Lalat adalah hewan yang sering kita temui sehari-hari. Hewan yan tergolong mini dan kita anggap sebagai hewan jijik dan kotor ternyata terdapat dalam Al-Quran Surat Al-Hajj ayat 73-74. Dalam ayat tersebut, ternyata Allah tidak ragu dan sungkan untuk menjadikan lalat sebagai perumpamaan. Perumpamaan yang digunakan hujjah dari Allah untuk menyebutkan kelemahan-kelemahan kaum kafir. Terekamnya permisalan lalat dalam Al-Quran ini menjadikan ibrah bagi kita hari ini bahwa meski lalat adalah hewan yang kecil dan lemah ternyata juga memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri.
Tafsir Surat Al-Hajj ayat 73-74
Adapun bunyi Surat Al-Hajj ayat 73-74 adalah sebagai berikut:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَن يَخْلُقُوا۟ ذُبَابًا وَلَوِ ٱجْتَمَعُوا۟ لَهُۥ ۖ وَإِن يَسْلُبْهُمُ ٱلذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ وَٱلْمَطْلُوبُ . مَا قَدَرُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَقَوِىٌّ عَزِيزٌ
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
Baca juga: Tafsir Surat An-Nahl Ayat 68-69: Keistimewaan Lebah dalam Al-Quran
Ayat tersebut adalah permisalan yang Allah berikan kepada kaum kafir Quraisy Makkah seperti yang disebutkan oleh Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn. Menurut Al-Mahalli dan As-Suyuthi, permisalan Allah tersebut berkenaan dengan kafir Quraisy Makkah yang masih saja menyembah berhala, hingga mereka melumurinya dengan minyak wangi seperti Za’faron. Padahal jelas-jelas berhala-berhala itu membuat makhluk yang dianggap paling kecil dan hina seperti lalat saja tidak bisa, meskipun mereka membuatnya dengan saling membantu satu sama lain.
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa permisalan Allah tersebut sebenarnya mengungkapkan kelemahan kafir Quraisy Makkah. Berhala ini sudah lemah, membuat seekor lalat pasti tidak bisa. Padahal lalat sendiri adalah makhluk yang lemah. Keduanya memang sama-sama lemah. Namun, berhala-berhala tersebut tampak lebih lemah sekali. Bagaimana mungkin berhala tersebut tetap saja disembah dan dimintai manfaat kecuali bagi orang-orang yang lemah akalnya seperti kafir Quraisy Makkah.
Baca juga: Belajar Organisasi dari Semut dalam Surat An-Naml Ayat 18-19
Dalam Tafsir Al-Wajiz, Wahbah Zuhayli menafsirkan ayat tersebut dengan memperinci kandungannya mengenai kelemahan-kelemahan semua pihak. Menurut Zuhayli, ayat tersebut menggambarkan keburukan peridatan kafir Quraisy Makkah yang menyembah berhala dan menjelaskan kecacatan akal mereka. Lalat adalah hewan yang lemah. Berhala lebih lemah karena tidak bisa menciptakan seekor lalat yang lemah. Namun, yang lebih parah adalah mereka yang masih saja menyembah berhala-berhala itu. Di sinilah puncak kelemahan mereka, lemahnya akal mereka. Padahal makhluk yang lemah seperti lalat saja jika merampas sesuatu pada mereka, mereka tidak bisa merebutnya. Dengan permisalan tersebut, maka nyatalah bahwa semuanya lemah dan hanya bisa bergantung pada Allah saja.
Lalat, makhluk lemah yang punya kelebihan
Dalam Surat Al-Hajj ayat 73-74 telah dijelaskan bagaimana Al-Quran berhujjah dengan permisalan dengan makhluk seperti lalat. Seekor makhluk yang kecil dan sangat lemah. Namun meski lalat adalah hewan yang sangat lemah, Allah tidak ragu untuk menjadikannya perumpamaan dan diabadikan dalam Al-Quran. Maka dari itu pasti terdapat kelebihan yang ada pada binatang kecil ini, apalagi telah Rasulullah pernah menyinggung hewan ini “Apabila ada lalat yang menghinggapi tempat minum kalian maka celupkanlah seluruh bagian/tubuh lalat tersebut (terlebih dahulu), (baru) kemudian buanglah lalat tersebut. Karena sesunggungnya pada salah satu sayapnya mengandung obat dan pada sayap yang lain mengandung penyakit” (HR. Bukhari)
Baca juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 26: Ibrah dari Penciptaan Nyamuk dalam Al-Quran
Dalam dunia sains, perihal makhluk lalat ini telah diteliti melalui ilmu biologi. Dalam salah satu sayap lalat terdapat berbagai kuman dan mikroba yang jumlahnya mencapi 500 juta. Hal ini karena lalat seringkali masuk ke makanan-makanan basi dan tempat-tempat sampah. Jika lalat tersebut berpindah ke tempat yang bersih, maka bisa memindahkan kotoran yang ada pada sayapnya. Namun, di sisi sayap lalat yang lain, ternyata terdapat penangkal dan penawar dari kuman dan mikroba yang membawa penyakit tersebut. Maka benarlah hadis Rasulullah atas anjuran mencelupkan kedua sayap lalat jika masuk makanan atau minuman, yang padahal saat itu belum ada penelitian akan lalat.
Lalat juga merupakan seekor hewan yang sangat gesit. Seorang peneliti muslim, Zaghloul El-Naggar mengungkapkan bahwa dalam satu detik, lalat mampu mengepakkan sayapnya sebanyak 200 hingga 400 kali untuk mengecoh musuhnya. Kecepatan terbang yang tidak tertandingi untuk makhluk kecil seukuran lalat, hingga kapal maupun pesawat terbang secanggih apapun yang dibuat manusia tidak dapat menandinginya. Hal ini membuktikan betapa lemahnya manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam Surat Al-Hajj ayat 73 “Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu.”
Wallahu a’lam.