Anda Beriman, Maka Bersiaplah untuk Diuji, Tafsir Surat Al-Ankabut Ayat 2

iman dan ujian dalam Al-Quran
iman dan ujian dalam Al-Quran

Setiap orang yang beriman pasti akan diuji, tidak peduli tingkat keimanan dan status sosialnya. Tidak mudah melewati ujian tersebut, butuh kesabaran dan perjuangan. Demikian kurang lebih pesan dalam tafsir surat Al-Ankabut ayat 2.

Sejak awal sudah disampaikan oleh Allah dalam Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 2, tentang ujian bagi orang yang beriman.

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”

Melalui ayat ini, Allah sedari dini sudah menyampaikan kepada kita bahwa masing-masing kita akan diuji, dan sudah seharusnya kita tidak kaget dan sudah siap atas bentuk dan model-model ujian yang akan diberikan olehNya.

Salah satu bentuk ujian ini berupa gangguan dan siksaan dari kafir Quraisy terhadap para sahabat di masa awal-awal Islam. Sebut saja sahabat Ammar bin Yasir, ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah, Al-Walid dan Salamah bin Hisyam. Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani, kejadian ini yang menjadi sabab nuzul ayat.

Sudah jamak diketahui bahwa ayah dan ibu sahabat Ammar yang pada saat itu sedang hamil dibunuh oleh orang kafir di depannya langsung, sehingga peristiwa ini sempat membuat keimanannya goyah. Tidak begitu berbeda dengan siksaan yang diterima sahabat lainnya.

Baca Juga: Surat Al-Ankabut Ayat 2: Agar Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah Swt

Untuk selanjutnya, bentuk ujian orang-orang yang beriman bermacam-macam, tidak hanya gangguan dari kafir Quraisy, tetapi juga kemiskinan, kelaparan, kecemasan dan kekawatiran-kekawatiran lainnya.

Iman identik dengan kesabaran dan perjuangan

Tafsir surat Al-Ankabut ayat 2 ini menyampaikan bahwa iman kepada Allah itu tidak cukup hanya dengan pernyataan ‘kami telah beriman’, tetapi tanpa bukti nyata, tidak ada tindakan dan perjuangan.

Thaba’thaba’i dikutip oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menyampaikan bahwa Allah menghendaki dari keimanan bukan sekadar mengucapkan “kami telah beriman kepada Allah”, tetapi hakikat iman yaitu keteguhan menghadapi gelombang fitnah dan penganiayaan, tidak tergoyahkan oleh perubahan kedaan dan situasi.

Sama dengan Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, menurutnya tiap-tiap iman pasti akan ada ujian, yang tidak tahan dan tidak berhasil dengan ujian tersebut, maka imannya masih sebatas di mulut, belum di hati. Ini merupakan tingkat keimanan yang paling rendah.

Baca Juga: 3 Macam Sikap Sabar yang Digambarkan dalam Al-Quran

Mengenai hakikat keimanan, surat Al-Baqarah ayat 214 dan surat Ali Imran ayat 142 juga menyinggung semangat yang sama dengan surat Al-Ankabut ayat 2.

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”

Selain itu, sabar menghadapi dan menjalani ujian juga menjadi tolak ukur keimanan seseorang. “iman bukanlah kalimat yang hanya diucapkan, tetapi ia adalah kesabaran menghadapi kesulitan dan kewajiban yang merupakan konsekuensi dari pengucapannya” Demikian penuturan Imam Nawawi Al-Bantani.

Berbahagialah orang yang sabar, tidak putus asa, ikhlas dan tetap berjuang dalam melewati ujian itu. Orang yang sabar, tidak akan menyalahkan Allah atas ujian dan cobaan yang menimpanya, ia juga tidak menghindarinya, melainkan ia akan hadapi ujian tersebut, ia terima dan jalani seraya tetap yakin akan kasih sayang Allah kepadanya.

Baca Juga: Inilah 3 Macam Musibah Yang Digambarkan dalam Al-Quran

Makin tinggi kualitas keimanan seseorang, makin besar pula ujian yang menimpanya

Seperti bunyi pepatah, semakin tinggi pohon, maka makin kencang pula angin menerpanya. Demikian pula dengan hubungan iman dan ujian, semakin tinggi derajat iman seseorang, makin besar pula cobaan dan ujian yang menimpanya. Sebagaimana hadis Nabi saw,

أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً ؟ قاَلَ الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ فَإنْ كَانَ دِيْنُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهَ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

“Rasulullah saw ditanya oleh sahabat, ‘siapakah manusia yang paling berat ujiannya? Rasul menjawab, para Nabi, kemudian yang sepertinya , kemudian yang sepertinya. Sungguh seseorang itu diuji berdasarkan agamanya. Bila agamanya kuat, ujiannya pun berat. Sebaliknya, bila agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya. Ujian tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi dengan tidak mempunyai kesalahan.” (HR. At-Tirmidzi)

Hadis ini semakin memperjelas bahwa adanya ujian dan cobaan dari Allah memang untuk menguji keimanan seseorang. Jika seseorang itu lulus, maka di situlah ia bisa menunjukkan kelas imannya.

Pohon dikatakan kokoh apabila ia mampu melewati angin kencang yang menerpanya berkali-kali, demikian pula iman, dikatakan kuat jika ia berhasil ditempa dan diterpa oleh ujian dan cobaan yang berlipat-lipat. Wallahu A’lam