BerandaUlumul Quran5 Hal yang Penting Diketahui tentang Bacaan Amin setelah Surah Al-Fatihah

5 Hal yang Penting Diketahui tentang Bacaan Amin setelah Surah Al-Fatihah

Bacaan amin lekat dengan Surah Al-Fatihah. Meski amin bukan bagian dari Surah Al-Fatihah, amin merupakan salah satu bacaan yang disunnahkan dibaca sebagai tanggapan atas kandungan Surah Al-Fatihah. Memang, setiap muslim hampir setiap hari tidak lepas dari bacaan amin, tapi jarang ada yang mengenal informasi tentang bacaan ini. Mulai dari ragam cara bacanya, maknanya, serta hukum fikih yang berkaitan dengannya. Tulisan ini akan mengulas 5 hal penting untuk diketahui tentang bacaan amin.

  1. Tanggapan atas ayat Al-Quran yang diajarkan langsung oleh Nabi

Salah satu hal yang sunnah dilakukan tatkala membaca Al-Quran adalah memberi tanggapan atas ayat yang sedang dibaca. Apabila ayat tersebut berisi adzab, maka memberi tanggapan dengan meminta perlindungan. Apabila berbicara tentang dosa, maka memberi tanggapan dengan memohon ampunan, dan lain sebagainya. Termasuk dari tanggapan atas ayat Al-Quran adalah bacaan amin (At-Tibyan/91).

Namun, berbeda dengan tanggapan lain yang bisa berupa bacaan yang dikarang oleh pembacanya, amin merupakan tanggapan yang diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad. Amin termasuk sunnah dibaca usai Al-Fatihah berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Wa`il ibn Hujr:

قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ ، فَقَالَ : آمِينَ ، مَدَّ بِهَا صَوْتَهُ

Berkata Wa`il ibn Hujr: “Aku mendengar Nabi membaca ghairil maghdubi ‘alaihim waladhdhaalliin dan membaca aamiin dengan memanjangkan suara beliau” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud).

Baca juga: Bacaan Al-Qur’an Untuk Menghilangkan Khayalan Yang berlebihan

  1. 4 ragam cara baca amin

Imam An-Nawawi di dalam At-Tibyan mendokumentasikan 4 ragam cara baca amin sebagai berikut:

  1. آمِينَ (aamiin) dengan memanjangkan alif dan tanpa mentasydid mim.
  2. اَمِينَ (amiin) dengan tanpa memanjangkan alif dan tanpa mentasydid mim. Dua cara ini adalah yang mashur dipakai.
  3. آمِينَ (aameen) dengan memanjangkan alif, tanpa mentasydid mim, dan membaca imalah. Cara baca ini adalah satu cara baca yang diriwayatkan Imam Al-Wahidi dari Imam Hamzah dan Al-Kisa’i.

Baca juga: Menelisik Makna Hukman wa ‘Ilman, Sepasang Diksi dalam Al-Quran

  1. آمِّينَ (aammiin) dengan memanjangkan alif dan mentasydid mim. Cara baca keempat ini diriwayatkan Imam Al-Wahidi dari Al-Hasan dan Al-Husain ibn Al-Fadl. Hanya saja, menurut Imam An-Nawawi, cara ini termasuk tidak dikenal dan tergolong dari kesalahan yang dilakukan kebanyakan orang awam. Bahkan beberapa ulama menyatakan bahwa orang yang mempraktikkan cara baca ini di dalam salat, salatnya menjadi batal (At-Tibyan/134).

Baca juga: Bacaan Ayat Al-Quran Agar Hubungan Suami Istri Harmonis

  1. Makna amin

Imam An-Nawawi di dalam At-Tibyan mendokumentasikan bahwa ada 11 lebih perbedaan di antara para ulama di dalam memaknai amin. Sedang Ibn Katsir di dalam tafsirnya menyatakan, kebanyakan ulama menyatakan bahwa makna amin adalah:

اللهم استجب لنا

Ya Allah, kabulkanlah permintaan kami (Tafsir Ibn Katsir/1/145).

  1. Anjuran membaca amin secara bersamaan antara imam dan makmum di dalam salat

Tidak seperti tanggapan atas ayat Al-Quran lainnya, amin mempunyai cara khusus dalam mempraktikkannya di dalam salat. Yaitu tatkala imam selesai membaca Al-Fatihah dan memberi jeda sebentar, disunnahkan bagi imam dan makmum untuk membaca amin secara bersamaan. Kesunnahan ini berdasarkan beberapa hadis sahih yang salah satunya diriwayatkan Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad bersabda:

« إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »

Ketika imam membaca amin, maka bacalah amin! Sesungguhnya siapa yang yang amin malaikat menyertai aminnya, maka dosa-dosa yang telah dilakukan orang tersebut akan diampuni (HR. Bukhari dan Muslim).

  1. Bacaan amin hanya ada di masa Nabi Muhammad

Imam Al-Qurthubi di dalam tafsirnya menyatakan, bacaan amin tidak ada sebelum diutusnya Nabi Muhammad, kecuali di masa Nabi Musa dan Harun. Beberapa riwayat juga menyatakan, kaum ahli kitab tidak pernah merasa iri kepada umat muslim melebihi rasa iri terhadap keberadaan amin dan salam di antara mereka (Tafsir Jamiul Ahkam/1/169).

Demikianlah 5 hal penting terkait bacaan amin usai Al-Fatihah. Sebenarnya masih banyak lagi permasalah penting tentang amin yang pernah diulas oleh para ulama. Terutama dalam masalah fikih. Namun, penulis hanya ingin menyuguhkan wawasan bacaan amin secara singkat. Wallahu a’lam bisshawab.

Muhammad Nasif
Muhammad Nasif
Alumnus Pon. Pes. Lirboyo dan Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga tahun 2016. Menulis buku-buku keislaman, terjemah, artikel tentang pesantren dan Islam, serta Cerpen.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU