BerandaKisah Al QuranHikmah Penciptaan Jagat Raya Selama Enam Hari dalam Al-Quran

Hikmah Penciptaan Jagat Raya Selama Enam Hari dalam Al-Quran

Al-Khaliq, adalah satu sifat dan juga nama Allah yang disebut asmaul husna. Al-Khaliq berarti Yang Menciptakan atau Sang Maha Pencipta. Ciptaan Allah adalah paling sempurnanya ciptaan, dari makhluk yang paling kecil seperti virus hingga penciptaan jagat raya yang begitu maha dahsyat. Satu contoh mengenai penciptaan jagat raya yang begitu terencana. Kisaran penciptaan jagad raya tersebut diisyaratkan Al-Quran dalam waktu enam masa atau enam hari. Di mana dalam waktu tersebut Allah berkehendak menjadikan alam semesta yang nantinya dihuni oleh jutaan makhluk Allah yang lain seperti tumbuhan, hewan, dan terakhir manusia ini agar sempurna sesuai porsi dan ukurannya. 

Jangka waktu penciptaan alam adalah enam hari

Jika menelisik Al-Quran, firman-firman Allah yang menyinggung penciptaan alam semesta ini banyak sekali. Begitu pula banyak ditemui ayat-ayat yang berbicara mengenai waktu yang Allah putuskan untuk menciptakan jagat raya ini. Rata-rata ayat tersebut menyebutkan bahwa tersebut adalah selama enam masa atau enam hari seperti dalam surah Hud ayat 7, Al-Furqan ayat 59, Al-A’raf ayat 54, As-Sajdah ayat 4, Qaf ayat 38, dan Al-Hadid ayat 4.

Baca juga: Gus Awis: Ulama Muda, Pakar Sastra dan Tafsir Al-Qur’an yang Produktif dari Indonesia

Lafadz sittati ayyam merujuk pendapat Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ li Ahkam al-Quran bermakna sebagai hari-hari akhirat. Satu hari dalam hitungan hari akhirat lamanya adalah seribu tahun. Al-Qurthubi juga mengutip riwayat Mujahid dan Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud hari tersebut adalah hitungan hari di dunia yang dimulai dari hari Ahad dan berakhir pada hari Jumat.

At-Thabari melalui kitab tafsirnya Al-Jami al-Bayan fi Ta’wil al-Quran mengungkapkan proses penciptaan alam beserta periodisasinya dengan mengutip hadis riwayat Abu Hurairah. Pertama-tama, Allah menciptakan bumi pada hari Ahad dan Senin. Selanjutnya, gunung diciptakan pada hari Selasa. Di hari Rabu Allah menciptakan pepohonan, air, dan infrastruktur bumi, bangunan dan perusakan. Hari Kamis Allah menciptakan langit. Lalu, di akhir penciptaan alam yaitu hari Jumat, Allah menciptakan bintang-bintang, matahari dan malaikat. Periodisasi yang dikemukakan At-Thabari ini memperinci proses penciptaan alam yang terjadi selama enam hari tersebut Selanjutnya At-Thabari mengutip akhir riwayat hadis tersebut bahwa ketika Allah selesai menciptakan alam tersebut, Ia bersemayam di ‘Arsy.

Ada satu hadis riwayat Abu Hurairah yang juga menyatakan bahwa penciptaan alam semesta lamanya sekitar tujuh hari. Namun, kebanyakan mufassir seperti Sayyid Qutub dalam al-tafsir fi Zhilal al-Quran, Tanthawi Jauhari dalam Tafsir al-Jawahir, Al-Asyqar dalam Zubad al-Tafsir, Wahbah Zuhayli dalam Tafsir al-Wajiz, hingga Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memilih riwayat hadis Abu Hurairah yang menyatakan lamanya penciptaan alam selama enam hari. Para mufassir tersebut juga menyetujui pendapat yang menyatakan bahwa penciptaan enam hari dimulai pada hari Ahad dan diakhiri pada hari Jumat.

Baca juga: 3 Macam Sikap Sabar yang Digambarkan dalam Al-Quran

Hikmah penciptaan alam selama enam hari

Melihat sumber riwayat dan dan rujukan tafsir, enam hari nampaknya memang menjadi konsensus para mufassir mengenai masa penciptaan jagat raya. Namun, jika menengok kembali konsep penciptaan Allah “kun fayakun” akan menimbulkan sebuah pertanyaan mengapa Allah butuh waktu enam hari untuk menciptakan alam semesta? Padahal jelas sekali Allah juga berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 117 bahwa . Atau juga dalam surah Yasin ayat yang menerangkan bahwa ketika Allah berkeinginan, hanya dengan mengucap “Jadilah! Maka terjadi”. Akan tetapi, yang harus selalu kita sadari adalah bahwa di balik segala kuasa Allah terdapat hikmah yang dapat kita petik, termasuk mengenai diputuskannya enam hari sebagai masa penciptaan alam semseta oleh Allah.

At-Thabari memberikan komentar mengenai masa enam hari penciptaan yang telah diputuskan Allah tersebut. At-Thabari menjelaskan bahwa jika penciptaan dilakukan dengan sekejap saja bagi-Nya tidak mustahil sebagai mana konsep kehendak-nya “kun fayakun”. Namun, Allah memang menginginkan agar hamba-hamba-Nya mengetahui sisi kelembutan dan ketetapan dalam segala urusan. Allah juga menghendaki agar hambanya seperti malaikat dapat melihat kemampuan-Nya dalam menciptakan secara perlahan teratur, sedikit, demi sedikit. Himah lain yang diungkap At-Thabari mengenai penciptaan enam hari yakni menyinggung masalah masa pertaubatan. Segala sesuatu telah ditentukan masa dan ajalnya oleh Allah. Jika seorang berbuat maksiat ia akan diberikan tenggang masa untuk bertaubat. Namun, jika ajal masanya telah habis, maka taubatnya tidak akan diterima.

Baca juga: Mengenal Kitab Fahm Al-Quran Al-Hakim, Tafsir Nuzuli Karya M. Abid Al-Jabiri

Dalam kitab tafsir Zadul Masir karya Ibnu al-Qoyyim Al-Jauzi dijelaskan pula mengenai lima hikmah di balik enam hari yang dipilih Allah sebagai masa penciptaan alam semesta. Pertama, Al-Jauzi berpendapat bahwa Allah memang menginginkan memperlihatkan ketetapan atas semua perkara yang mana hal tersebut disaksikan oleh para malaikat-Nya. Hikmah kedua adalah Allah ingin menunjukkan kasih sayangnya kepada Adam dan keturunannya dengan sebegitu terencana sebelum penciptaan mereka. Ketiga adalah bahwa sesuatu yang lebih cepat memang menunjukkan hebatnya kekuasaan, namun sesuatu yang lebih tepat akan memiliki banyak sisi hikmahnya. Kemudian, Allah ingin mengajarkan kepada manusia mengenai ketepatan dan kecermatan. Hal tersebut karena Allah menyadari bahwa kelemahan manusia yang mudah tergelincir akibat tergesa-gesa

Mufassir saintifik Tanthawi Jauhari juga turut memberikan penjelasan meengenai hikmah enam hari penciptaan tersebut. Menurut Jauhari keputusan Allah tersebut dimaksudkan-Nya dalam rangka memberi aturan dan kesempurnaan kepada segala penciptaan. Dan kesempurnaan tersebut sejatinya ditujukan Allah untuk mendukung kehidupan manusia. Wujud hikmah dan kasih sayang Allah sangat nyata gamblang. Jauhari mengatakan bahwa Arsy bukan tempat di mana Allah hanya duduk santai setelah lamanya penciptaan, melainkan Ia selalu dan terus menerus mengatur alam ini dengan memberikannya banyak hikmah dan pelajaran bagi manusia.

Wallahu a’lam.

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....