BerandaKhazanah Al-QuranBelajar Organisasi dari Semut dalam Surat An-Naml Ayat 18-19

Belajar Organisasi dari Semut dalam Surat An-Naml Ayat 18-19

Semut adalah binatang yang kisahnya disebutkan dalam Al-Quran, dan namanya digunakan sebagai nama surat. Surat tersebut adalah surat An-Naml, surat urutan ke 27, dan termasuk golongan Surat Makkiyyah. Penyebutan tersebut tentu menjadi kebanggan tersendiri bagi bangsa semut. Penyebutan bangsa semut dalam Al-Quran juga menyiratkan bahwa terdapat suatu keistimewaan dari makhluk ini yang bisa diambil hikmah dan pelajaran. Salah satunya adalah kemampuan organisasi yang dijelaskan dalam Surat An-Naml ayat 18-19.

Tafsir Surat An-Naml ayat 18-19

Semut dikisahkan dalam Surat An-Naml ayat 18 dan 19. Adapun ayatnya adalah sebagai berikut:

حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوْا۟ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمْلُ ٱدْخُلُوا۟ مَسَٰكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari””

Maka, dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.””

Baca juga: Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam Al-Quran: Refleksi Kepatuhan Terhadap Guru

Ayat-ayat ini menerangkan, ketika itu Nabi Sulaiman bersama bala tentaranya yang sangat banyak melewati suatu lembah di negeri Syam. Di lembah tersebut ternyata terdapat sekawanan semut. Menurut al-Mahalli dan as-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn, semut adalah makhluk yang dapat berbicara dan berkomunikasi tentunya dengan bahasa mereka sendiri. Melihat pasukan Nabi Sulaiman, salah seekor pemimpin semut pun berkata kepada kawan-kawannya untuk memasuki sarang agar tidak diinjak oleh Nabi Sulaiman beserta bala tentaranya.

Nabi Sulaiman yang diberi mukjizat Allah bisa mendengar bahasa binatang pun mendengar perkataan salah seekor semut tersebut. Nabi Sulaiman pun tersenyum lantas berdoa dan bersyukur kepada Allah seperti yang tercantum dalam surat An-Naml ayat 19 di atas.

Dalam Tafsir al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an al-Karim, Thantawi Jauhari menjelaskan bahwa tersenyumnya Nabi Sulaiman ini bisa jadi disebabkan tiga hal. Pertama, karena heran atas semut yang menakut-nakuti teman-temannya. Kedua, karena Nabi Sulaiman merasa senang dengan ilmu khusus dari Allah SWT yaitu bisa mengetahui bahasa hewan. Ketiga, karena sebagai oetunjuk bagi pembaca Al-Quran agar memiliki hati yang mulia, hatinya diisi ilmu dan juga hikmah. Apalagi keajaiban-keajabian semut dan keanehan-keanehan ilmu hikmah yang Allah titipkan di dalam firman-Nya.

Baca juga: Kisah Nabi Isa, Lahir Tanpa Ayah Hingga Diangkat ke Langit

Hikmah yang bisa dipetik dari ayat ini adalah pelajaran tentang rasa syukur seperti yang dilakukan bangsa semut. Meskipun mereka makhluk kecil, hati mereka sangat mulia. Mereka mensyukuri nikmat Allah dengan menerima segala ketentuan-Nya atas takdir mereka. Mereka juga tidak menyelahkan Nabi Sulaiman beserta pasukannya jika mereka terinjak dan binasa. Karena mereka sadar bahwa jika pasukan Nabi Sulaiman menginjaknya, hal itu adalah tanpa sengaja. Meskipun semut adalah makhluk kecil, namun mereka juga senantiasa bertasbih keoada Allah serta mensyukuri segala ketentuan dan takdir atas mereka.

Belajar organisasi dari bangsa semut

Bahasan mengenai semut dalam Al-Quran ini menarik jika dikaji dengan tafsir bil ‘ilmi (tafsir saintifik). Karena dalam disiplin ilmu sains, semut adalah makhluk hidup yang masuk dalam kajian ilmu biologi. Semut adalah hewan dari jenis serangga kecil yang ternyata dalam menjalankan kehidupannya mereka sangat terorganisir, sistematik, dan kekeluargaan.

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, menafsirkan surat An-Naml ayat 18-19 menggunkaan tafsir bil ‘ilmi. Beliau memberikan penjelasan rinci bahwa semut merupakan jenis hewan yang hidup bermasyarakat dengan berkelompok. Mereka memiliki etos kerja dan disiplin hidup berkelompok yang tinggi. Kelompok-kelompok semut sangat mementingkan untuk saling menjaga pertemuan dan silaturrahim di satu tempat dari waktu ke waktu. Pertemuan ini dimaksudkan untuk saling mengenal dan tukar menukar barang layaknya pertemuan di sebuah pasar bersama. Tak hanya itu, kekeluargaan dan tenggang rasa semut juga sangat tinggi. Ketika bertemu, mereka saling bertukar sapa dengan penuh perhatian dan saling menanyakan keadaan masing-masing.

Thantawi Jauhari dalam Tafsir al-Jawahir juga turut memberikan penjelasan surat An-Naml ayat 18-19 ini dengan tafsir bil ‘ilmi. Ia menjelaskan bahwa semut-semut tersebut mempunyai jiwa gotong royong yang tinggi. menyusuri tempat-tempat yang sukar, mereka membantu para semut-semut lansia dan anak-anak semut untuk menyeberang. Jika teman mereka kesulitan dalam mengangkut makanan, mereka akan bergotong royong membantunya. Ketika seorang semut mati, mereka akan menguburkannya dalam tanah, persis seperti manusia.

Baca juga: Ibrah Kisah Nabi Daud: dari Taubat hingga Manajemen Ibadah

Dalam ilmu biologi, fenomena sistematisasi dan organisasi di kawanan semut ini juga dijelaskan. Kehidupan bangsa semut sangat bergantung pada organisasi kekeluargaan. Mereka mempunyai seorang ratu yang menjadi komando, mengatur, dan mengelola kehidupan dalam kawanan mereka. Mereka sering menyimpan bahan-bahan makanan yang telah mereka kumpulkan di sarangnya. Hal ini dimaksudkan sebagai persediaan bahan makanan mereka ketika musim kemarau datang. Dan ketika hujan atau makanan yang tersimpan dalam sarang mereka basah terkena air, mereka akan mengeringkannya lagi.

Beberapa proyek yang biasa dilakukan semut ini seringkali membuat decak kagum manusia. Sebagai makhluk yang kecil mereka bisa membuat jalan-jalan yang sangat panjang dari tanah yang sangat kokoh. Mereka melakukan hal ini pada siang hari, lalu pada malam hari mereka kembali ke sarangnya. Proyek pembuatan jalan yang sangat panjang ini tentu saja tidak bisa dilakukan tanpa adanya sistem organisasi yang mapan dan disiplin di kawanan semut sendiri.

Allah telah menciptakan makhluk yang sangat istimewa seperti semut. Di sinilah kita sebagai manusia dapat belajar dari mereka, terutama mencontohnya dalam hal berorganisasi. Hal ini membuktikan bahwa dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, tatanan organisasi yang baik dapat membuat segala kehidupan manusia lebih teratur dan lebih mudah. Wallahu a’lam[]

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...