BerandaTafsir TematikTafsir IsyariTiga Jalur Wali Menurut Gus Baha

Tiga Jalur Wali Menurut Gus Baha

Memiliki derajat kewalian merupakan sesuatu hal yang agung dan bukan sembarang orang mendudukinya, akan tetapi bukan berarti kita orang awam tidak bisa menggapainya. Banyak kekasih Allah yang hidupnya di tengah pasar, banyak wali Allah yang banyak orang tidak mengetahui derajat kewaliannya. Konsep ke-walian yang ditawarkan Gus Baha sangatlah gamblang, mudah diterima dan cocok di era sekarang. Jarang di zaman akhir ini seorang ulama yang mengajak umat untuk daftar menjadi kekasih Allah, apalagi menawarkan jalur pendaftaran derajat ke-walian yang murni.

KH. Ahmad Baha’udin Nursalim (Gus Baha) seorang ahli Quran dalam mendefiniskan wali sangat mudah dicerna bagi orang awam. Dalam berbagai kesempatan kajianya, di antaranya pada haul KH. Abdul Hamid Pasuruan (26/10/2020), beliau mengatakan wali adalah kekasih Allah, hamba yang di ridhai Allah Swt.

Juga di dalam beberapa kesempatan Gus Baha memberi motivasi terhadap umat untuk memiliki keinginan menjadi wali. Artinya wali yang benar-benar dekat dengan Allah, dan dicintai Allah, bukan yang aneh tingkah lakunya, compang-camping pakaianya, banyak karomahya, tuturnya.

Gus Baha menyampaikan konsep kewalian dengan landasan QS Yunus: 62 yang berbunyi:

اَلَاۤ اِنَّ اَوۡلِيَآءَ اللّٰهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُوۡنَ

“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”

Gus Baha mengatakan jika kita ingin hidup bahagia, tidak ada rasa ketakutan dan kecemasan maka jadilah wali Allah (kekasih Allah).

Makna Kata Wali Menurut Ulama 

Wali yang dimaksud disini adalah kekasih Allah yang sudah dijelaskan di atas. Para ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan kata wali. Didalam kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah Imam Abul Qosim Al-Qusyairi mengatakan kata “wali” dapat ditarik ke dalam wazan mubalaghah dan wazan fail dengan makna maf’ul. Sehingga jika mengikuti wazan mubalaghah maknanya adalah superlative atau sangat. Sehingga jika di maknai kata wali berarti orang yang ketaatanya terus menerus tanpa tercederai maksiat (Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah hal. 191).

Juga kata wali bisa menggunakan wazan fail dengan makna maf’ul seperti kata qatil dengan makna maqtul dan kata jarih dengan makna majruh sehingga makna wali adalah orang yang dilindungi oleh Allah dengan penjagaan dan pemeliharaannya secara langgeng dan terus menerus. Artinya Allah Swt. senantiasa memberinya taufiq yang tidak lain kemampuan berbuat ketaatan. Dalam hal ini Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-A’raf: 196 “Dia melindungi orang-orang yang saleh”. (Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 191).

Dari penjelasan diatas, muncul yang namanya mahfudz (orang yang dilindungi). Artinya mereka mendapat perlindungan oleh Allah dari perbuatan tercela. Mahfudz ini satu tingkat dibawa ma’shum yang menjadi istilah perlindungan Allah yang diberikan kepada para Nabi.

Syekh Zarruq menyebutkan tiga sifat utama para wali Allah, yaitu: mengutamakan Allah, berpaling dari makhluknya, berpegang pada syariat Nabi Muhammad Saw. (Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, hal. 133).

Ketentuan Utama Menjadi Wali Allah

KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengatakan syarat untuk menjadi wali Allah adalah logika kita, mindset (pola pikir) kita sejalan dengan syariat yang ditentukan oleh Rasulullah Saw. (dikutip dari channel youtube Agus Mujib, Gus Baha Haul Mbah Hamid Pasuruan 2020). 

Hal ini selaras dengan pendapat yang terdapat didalam kitab Hidayatul Azkiya Ilaa Thariqil Awliya yang menjelaskan tentang tahapan-tahapan bagi seseorang untuk mencapai derajat waliyullah. Di dalam kitab tersebut disebutkan inna thariqa syariatun wa thariqatun wa haqiqatun fasma’ lahaa ma mitstsila yang artinya, “sesungguhnya jalan untuk menjadi waliyullah ada tiga yaitu syariat, tarekat dan hakekat dan dengarkanlah yang menjadikan perumpamaannya.”

Tiga tahapan tersebut diibaratkan dengan kata: fa syariatun ka-safinatin wa thariqatun kal-bahri tsumma haqiqatun dzurrul ghala. Artinya: syariat bagaikan perahu, tarekat seperti lautan, sedangkan hakikat laksana mutiara yang terdapat dalam lautan.

Dari keterangan di atas syarat ketentuan yang dasar untuk menjadi waliyullah adalah berpegang dengan syariat Rasulullah Saw. naik ketingkat berikutnya meniti jalan menuju Allah yang disebut tarekat, dan menyelam ke samudera untuk menemukan hakekat kehamba an kita kepada Allah Swt.

Tiga Jalur Pendaftaran Wali Menurut Gus Baha

Penulis menelaah kajian Gus Baha dalam berbagai kesempatan. Pertama dalam ceramahnya di haul Mbah Hamid Pasuruan, Gus Baha menawarkan satu jalur menjadi waliyullah lewat jalur ilmu. Gus Baha mengatakan “saya pengagum wali Allah yang alim (berilmu), salah satunya yakni Mbah Hamid.

Perkataan Gus Baha tersebut selaras dengan apa yang dikatakan oleh Imam Ghazali bahwa ilmu adalah sesuatu yang bisa mendekatkan kita kepada Allah. Barang siapa yang bertambah ilmunya maka bertambah juga rasa takwa nya.

Gus Baha juga menegaskan tidak ada wali yang tidak alim (berilmu), semua para wali itu orang yang memiliki khazanah keilmuan yang dalam. Selanjutnya Gus Baha menyampaikan hadis yang terdapat dalam kitab hilyatul awliya’ yang dikutip dari musnad ahmad sebagai berikut:

اَبْشِرُوْ مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ هَذَا رَبُّكُمْ قَدْ فَتَحَ بَابًا مِنْ اَبْوَابِ السَّمَاء يُبَاهِى بِكُمُ الْمَلاَئِكَةِ يَقُوْلُ هَؤُلاَءِ عِبَادِي قَضُّو فَرِيْضَةً وَهُمْ يَنْتَظِرُوْنَ اُخْرَى

“Bahagialah wahai orang-orang islam sesungguhnya tuhanmu membuka pintu-pintu langit membanggkan kamu diantara para malaikat dengan mengucapkan mereka hambaku yang melakukan fardhu dan menanti kefardhuan yang lain.”

Gus Baha mengatakan orang yang dibanggakan Allah adalah kekasih Allah, adalah meraka yang melakukan suatu kefardhuan dan menanti kefardhuan yang lain. Hal ini tidak akan dilakukan kecuali hamba yang mendalami keilmuan terutama ilmu ke-agamaan. Dan jalur ilmu ini di praktikkan Nabi Ibrahim untuk mendekatkan diri kepada Allah, ia sanggup menerangkan argumentasi ketauhidan dimasanya. Hal ini tercantum dalam QS Al-An’am: 83.

Kedua  mengutip dari channel youtube PP Dzikrul Ghofilin ceramah Gus Baha pada saat Haul KH Qosam Al-Hafidz di tahun 2010, Gus Baha menyampaikan Nabi Ayyub bisa dekat dengan Allah lewat jalur sabar atas cobaan yang diberikan Allah.

Nabi Ayyub yang asal mulanya diberi kekayaan dan kecukupan harta oleh Allah, tiba-tiba diuji dengan mengambil harta, anaknya dan diberinya penyakit kulit. Akan tetapi atas kesabaran dan ketabahan Nabi Ayyub akhirnya diangkat oleh Allah menjadi nabi dan menjadi kekasih Allah.

Ketiga dalam channel yaoutube yang sama Gus Baha menyampaikan atas kedekatan Nabi Sulaiman dengan Allah lewat jalur syukur. Nabi Sulaiman yang diberikan harta dan pangkat kedudukan oleh Allah timbul rasa syukurnya sehingga diangkat menjadi kekasih Allah.

Jadi itulah kurang lebih tiga jalur yang ditawarkan oleh Gus Baha untuk menjadi waliyullah pertama lewat jalur ilmu seperti Nabi Ibrahim dan cucunya Nabi Muhammad, kedua jalur sabar seperti Nabi Ayyub, ketiga jalur syukur seperti Nabi Sulaiman. Wallahuaalam.

Abdullah Rafi
Abdullah Rafi
Mahasiswa Manajemen Dakwah UIN Sunan Kalijaga
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....