BerandaKisah Al Quran7 Mukjizat Nabi Isa As Dalam Al-Qur’an: Bagian Pertama

7 Mukjizat Nabi Isa As Dalam Al-Qur’an: Bagian Pertama

Nabi Isa as merupakan salah satu dari 25 nabi pilihan Allah swt. Kisah beliau banyak diceritakan dalam Al-Quran, mulai dari kelahirannya hingga kedatangannya pada zaman. Umat Islam mengenal Nabi Isa sebagai salah satu nabi ulul azmi yang memiliki ketabahan dan keteguhan hati yang kuat. Dalam Al-Qur’an juga disebutkan tujuh mukjizat nabi Isa untuk membantu kelancaran dakwah beliau.

Dakwah nabi Isa kepada kaumnya, bani Israil, tidaklah mudah. Beliau menghadapi berbagai halangan dan rintangan yang tak berkesudahan. Meski ditentang, nabi Isa tidak gentar. Ia semakin berani mengoreksi para tokoh Yahudi yang dianggap menyeleweng dalam ajaran Taurat dan itu membuatnya semakin tidak disukai oleh kalangan Yahudi dan bani Israil.

Agar dakwah nabi Isa kepada bani Israil berjalan dengan lancar, Allah swt menganugerahkan kepadanya berbagai mukjizat. Dalam Al-Qur’an – setidaknya – disebutkan tujuh mukjizat nabi Isa as sepanjang perjalanan dakwahnya. Mukjizat-mukjizat tersebut adalah dilahirkan dari seorang perawan, berbicara sejak bayi, diberi hidangan langit, menciptakan burung, menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang mati, dan mengetahui rahasia bani Israil.

  1. Nabi Isa lahir dari seorang perawan Maryam

Mukjizat nabi Isa yang pertama adalah dilahirkan dari seorang perempuan yang tidak pernah disentuh oleh laki-laki manapun, yakni Maryam. Dikisahkan bahwa Jibril as datang kepadanya dengan membawa kabar gembira dengan kehadiran seorang anak laki-laki suci sebagai anugerah Allah swt. Kejadian ini Al-Qur’an tuturkan dalam surat Maryam [19] ayat 19 yang berbunyi:

قَالَ اِنَّمَآ اَنَا۠ رَسُوْلُ رَبِّكِۖ لِاَهَبَ لَكِ غُلٰمًا زَكِيًّا ١٩

“Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.” (QS. Maryam [19]: 19).

Namun dikisahkan bahwa ketika Maryam mengandung nabi Isa, ia dicela dan menjadi bahan gunjingan kaumnya karena mengandung tanpa suami. Hal yang sama terjadi pasca ia melahirkan nabi Isa, bahkan olok-olok itu semakin bertambah, namun Maryam tetap sabar menghadapinya. Tuduhan-tuduhan keji tersebut kemudian dibantah oleh bayi nabi Isa.

  1. Nabi Isa berbicara saat bayi

Mukjizat nabi Isa yang kedua adalah bisa berbicara saat bayi untuk menegaskan kepada bani Israil bahwa ibunya, Maryam, adalah perempuan suci yang tidak pernah disentuh laki-laki dan tuduhan mereka kepadanya tidak benar adanya. Menurut Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiya, setelah berbicara mengenai hal tersebut, nabi Isa tidak pernah berbicara lagi hingga sampai pada usia anak berbicara pada umumnya.

Kisah nabi Isa kecil berbicara ini disebutkan Al-Qur’an dalam surat Maryam [19] ayat 30-33 yang bermakna:

قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ ٣٠ وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ ٣١ وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا ٣٢ وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا ٣٣

Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

  1. Nabi Isa dan bani Israil mendapatkan hidangan dari langit

Mukjizat nabi Isa yang ketiga adalah mendatangkan hidangan dari langit atas izin Allah swt. Menurut Menurut Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiya, pemberian hidangan dari langit ini merupakan bentuk apresiasi yang diminta oleh bani Israil pasca mereka puasa 30 hari berturut-turut dan sebagai bukti bahwa puasa mereka tersebut diterima oleh Allah swt agar hati mereka tenang.

Kisah pemberian hidangan dari langit ini dapat ditemukan dalam Surat al-Maidah ayat 111 sampai 114. Secara umum ayat-ayat ini berbicara mengenai umat nabi Isa yang diberi Allah Swt nikmat berupa hidangan makanan dari langit untuk memenuhi kebutuhan mereka pasca melakukan puasa. Namun dikisahkan bahwa karena bani Israil tidak pandai bersyukur, akhirnya nikmat itu dihentikan dan mereka yang menentang Allah diberikan azab.

Firman Allah swt dalam surat al-Ma’idah [5] ayat 112-114:

اِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيْعُ رَبُّكَ اَنْ يُّنَزِّلَ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ ۗقَالَ اتَّقُوا اللّٰهَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ١١٢

(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa yang setia berkata, “Wahai Isa putra Maryam! Bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” Isa menjawab, “Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang beriman.”

قَالُوْا نُرِيْدُ اَنْ نَّأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَىِٕنَّ قُلُوْبُنَا وَنَعْلَمَ اَنْ قَدْ صَدَقْتَنَا وَنَكُوْنَ عَلَيْهَا مِنَ الشّٰهِدِيْنَ ١١٣

Mereka berkata, “Kami ingin memakan hidangan itu agar tenteram hati kami dan agar kami yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan (hidangan itu).”

قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللّٰهُمَّ رَبَّنَآ اَنْزِلْ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ تَكُوْنُ لَنَا عِيْدًا لِّاَوَّلِنَا وَاٰخِرِنَا وَاٰيَةً مِّنْكَ وَارْزُقْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ١١٤

Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.”

Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...