Alquran merupakan kitab suci yang berisi petunjuk dan pedoman hidup guna menggapai keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Manusia dalam menyikapi Alquran serta petunjuk yang ada di dalamnya terbagi mejadi tiga golongan; orang bertakwa, orang kafir dan orang munafik.
Dalam tulisan sebelumnya, telah dipaparkan mengenai golongan pertama, yaitu orang-orang yang bertakwa. Mereka adalah orang-orang yang dipuji oleh Allah swt karena hanya mereka yang berhasil menginternalisasi ajaran-ajaran Alquran dalam diri dan setiap tindakannya.
Sedangkan dua kelompok manusia lainnya tidak mendapatkan manfaat dari hidayah yang sudah tersedia dalam Alquran. Hal ini disebabkan karena kesombongan dan pengingkaran mereka terhadap Alquran.
Baca Juga: Tiga Golongan Manusia dalam Surah Albaqarah (Bag. 1)
Golongan Orang-Orang Kafir
Istilah kafir merupaan derivasi dari kata kufr yang berarti menutup. Malam disebut kafir karena ia menutupi segala sesuatu dengan kegelapan. Petani disebut sebagai kuffar karena aktivitasnya adalah menimbun dan menutupi benih-benih tanaman dengan tanah. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Alhadid [57]: 20. (Tafsir al-Maraghi, Juz 1, 45-46)
Dengan demikian, orang-orang kafir adalah mereka yang menutupi hatinya dari keimanan dan kebenaran. Imam al-Sya’rani mengklasifikasikan kafir menjadi dua bagian. Pertama, orang-orang yang awalnya tidak beriman kepada Allah Swt. namun, setelah mendapatkan dakwah Islam serta mendengarkan kalam-kalam Ilahi, ia menerima dengan hati yang bersih, sehingga ia memperoleh hidayah Allah Swt. dan kemudian beriman.
Kedua, adalah mereka yang mengetahui kebenaran Islam akan tetapi tetap bersikukuh dengan kekafiran dan kezaliman karena ada motif dan kepentingan dunia. Mereka gengsi untuk tunduk pada ajaran Islam dan merasa bahwa pamor, kehormatan dan penghasilannya akan hilang jika beriman dan tunduk pada Islam. (Tafsir al-Sya’rawi, Juz 1, 137)
Baca Juga: Menyingkap Makna Ahlulbait dalam Alquran: Perspektif Kontekstual-Filosofis
Menurut Imam al-Razi, kiranya para mufassir sepakat bahwa kafir yang dimaksud dalam ayat ke 6 surat Albaqarah tertentu pada sebagian orang saja, tidak mencakup seluruh orang kafir. (Mafatih al-Ghaib, Juz 2, 283). Sebagaimana sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa tidak sedikit orang kafir yang tadinya memusuhi Islam dan bahkan rela mempelajari Alquran demi mencari-cari kelemahan Islam, tetapi justru yang mereka temukan adalah kebenaran sejati, sehingga mereka kemudian beriman.
Orang-orang kafir yang tidak akan mendapat petunjuk Alquran adalah mereka yang di hatinya dipenuhi perasaan dengki, benci kepada Nabi Muhammad Saw. dan ajaran yang dibawanya. Mereka tahu bahwa ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw. adalah sebaik-baiknya ajaran. Akan tetapi, mereka khawatir prestasi dan pencapaian duniawi yang selama ini mereka miliki seperti kedudukan, pangkat, harta dan sebagainya akan sirna jika mereka ikut kepada agamanya Nabi Muhammad Saw.
Oleh karenanya, Allah Swt. menutup hati mereka dari kebenaran. Mereka tidak akan pernah mendapatkan hidayah dan petunjuk, sehingga pada akhirnya mereka mati dalam keadaan kafir dan akan memperoleh siksa yang pedih di akhirat.
Setidaknya, ada empat pendapat ulama mengenai siapa orang-orang kafir yang dimaksud dalam Q.S. Albaqarah tersebut. Pertama, ayat di atas turun berkenaan dengan para pemimpin pasukan perang yang melakukan koalisi melawan Rasulullah Saw. dalam perang Badar. Kedua, yang dimaksud orang-orang kafir dalam ayat tersebut adalah Abu Lahab dan lima orang anggota keluarganya.
Baca Juga: Beberapa Makna Kufr dalam Alquran
Ketiga, menurut Ibnu Abbas ra., orang-orang kafir dalam ayat tersebut ditujukan kepada kaum Yahudi yang membangkang dan menutup-nutupi kebenaran. Keempat, yang dimaksud orang-orang kafir yang tertutup hatinya dalam ayat tersebut adalah orang-orang kafir Quraish seperti Abu Lahab, Abu Jahal, dan komplotannya. (Zadd al-Masir fi ‘Ilm al-Tafsir, Juz 1, 29)
Dua ayat tersebut sejatinya hanya menginformasikan kepada Nabi Muhammad Saw. bahwa mereka tidak akan pernah beriman. Tujuannya adalah supaya jangan terlalu berharap atas keimanan mereka, sebab mereka sudah ditakdirkan tidak akan beriman. Ini juga menjadi pelajaraan bagi semua kaum muslim terutama mereka yang terjun langsung dalam medan dakwah, bahwa tugas seorang dai adalah hanya mengajak dan memberitahukan. Ia tidak punya wewenang untuk memberi hidayah kepada siapapun, kecuali atas izin Allah Swt