Al-Quran mengajarkan bahwa kebaikan itu tidak hanya tentang ibadah kepada Allah, seperti salat, zakat dan ibadah semacamnya, yang kita kenal dengan kesalehan individual, tetapi juga tentang memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan atau yang dikenal dengan kesalehan sosial. Hal ini sebagaimana terekam dalam surah Al-Baqarah ayat 177,
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (177)
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
Baca Juga: Dia yang Berlaku Baik Kepadamu, Lebih Baiklah Kepadanya! Pesan Surat An-Nisa Ayat 86
Yang perlu digarisbawahi dari pesan ayat di atas adalah bahwa kebaikan yang dilakukan oleh seseorang bukan hanya beribadah kepada Allah sebagai kesalehan individual, seperti melaksanakan salat, dan mengeluarkan zakat serta melaksanakan ibadah-ibadah yang lain, tetapi juga kebaikan itu memberikan harta yang kita cintai dalam bentuk sedekah dan infak kepada orang-orang yang membutuhkannya, seperti sanak saudara (keluarga dekat), anak-anak yatim, orang-orang fakir dan miskin, ibnus sabil (anak jalanan), peminta-peminta, dan budak-budak yang membutuhkan bantuan.
Ayat ini menegaskan bahwa kebaikan itu bukan saja kebaikan yang berkaitan dengan kesalehan individual dalam hubungan dengan Tuhan, tetapi memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan sebagai bentuk kesalehan sosial.
Selain itu, ayat ini juga menggugah kepekaan sosial kita. Kita harus memiliki kepekaan terhadap mereka yang membutuhkan bantuan, utamanya yang disebut dalam ayat di atas. Termasuk di dalamnya juga orang asing, yaitu orang yang datang ke suatu tempat yang baru, seperti seseorang yang baru pindah ke tempat yang baru. Tidak lupa juga ibn sabil, seseorang yang selalu melakukan perjalanan, yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam mencapai kebaikan dan keridaan Allah swt.
Baca Juga: Tips Agar Ikhlas dalam Berbuat Baik: Tafsir Surah Al-Qasas Ayat 77
Keutamaan orang yang memberi karena Allah
Orang yang memberi karena Allah dalam hadis Qudsi riwayat Abu Idris al-’Abdy dijelaskan bahwa ia termasuk satu dari lima orang yang berhak mendapat cinta Allah,
حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَحَقَّتْ لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَصَادِقِينَ فِيَّ وَالْمُتَوَاصِلِينَ أَوْ الْمُتَزَاوِرِينَ. رواه أحمد
“Orang-orang yang saling mencintai karena Aku berhak memperoleh cinta-Ku. Orang-orang yang saling memberi karena Aku, berhak memperoleh cinta-Ku. Orang-orang yang saling bersedekah karena Aku, berhak memperoleh cinta-Ku, dan orang-orang yang saling mengunjungi dan menyambung silaturrahim karena aku, berhak mendapat cinta-Ku” (HR. Ahmad).
Hadis di atas menyatakan bahwa orang-orang yang dicintai oleh Allah adalah:
- Orang-orang yang saling mencintai karena Allah dan mereka itulah yang berhak mendapat cintaku.
- Orang-orang yang saling memberi karena Allah berhak mendapat cintaku.
- Orang-orang yang saling bersedekah karena Aku berhak mendapatkan cintaku.
- Orang-orang yang saling silaturrahim akan mendapatkan cintaku.
- Orang yang saling berkunjung berhak mendapat cintaku
Selain orang yang memberi karena Allah, juga ada orang saling mencintai karena Allah, bersedekah karena Allah, orang yang bersilaturahim dan orang yang saling berkunjung. Perilaku lima orang istimewa ini berkaitan dengan interaksi seseorang dengan orang lain, dengan kata lain amal yang dilakukan bukan berupa ibadah mahdloh seperti salat dan lainnya, inilah yang di awal disebut dengan kesalehan sosial.
Sering kita lupakan bahwa ukuran kebaikan itu bukan dilihat dari ibadah kepada Allah saja, tetapi juga ibadah dan interaksi kepada sesama, membantu orang yang membutuhkan, dalam konteks sekarang misal orang yang sedang tertimpa musibah. Seperti itulah misi Islam, rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin), bukan rahmat bagi manusia dan Allah semata. Wallahu a’lam.