Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang memiliki banyak sekali pertentangan dengan adat-istiadat Masyarakat Jahiliyyah. Tidak dapat dipungkiri bahwa Masyarakat Jahiliyyah memiliki tradisi yang sangat buruk tidak hanya di mata Al-Quran tapi juga dimata manusia normal pada umumnya. Kemaksiatan, penyalahgunaan wewenang, penindasan dan banyak hal buruk lainnya yang terjadi pada masa jahiliyah. Pada keadaan itulah Al-Quran diturunkan untuk merubah tradisi buruk tersebut.
Masyarakat Arab pra-Islam disebut dengan istilah Jahiliyah karena pada masa itu masyarakat Arab hidup dalam kondisi ketidaktahuan. Rasulullah SAW mengatakan bahwa mereka adalah golongan orang-orang yang tidak tahu. Hal ini beliau katakan ketika beliau SAW diusir dan dilempari batu oleh penduduk Thaif. Malaikat Jibril kala itu menawarkan untuk melempar penduduk Thaif dengan gunung, namun Rasulullah SAW mengatakan “Jangan! Mereka adalah masyarakat yang belum tahu.”
Baca juga: Petunjuk Al-Quran tentang Tiga Hal Untuk Memperkuat Keyakinan
Masyarakat Arab pra-Islam diketahui tidak bisa melihat nilai-nilai kemanusiaan diluar kelompoknya. Hal ini disebabkan karena pada saat itu, masyarakat Arab terbagi-bagi kedalam kabilah-kabilah yang berbeda. Fanatisme yang terlalu berlebihan membuat masyarakat Arab sangat loyal kepada kabilahnya, namun di waktu yang sama mereka juga menilai kabilah diluar kabilah mereka adalah kelompok yang salah, sehingga muncullah rasa kebencian terhadap kabilah yang lain.
Disebabkan perilaku Jahiliyah yang sangat parah, Allah pun menurunkan Al-Quran ke tanah Arab untuk merubah tradisi buruk mereka. Akan tetapi, faktor itu bukan satu-satunya faktor yang menjadi alasan bagi Allah menurunkan Al-Quran disana. Prof. Dr. Quraish Shihab menjelaskan faktor lain mengapa Al-Quran diturunkan di tanah Arab, faktor lainnya adalah karena pada masa itu Timur Tengah dianggap sebagai wilayah yang strategis. Sehingga hal ini bisa dijadikan peluang bagi Islam menyebarkan ajarannya dengan tempo yang cepat.
Mengutip Ronaldy, Salah seorang ulama asal India yang bernama Abu Hasan an-Nadwi mengatakan bahwa masyarakat Arab pada masa itu memiliki jiwa yang relatif bersih dan belum ternodai dengan hal-hal buruk yang nantinya akan sulit dihilangkan. Mereka terlihat bodoh karena hati mereka ditutupi oleh keluguan dan ketidaktahuan. Kebodohannya dianggap sebagai kebodohan yang sederhana, sehingga mudah dihapus dan digantikan dengan hal lain.
Meskipun pada masa itu kebodohan merajalela di masyarakat Arab, namun nampaknya tidak semua orang Arab pada masa itu termasuk orang yang jahil. Jahil disini menurut sebagian ulama bukan mengacu pada seberapa kaya pengetahuan mereka atau seberapa hebat mereka dalam memimpin kabilahnya, akan tetapi yang menjadi tolak ukurnya adalah moralitas masyarakat Arab itu sendiri yang seringkali tidak sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Kondisi sosio-kultur yang buruk menyelimuti kehidupan mereka, seperti kemusyrikan, kekafiran, ketidakadilan, perzinahan, fanatisme kesukuan, dan penindasan terhadap kaum yang lebih lemah, membuat kaum jahiliyah memiliki moralitas yang buruk. Selain itu, harta, martabat, dan wanita juga membuat orang Arab Jahiliyah merasa dirinya paling hebat diantara yang lainnya. (Luthviyah Romziana, Pandangan Al-Quran Tentang Makna Jahiliyah Perspektif Semantik, hal. 124).
Baca juga: Tiga Fungsi Pokok Al-Quran [1]: Hudan dalam Surah Al-Baqarah Ayat 185
Tatkala Al-Quran didakwahkan kepada kaum Jahiliyah oleh Rasulullah SAW, seluruh masyarakat jahiliyah bertanya-tanya mengenai apa yang diucapkan oleh Rasulullah. Kaum Quraisy yang mendengar apa yang diucapkan oleh Rasulullah menganggap bahwa itu hanyalah kata-kata yang biasa diucapkan oleh para pendeta atau tokoh besar, sehingga perkataan tersebut mereka anggap tidak lebih dari sekedar ucapan saja yang tidak akan berefek pada kepercayaan mereka.
Nyatanya, mereka menjadi bingung dan ketakutan memikirkan apa yang Rasulullah SAW katakan. Karena kebingungan inilah, Rasulullah SAW disebut oleh kaum Quraisy sebagai seorang penyihir yang nantinya akan memecah-belah setiap suku. Hal ini menjadi ketakutan yang besar bagi mereka, karena bagi kaum Quraisy kabilah-kabilah dan kepercayaan mereka adalah hal yang paling utama yang harus diperjuangkan. (Fadhli Lukman, Menyingkap Jati Diri Al-Quran, hal.69).
Meskipun pada masa itu masyarakat Arab telah sangat terikat dengan kebiasaan-kebiasaan yang menyimpang dari Islam, Rasulullah SAW dengan dakwahnya yang bisa dibilang sangat singkat. Yakni kurang lebih 23 tahun, mampu membuat Islam menjadi agama yang banyak dianut oleh masyarakat Arab kala itu.
Alasan Islam diterima Masyarakat Jahiliyyah
Banyak alasan mengapa masyarakat Arab Jahiliyah menganut agama Islam, salah satu alasannya adalah karena Islam memuliakan mereka yang memeluknya. Selain itu, banyaknya orang yang menganut Islam adalah karena Islam dinilai sebagai agama yang lemah lembut dalam menyampaikan dakwahnya. Selain itu, Islam juga mempunyai cara yang sangat baik dalam menghilangkan setiap kebiasaan buruk yang dilakukan oleh masyarakat Arab kala itu. Contohnya, seperti pelarangan khamr. Allah dalam Al-Quran tidak langsung melarang dengan tegas mengenai khamr.
Pertama-tama, Allah menjelaskan bagaiman khamr itu dibuat, lalu setelah itu memberikan isyarat bahwa sebenarnya khamr itu tidak baik untuk dikonsumsi. Setelah itu, Allah menurunkan firman nya yang menerangkan bahwa kita tidak boleh meminum khamr ketika mendekati waktu shalat (Q.S. An-Nisa: 43). Terakhir, perintah mutlak dari Allah bahwa meminum khamr termasuk perbuatan syaitan yang tidak akan mendatangkan keberuntungan kepada peminumnya (Q.S. Al-Maidah: 90).
Firman-firman Allah diatas menjadi bukti bahwa Al-Quran tidak sekaligus menghilangkan apa yang telah menjadi kebiasaan suatu kaum. Allah dengan sifat Maha Pengasih-Nya masih ingin memberikan ampunan kepada hambanya dan mentolerir apa yang telah diperbuat oleh hamba-Nya. Oleh karena itu, hal inilah yang menjadi salah satu penyebab banyak masyarakat Arab jahiliyah mau memeluk agama Islam.
Baca juga: Menilik Keutamaan dan Tujuan Qasam dalam Al-Quran
Masih banyak cara yang dilakukan Al-Quran dalam merubah keburukan suatu kaum. Namun, pastinya Al-Quran melakukan perubahan-perubahan tersebut dengan cara terbaik, cara yang mampu diterima oleh orang-orang yang berakal. Bagi orang-orang yang sadar bahwa dirinya perlu sebuah perubahan menuju jalan yang lebih baik, maka ia akan mengambil pelajaran dari Al-Quran, namun bagi orang-orang yang belum tersadarkan dirinya, ia memilih untuk tidak mengambil pelajaran dari Al-Quran dan membiarkan dirinya dalam kesesatan.
Dengan berbagai macam cara tersebut, Al-Quran pun mampu merubah tradisi buruk kaum Jahiliyah dengan cara yang sangat mulus, tanpa paksaan. Pencapaian ini menjadi prestasi terbesar bagi umat Islam terkhususnya Rasulullah yang mengemban tugas membawa amanah tersebut. Wallahu a’lam[]