Terjemahan Al-Qur’an semakin memainkan perannya dalam kehidupan umat manusia, bukan hanya muslim tetapi juga non-muslim, dari era klasik hingga era millenial saat ini. Hal ini terbukti dengan terjadinya transformasi penerjemahan yang semula dilakukan dalam bentuk lisan, beralih ke tulisan, kemudian dialihkan lagi ke website, hingga akhirnya berbentuk aplikasi android yang dapat diunduh
Transformasi ini bukan hanya berimplikasi pada perubahan dan perbedaan wajah, bentuk, dan sajiannya, tetapi juga mengubah jati diri terjemahan Al-Qur’an yang pada gilirannya mengubah juga cara pandang kita terhadapnya. Namun, pada tulisan singkat ini, saya tidak akan secara dalam mendiskusikan transformasi tersebut, saya hanya akan sekilas menyajikan kemunculan beserta contoh-contoh dari bentuk terjemahan tersebut.
Terjemahan Al-Qur’an Lisan-Tulis
Bentuk dasar terjemahan Al-Qur’an adalah lisan dan tulis. Meski demikian, ada perbedaan mendasar dua bentuk ini. Pada bentuk lisan, ia terbatas pada audien yang jelas (konteks tertentu), sehingga bahasa yang digunakan tergantung siapa yang menerjemahkan dan mendengarkannya. Sementara bentuk tulisan, tidak terbatas audiens (bebas konteks), sehingga semua orang dapat membacanya.
Dalam sejarahnya, terjemahan Al-Qur’an secara lisan telah dilakukan pada masa Nabi Muhammad SAW. Muhammad Ali mengatakan bahwa penerjemahan Al-Qur’an telah dilakukan ketika para sahabat Nabi Muhammad SAW berada di Habasyah. Saat itu, raja Najasy meminta Ja’far bin Abi Thalib untuk menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Habasyah.
Terjemahan lisan masih terus berlangsung hingga saat ini, baik ditemukan dalam pengajian-pengajian maupun dalam keadaan lainnya. Andreas Gorke mengatakan bahwa terjemahan (beserta tafsir) Al-Qur’an secara lisan masih marak dilakukan sekitar abad 18-19, termasuk di dunia Melayu Indonesia. Bentuk ini sebenarnya tetap ada, sekalipun bentuk tulisan juga marak dilakukan.
Baca Juga: Al-Qur’an Terjemah Bahasa Bali Pertama: Cakepan Suci Al-Qur’an Salinan Ring Basa Bali
Sementara itu, terjemahan dalam bentuk tulis dimulai sejak tahun 1143 M. Penerjemahan Al-Qur’an ini dilakukan dalam bahasa Latin, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain seperti Italia, Jerman dan Belanda. Sekitar tahun 1689, penerjemahan Al-Qur’an telah dilakukan dalam bahasa Inggris oleh A. Ross yang diperolehnya dari bahasa Prancis oleh Maracci. Seiring penyebaran Islam di berbagai Negara, fenomena penerjemahan Al-Qur’an juga mengalami perkembangannya.
Abu Bakar Aceh menyebutkan banyak nama orientalis yang melakukan penerjemahan Al-Qur’an, di antaranya Andrew Arrevabene yang menerjemakan ke bahasa Itali, Johannes Andreas menerjemahkan ke bahasa Spanyol, Scheigger menerjemahkan ke bahasa Jerman, Alexander Ross menerjemahkan ke bahasa Prancis, J.H. Glazemaker/ DU Ryer menerjemahkan ke bahasa Belanda, George Sale menerjemahkan ke bahasa Inggris, dan lain sebagainya.
Kegaiatan menerjemahkan Al-Qur’an dilakukan dalam baik secara perorangan maupun kelompok atau lembaga. Abdel Haleem menyebut nama Richard Bell, Athur J, dan Nessim Joseph juga menerjemahkan Al-Qur’an. Di Indonesia, misalnya, para ulama secara pribadi menerjemahkan Al-Qur’an seperti M. Quraish Shihab, Hamka, Hasbie Ash-Shiddiqy, Munawir Khalil, Mahmud Yunus, Muhammad Thalib, Ahmad Hasan, Oemar Bakry, Bisri Mushtofa, dan lain sebagainya.
Sementara penerjemahan yang dilakukan oleh lembaga juga marak dilakukan, misalnya Al-Qur’an dan Terjemahnya oleh Kementerian Agama RI, Terjemahan Al-Qur’an Pegon oleh para ulama di bawah permintaan Sri Susuhunan Pakubuwono di Surakarta, dan lain sebagainya. Serta berbagai karya terjemahan Al-Qur’an yang terus berkembang di seluruh Negara, baik yang dilakukan secara individu maupun lembaga.
Yang menjadi poin penting di sini adalah bahwa terjemahan menjadi proyek yang senantiasa marak dilakukan sepanjang perjalanan Al-Qur’an, baik yang dilakukan oleh umat Islam maupun non-Islam. Hal ini menunjukkan terjemahan Al-Qur’an dalam bentuk lisan dan tulisan telah menjadi milik bersama, tidak dibatasi lagi oleh sisi (atau perdebatan) teologi. Hal ini juga terjadi pada terjemahan Al-Qur’an dalam bentuk Website dan aplikasi Android, yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
Terjemahan Al-Qur’an Website-Android
Fenomena penerjemahan Al-Qur’an tidak berhenti pada bentuk lisan, mushaf, ataupun cetakan, tetapi juga telah memasuki penerjemahan Al-Qur’an dalam bentuk website dan aplikasi android, baik yang dapat didownload maupun tidak. Model terjemahan website dan aplikasi android ini dapat diakses dengan sangat mudah, dan dibaca oleh siapapun dan di manapun.
Aplikasi android, misalnya, terjemahan Al-Qur’an di Indonesia dan Malaysia tidak kurang dari 200 aplikasi dengan berbagai variasinya, yang dapat didownload melalui aplikasi Play Store. Sangat mudahnya mengakses website dan aplikasi tersebut menuntut kehati-hatian dalam memilih dan memilahnya, ini karena beriringan ketidakjelasan otoritas pemahaman Al-Qur’an itu sendiri pada website dan aplikasi android tersebut.
Di antara sangat sedikit website yang menyediakan terjemahan Al-Qur’an adalah Learn Quran and Hadits with Alim’s Unique Platfrom, Qur’an Kemenag, tafsifalquran.id dan lainnya. Sementara untuk terjemahan Al-Qur’an versi aplikasi android dapat disebutkan sangat sedikit aplikasi, misalnya, Qur’an Kemenag, Al-Qur’an Lengkap Bacaan Latin dan Terjemah Indonesia, Qur’an for Android, Qur’an Digital dan Terjemahan, Al-Qur’an Terjemah Kata Perkata Indonesia-Inggris, Smart Qur’an, Qur’an English, Al-Qur’an Melayu, Al-Qur’an, MyQur’an Al-Qur’an dan Terjemahan, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Vernakularisasi Al-Qur’an Terjemah Bahasa Aceh: Upaya Melestarikan Warisan Budaya Lokal
Masih sangat banyak aplikasi android terjemahan yang tidak dapat disebutkan keseluruhannya di sini. Yang menjadi tekanan di sini adalah produk terjemah dalam bentuk aplikasi android sangat bervariasi, kreatif, dan penuh kekhasan. Terjemahan aplikasi ini sangat mungkin berbeda dari terjemahan dalam bentuk lisan, mushaf atau lembaran lainnya. Di sini, perlu penelusuran lebih jauh untuk mengetahui eksistensi penerjemahan bentuk website dan aplikasi android tersebut, karena biasanya tidak menjelaskan seputar identitas website atau aplikasinya.
Sampai di sini, tidak dapat dipungkiri bahwa produk terjemahan Al-Qur’an telah menjadi fenomena yang sangat dekat dalam kehidupan manusia. Paparan mengenai transformasi terjemahan dari lisan, tulisan, website hingga android di atas membentuk klasifikasi terhadap fenomena penerjemahan Al-Qur’an itu sendiri. Hal tersebut memainkan karakteristiknya masing-masing, yang masih perlu dikaji lebih jauh. [] Wallahu A’lam.