BerandaTafsir TematikTafsir KebangsaanPenolakan atas Timnas Israel dan Refleksi Surah Al-Maidah Ayat 2 dan 8

Penolakan atas Timnas Israel dan Refleksi Surah Al-Maidah Ayat 2 dan 8

Beberapa waktu lalu, FIFA (Federation Internationale de Football Association) memutuskan untuk membatalkan pelaksanaan Piala Dunia U-20 digelar di Indonesia. Keputusan yang diambil FIFA sebagai federasi tertinggi sepak bola dunia ini disampaikan tidak lama setelah ramai penolakan atas timnas Israel oleh beberapa tokoh publik di Indonesia, sehingga disinyalir keputusan FIFA ini erat kaitannya dengan isu tersebut.

Bisa dimaklumi, pandangan beberapa tokoh publik Indonesia tersebut adalah bagian dari respons terhadap tindakan brutal Israel yang melanggar asas kemanusiaan dengan tetap meneror dan menjarah tanah Palestina yang telah merdeka sekian tahun lamanya. Indonesia sebagai pihak yang pro kemerdekaan Palestina, apalagi didasari rasa persaudaraan seagama atau kemanusiaan, tentu Indonesia tak akan tinggal diam. Oleh karenanya, tindakan menolak kedatangan timnas Israel berlaga di Piala Dunia U-20 dianggap sebagai bentuk komitmen Indonesia memperjuangkan kemerdekaan Palestina.

Apakah tindakan demikian dibenarkan dalam Islam? Penulis merasa tertarik untuk mencoba mengkaji bagaimana sikap yang sepantasnya kita lakukan sebagai seorang muslim. Kali ini, penulis, mencoba mengutip sebuah ayat dalam Alquran, yakni Surah al-Maidah (5): 2.

Baca Juga: Surah Al-Maidah Ayat 2: Perintah Berbuat Adil dan Saling Tolong Menolong

Tafsir Surah Al-Maidah Ayat 2

 …. وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اَنْ تَعْتَدُوْاۘ وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

…Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya. (Q.S. Al-Maidah [5] 2).

Jika ditelisik lebih lanjut, surah Al-Maidah ayat 2 ini turun berkenaan dengan rombongan Rasulullah saw. yang hendak pergi menuju Baitullah pada tahun 8 H. Namun, di tengah perjalanan mereka dicegat oleh kaum kafir Quraisy untuk memasuki kota Makkah. Padahal, sebelumnya mereka telah melakukan gencatan senjata dalam perjanjian Hudaibiyah dua tahun sebelumnya.

Singkatnya, pemblokadean tersebut memicu kebencian dan rasa dendam di sebagian pihak kaum muslimin. Mereka ingin membalas dengan perbuatan yang sepadan dengan yang apa yang telah mereka terima di masa silam. Jika mereka —kaum kafir Quraisy— datang maka akan dihalangi serupa dengan yang pernah mereka alami. Mengenai hal tersebut, maka turunlah ayat tersebut.

وَلَا یجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَـَٔانُ قَوۡمٍ أَن صَدُّوكُمۡ عَنِ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ أَن تَعۡتَدُواۘ

Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ketika mengomentari penggalan ayat ini memberi penjelasan bahwa janganlah karena faktor kebencian karena perlakuan mereka terhadap kaum muslimin yang dihalang masuk ke Masjidil Haram sewaktu perjanjian Hudaibiyah mendorong mereka melanggar ketentuan Allah terhadap mereka. (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3, hal 12)

Lebih lanjut, Ibnu Katsir menambahkan kemudian sebab perbuatan itu memancing rasa balas dendam terhadap mereka dengan berbuat aniaya dan permusuhan. Akan tetapi, berlakulah adil sebagaimana yang telah Allah perintahkan. Sebagian ulama salaf mengatakan “Selama engkau memperlakukan orang yang zalim terhadap dirimu sesuai dengan ketentuan Allah dan engkau berlaku adil terhadapnya, maka tegaklah langit dan bumi ini. (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3, hal 12)

Kita bisa melihat bagaimana menakjubkannya pesan Ilahi ayat tersebut. Kaum muslimin tetap disuruh untuk berbuat adil kepada mereka yang pernah menghalangi jalan mereka menuju Baitullah. Keadilan memerintahkan kaum muslimin untuk membiarkan mereka masuk tanpa ada halangan dan hambatan. Kendatipun ketentuan membolehkan kaum Musyrikin memasuki Baitullah itu kemudian di naskh pada tahun 9 H saat turun At-Taubah ayat 28: “Jangan mereka (orang Musyrik) mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini”, tapi pesan keadilan terus berlaku sepanjang zaman.

Ar-Razi memberikan penjelasan bahwa tidak sepatutnya bagi seorang muslim untuk membalas perbuatan buruk yang mereka terima dengan perbuatan buruk pula. Seseorang pun tak layak untuk saling bahu membahu dalam menimbulkan permusuhan karena mereka yang menjadi sasaran pasti akan berbuat demikian pula terhadap mereka. Namun, yang dikehendaki dari ayat ini agar tiap orang saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. (Fakhruddin ar-Razi, Mafatih al-Ghaib, Juz 11, hal.133)

Yang tak kalah menarik dari ayat tersebut, Allah menggunakan redaksi شَنَـَٔانُ yang berarti “kebencian yang telah mencapai puncaknya”. Musuh yang sudah kita benci sampai ke ubun-ubun lantaran menghalangi kita melaksanakan perintah agama pun harus tetap diberlakukan secara adil. Kita dilarang bertindak kejam dan zalim kepada mereka. (Nadirsyah Hosen, Tafsir Al-Qur’an di Medsos, hal. 181)

Baca Juga: 3 Keutamaan Sikap Adil Menurut Al-Quran Yang Penting Diketahui

Tafsir Surah Al-Maidah Ayat 8

Di dalam ayat yang ke-8 Surah Al-Maidah juga menggunakan redaksi yang hampir serupa.

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Maidah [5] 8).

Begitulah pesan keadilan tersebut diulang. Kebencian tak bisa menjadi alasan pembenar untuk bisa menzalimi pihak lain. Kita tak boleh main hakim dan membuat peraturan sendiri di luar batas-batas keadilan dan hukum.

Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsirnya Al-Munir, mengemukakan bahwa kekufuran orang kafir itu tidak menghalangi kita untuk berbuat adil dalam berinteraksi dengan mereka. Dalam ayat tersebut, terkandung batasan dan petunjuk yang perlu dibuat dalam pertempuran. Misalnya, mereka membunuh para wanita dan anak-anak kita, maka kita tidak dibenarkan melakukan pembunuhan yang serupa. (Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Juz 3, hal. 470)

Dua ayat tersebut setidaknya menegaskan bahwa Islam adalah agama yang sangat memerhatikan prinsip keadilan dalam segala hal. Kendati pun umat Islam merasa dirugikan, teraniaya, dan dizalimi sehingga membuat kita sangat benci kepada orang tersebut – baik muslim atau non-muslim– umat Islam tidak boleh membalas mereka dengan kezaliman baik kepada orang tersebut ataupun pihak ketiga.

Begitu halnya dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Jangan sampai kebencian kita terhadap mereka yang telah merusak dan menghancurkan saudara kita sesama muslim membuat kita bertindak sewenang-wenang. Bahkan mereka, timnas Israel barangkali tidak ada sangkut paut keterlibatan mereka dengan tindakan kesewenang-wenangan tersebut. Kita wajib berlaku adil dan bijak karena memang mereka memiliki hak tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam gelaran Piala Dunia U-20, bukan malah menghalangi mereka. Di sinilah kita perlu untuk merenungkan kembali bagaimana pesan keadilan bisa merasuk dalam diri kita sebagai muslim kemudian menerapkannya dengan menebar rahmat ke alam semesta. Wallah a’lam.

Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara tafsiralquran.id dan prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) UNU Purwokerto dalam Workshop dan Seleksi Penulis Media Online

Muhammad Izharuddin
Muhammad Izharuddin
Mahasiswa Prodi Ulumul Qur’an dan Tafsir STKQ Al-Hikam, Depok
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...