasa adalah murni wahyu dari Allah SWT. Tidak ada inisiasi maupun improviasasi dari makhluk dalam bentuk apapun, ibarat kata Allah menciptakan kita manusia sudah satu paket dengan kemampuan berbahasa. Salah satu yang dijadikan landasan teori ini adalah surat Al-Baqarah ayat 31
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” ( QS. Al-Baqarah 31).
Dalam ayat diatas, Allah berfirman bahwa Allah-lah yang mengajarkan Nabi Adam nama – nama benda di surga, sedangkan nama adalah salah satu produk turunan dari bahasa. Termasuk dari nama – nama yang diajarkan Allah, menurut Ibnu Abi Najih adalah nama – nama hewan melata, hewan – hewan yang terbang, dan semua hal.
Baca juga: Tafsir Surah Yasin Ayat 55-57: Kenikmatan Penduduk Surga
Diantara linguis yang mempercaya akan teori ini adalah Ibnu Faris, dalam bukunya As-Shahiby fi Fiqh Al-Lughah wa Sunan Al-‘Arab fi Kalamiha. Dan Ibnu Jinny, dalam karyanya Al-Khasais dan Sirr Shina’at Al-I’rab. Keragaman bahasa merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT. Seperti yang telah disinggung tadi, Allah menciptkan miliaran manusia mulai dari nabi Adam hingga saat ini, dengan segala kemampuan berbahasa mereka yang sangat beragam dari suku bangsa yang bermacam – macam. Allah berfirman:
وَمِنْ آياتِهِ خَلْقُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوانِكُمْ إِنَّ فِي ذلِكَ لَآياتٍ لِلْعالِمِينَ
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan lisan dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui” ( QS. Ar-rum : 22 )
Diksi “lisan” disini bukanlah lisan secara fisiologis. Karena perbedaan manusia secara fisiologis telah diwakili oleh kata “Alwan” yang ada setelahnya. Sebagaimana yang Imam Abu Mansur cantumkan dalam Tafsir Al-Maturidy :
لأن الألسن بحيث خلقة الألسن غير مختلفة، ولكن إنما تختلف بحيث النطق والتكلم حتى لا يقع في التكلم بها والنطق والصوت تشابه بحال، وخروجه عما يقدرون من الكلام، وإن كانت بحيث خلقتها واحدة غير مختلف
“Karena lisan dari segi penciptaan (fisiologis) itu tidak ada perbedaan. Namun, yang membedakan adalah ucapan dan perkataan. bahkan tidak ada perkataan, ucapan, dan suara yang memiliki persamaan sempurna dan keluar dari kemampuan masyarakat dalam bertutur. Walaupun secara penciptaan sama, tak ada perbedaan”.
Baca juga: Menanti Riset Manuskrip Al-Qur’an Nusantara Koleksi Prancis
Az-Zamhasyari dalam Al-Kussyaf menyatakan secara eksplisit bahwa yang dimaksud “lisan” bukanlah produk abstrak seperti perkataan dan ucapan sebagaimana dituturkan Al-Maturidy. Beliau memastikan bahwa yang dimaksud dalam ayat itu adalah bahasa, secara khusus.
الألسنة: اللغات. أو أجناس النطق وأشكاله. خالف عزّ وعلا بين هذه الأشياء حتى لا تكاد تسمع منطقين متفقين في همس واحد، ولا جهارة، ولا حدّة، ولا رخاوة، ولا فصاحة، ولا لكنة، ولا نظم، ولا أسلوب، ولا غير ذلك من صفات النطق وأحواله
“yang dimaksud Al-Alsinat adalah Al-Lughaat (Bahasa-Bahasa), atau genre – genre serta format – format sebuah ucapan. Allah’Azza wa Jalla meletakkan perbedaan disini, sampai – sampai hampir tidak ada 2 buah wilayah yang bersepakat dalam satu ucapan baik berbisik, nyaring, ketajaman, kelembutan, retorika, aksen, aturan, gaya bahasa, dan lain-lain dalam hal sifat dan kondisi pengucapan”
Seharusnya perbedaan bahasa bukan membuat kita makin ter-diferensiasi, justru harusnya makin bersatu. Dengan cara belajar bahasa asing untuk saling memahami antar sesama manusia dari berbagai penjuru dunia. Belajar bahasa asing adalah cara untuk semakin menekan poin perbedaan antara satu dengan yang lain. sebagaimana ulama Syeh Nawawi katakan dalam Marah Labid :
وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ أي لغاتكم العربية، والفارسية، وغير ذلك. والأصح أنه اختلاف كلامكم، فإن الأخوين إذا تكلما بلغة واحدة يعرف أحدهما من الآخر
“Perbedaan lisan kalian, maksudnya adalah bahasa Arab, Persia, dsb. yang paling absah adalah perbedaan tuturan. Maka jika ada 2 oang berbicara menggunakan bahasa yang sama, maka mereka akan saling kenal”
Baca juga: Surah Al-Ahzab [33] Ayat 4-5: Hukum Mengadopsi Anak Menurut Al-Quran
Dengan demikian dari berbagai keterangan diatas dapat disimpulkan, bahwa perbedaan bahasa adalah salah satu tanda kekuasaan Allah yang harusnya membuat iman kita terhadap-Nya semakin bertambah. Salah satu cara untuk mengimaninya adalah dengan belajar bahasa Asing sebagai wujud representasi kita sebagai hamba yang ingin menitih jalan menuju-Nya
Wallahu A’lam