BerandaTafsir TematikTiga Prinsip Menjaga Persaudaraan dalam Surah Al-Hasyr Ayat 9

Tiga Prinsip Menjaga Persaudaraan dalam Surah Al-Hasyr Ayat 9

Manusia diciptakan oleh Allah Swt dengan berbagai macam karakter dan sifatnya; di antaranya suku, ras, budaya, bangsa, bahkan agama. Namun, keberagaman tersebut seringkali memicu permasalahan yang cukup mendasar, yakni melemahnya prinsip menjaga persaudaraan. Padahal, manusia diciptakan oleh Allah Swt dari sumber yang sama. Terlepas dari apa dan bagaimana agama mereka.

Bahkan pondasi persaudaraan tersebut harus dimulai dari sesama pemeluk agama Islam, sehingga kita tidak keliru membangun persaudaraan lintas agama. Sebab, persaudaraan yang baik dimulai dari internal agama sendiri. Allah Swt telah memberikan pesan kepada umat manusia perihal menjaga persaudaraan, sebagaimana dalam surah Al-Hasyr ayat 9.

وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُا الدَّارَ وَالْإِيمانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كانَ بِهِمْ خَصاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (9)

Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (Q.s. Al-Hasy [59]: 9)

Baca juga: Orang Bersyukur Semakin Langka, Ini Keutamaan Syukur Menurut Al-Qur’an

Sebelumnya, artikel yang ditulis oleh Halya Millati dengan judul Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat 9: Sahabat Ansar, Suri Tauladan untuk Bersikap Rela Berkorban mengupas terkait dengan sikap sahabat Ansar yang sanggup berkorban demi sahabat Muhajirin. Artikel tersebut juga meberlakukan pengerbonan pada harta dan sikap yang menteyertai pengerbonan tersebut. Sementara itu, sebagian mufasir memahami pengorbanan secara umum.

Memiliki rasa pengorbanan, sebagaimana dalam artikel di atas, adalah salah satu prinsip menjaga persaudaraan menurut Al-Quran. Surat Al-Hasyr [59]: 9 juga mengandung dua prinsip dalam menjaga persaudaraan; pertama, mengedepankan rasa cinta kasih; kedua, tujuan yang murni.

Prinsip Rela Berkorban

Prinsip pertama untuk menjaga persaudaraan adalah rela berkorban atau dalam ayat di atas disebut dengan yu’tsiru atau al-istsar. Menurut Ahmad al-Shawi lafaz al-Itsar (yu’tsiru) dalam ayat tersebut mengandung makna mendahulukan yang lain daripada diri sendiri (Hasyiah al-Shawi 4, 178). Fakruddin al-Razi berpendapat, walaupun ayat tersebut mengandung rela berkorban dalam hal pembagian harta fai, namun tidak tercegah (boleh) pengorbanan tersebut kepada selainnya (Mafatih al-Ghaib 29, 508).

Baca juga: Tafsir Ahkam: Enam Hikmah Disyariatkannya Tayamum

Tampaknya al-Razi meberlakukan ayat tersebut pada keumuman lafaznya, bukan pada kekhususan sebab turun ayat tersebut. Implikasinya, pengerbonan tersebut tidak hanya pada materi saja, melainkan semua hal yang ada dalam diri kita. Kesanggupan tersebut harus berbasis pengukuran yang matang. Sebab pengorbanan tanpa perhitungan sia-sia.

Prinsip Cinta Kasih

Prinsip kedua setelah pengorbanan adalah prinsip cinta kasih. Prinsip tersebut bukan hanya diungkapkan secara perkataan, tetapi dibuktikan dengan perbuatan kita kepada objek yang dicintai. Sebab, salah satu dari bukti cinta sejati adalah mengikuti apa yang menjadi keinginan yang dicintai.

Situasi tersebut tercermin dari penyambutan sahabat Anshar ketika kedatangan sahabat Muhajirin. Disamping sahabat Anshar merelakan materinya (sanggup berkorban), mereka juga tidak memberatkan kepada Muhajirin ketika akan mengunjungi Madinah. Sikap tidak memberatkan tersebut menurut Nashiru al-Din al-Baidhawi merupakan bentuk mencintai sahabat Anshar kepada Muhajirin (Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil 5, 200).

Prinsip cinta kasih atau saling mencintai dalam konteks menjaga persaudaraan, seharunya dapat diimplementasikan selama berinteraksi dengan sesama dalam ruang yang lebih luas. Misalnya, dalam konteks Indonesia yang majemuk sangat urgen untuk tidak memberatkan sesama warga negara. Kemajemukan tersebut meniscayakan perbedaan yang sangat kompleks sekaligus menyadarkan bahwa kita tidak boleh memaksakan kehendak.

Baca juga: Surat Ali Imran Ayat 110: Syarat Menjadi Umat Terbaik

Sikap pemaksaan tersebut kemungkinan besar akan memberatkan lawan interaksi kita. Bahayanya, ketika lawan komunikasi kita merasa diberatkan oleh kita, baik dengan perkataan, perbuatan, atau prosedur yang rumit, maka akan merasa kapok. Dengan demikian, intensitas interaksi dan sosialisasi mengalami penurunan yang berpengaruh pada persaudaraan.

Nabi pernah berdoa supaya orang yang merepotkan urusan umat beliau, balasannya adalah tidak dimudahkan urusan orang tersebut. Nabi saw bersabda.

اللهُمَّ، مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ

Ya Allah, barangsiapa yang mengurusi urusan umatku kemudian merepotkan (memberatkan) umatku, maka susahkanlah (H.R Muslim 3, 1458. No hadis 1828).

Walaupun konteks hadis tersebut antara pemimpin dan masyarakat, namun dapat diberlakukan kepada keumuman maksudnya. Sehingga, siapa pun orangnya yang menyusahkan dan memberatkan urusan sasama, konsekuensinya adalah dia akan merasa kesusahan pula. Di sinilah pentingnya rasa saling mencintai.

Prinsip Tujuan yang Murni

Prinsip yang terakhir ini membutuhkan jiwa yang bersih dan keyakinan yang pripurna terhadap Allah swt; bahwa pengorbanan yang kita berikan kepada orang lain pasti akan ada buah dan manfaatnya yang kembali kepada kita.

Baca juga: Beberapa Sikap Manusia terhadap Nikmat yang Digambarkan Al-Quran

Keniscayaan mempunyai keyakinan tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap prilaku hati kita, di anataranya terhindar dari sifat iri dengki, marah, dan dendam. Kecenderungan mufasir dalam menafsirkan وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حاجَةً مِمَّا أُوتُوا yaitu sahabat Anshar tidak menaruh sifat iri dengki, kemarahan, dan dendam dalam hati mereka (al-Tafsir al-Munir li Zuhaili 28, 83).

Kemurnian tujuan membantu dan saling mencintai dibangun dari kesadaran individu bahwa setiap orang memiliki bagian dan hak untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, menjaga persaudaraan pada hakikatnya membangun kebahagian dan kelayakan hidup di dunia dan di akhirat. Wallahu A’lam.

Sihabussalam
Sihabussalam
Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU