Oase Al-Qur’an adalah buku Kiai Ahsin Sakho Muhammad yang memiliki proses penulisan tak biasa. Buku yang diterbitkan oleh penerbit Qaf ini sebelumnya terdiri dari tiga jilid, namun pada tahun 2020 lalu dikumpulkan mejadi satu. Setelah lahir edisi yang lengkap ini, Oase Al-Qur’an menghimpun 300 ‘bab’ renungan Qurani yang luar biasa. Saya menyebut buku ini sebagai kompilasi mutiara dari pesan Whatsapp.
Benar, dari judul ini terlihat bahwa proses kreatif yang dilalui oleh Kiai Ahsin bermula dari pesan WA. Lebih tepatnya dari ketidak-sengajaan. Kiai pakar ulumul Qur’an yang produktif ini semula hanya berniat untuk memberikan sentuhan Qurani di tengah hiruk pikuk dunia maya. Dari pengantarnya, ia menulis untuk kali pertama berbarengan dengan maraknya fenomena berita hoaks. Dan tulisan-tulisannya lahir untuk meredam itu.
Sebagaimana yang tercantum, ia menulis renungan Qurani itu untuk tiga tujuan. Pertama untuk mendinginkan suasana. Kedua untuk berbagi pengalaman dan sedikit ilmu. Ketiga untuk ikut andil dalam dunia kequranan yang sedang marak di Indonesia, baik untuk komunitas Al-Qur’an atau masyarakat umum.
Baca juga: 5 Ragam Corak Tafsir Feminis yang Penting Diketahui
Untuk proses penulisannya, Kiai Ahsin menyebut berawal dari iseng belaka tapi malah berkelanjutan. Ia tak membatasi diri dengan rentang waktu dan ruang untuk menulis ini. Ia bercerita bahwa di berbagai tempat bisa saja menulis. Hingga jadilah renungan Qurani itu. Beberapa tempat ia sebutkan sebagai permisalan, seperti di mobil, bandara, pinggir laut Bandengan Jepara, kota Kudus, hingga Masjidil Haram. Seusai tulisan ringan itu jadi, ia pun membagikan ke koleganya di grup WA.
Ia mengakui bahwa proses penerbitan Oase Al-Qur’an ini berkat dukungan Ahli Tafsir Prof. Quraish Shihab. Suatu ketika Quraish Shihab berpesan agar tulisan ringan Kia Ahsin dicetak dan dibaca oleh masyarakat luas. Bukan hanya untuk grup Whatsapp saja.
Baca juga: Ini 4 Bacaan Saktah dan Hikmahnya Menurut Ilmu Tajwid
Tapi, saat itu Quraish Shihab memberikan syarat minimal 101 tulisan. Kiai Ahsin pun istiqamah, dan mencapai target itu. Singkat cerita, tulisan yang sudah dibagikan itu tidak terdokumentasi dengan baik. Untungnya, Kiai Ahsin dibantu Dr. Hawasyi al-Betawi untuk menghimpun tulisan yang berserakan itu. Sehingga lahirlah buku jilid pertama.
Bedah Konten Oase Al-Qur’an
Buku setebal 518 halaman ini sebenarnya sangat ringan sehingga nyaman untuk dibawa kemana-mana. Buku ini berisi 300 oase Qurani dan dibagi menjadi enam bagian. Bagian pertama berjudul Menjadi Muslim dan Khalifah Allah. Bagian kedua berjudul Fungsi dan Keutamaan Al-Qur’an. Bagian ketiga berjudul Berinteraksi dengan Al-Qur’an. Bagian keempat berjudul Jejak Indah Kisah Al-Qur’an. Bagian kelima berjudul Al-Qur’an dan Ibadah Ritual. Terakhir berjudul Al-Qur’an dan Kesalehan Sosial.
Beragam oase Qurani ini ditulis dengan maksud untuk dibaca semua kalangan. Sehingga Kiai Ahsin menampilkan pembahasan yang sederhana, langsung ke persoalan dan menggunakan judul yang singkat padat. Kiai Ahsin juga menyampaikan bahwa apa yang ditulis ini bukanlah terjemahan maupun tafsir Al-Qur’an. Ia hanya ingin menyampaikan pemahaman sederhana dari kalam ilahi yang ia tekuni.
Seperti yang disampaikan di awal tadi, salah satu tujuan penulisan Oase Qurani ini untuk mendinginkan suasana. Di antara pesan dari Kiai Ahsin yaitu tertuang pada Oase Qurani nomor 291. Oase ini berjudul Penistaan Agama (3) dan berada di bagian keenam Al-Qur’an dan Kesalehan Sosial. Ia menyebut bahwa Islam melarang umatnya melecehkan lambang keislaman dan lambang agama-agama lain.
Baca juga: Edwin Wieringa, Tentang Al-Qur’an Kuno-kunoan dan Santri NU
“Setiap kepercayaan mempunyai lambang kesucian dari agamanya dan kepercayaanya. Masing-masing diagungkan dan disakralkan oleh para pengikutnya. Penistaan terhadap lambang-lambang itu akan mengakibatkan konflik berkepanjangan,” tulisnya.
Kiai Ahsin lantas mengisahkan Abrahah yang ingin menghancurkan Ka’bah di Makkah semasa Nabi Muhammad lahir. Saat itu, motivasi Abrahah adalah untuk membalas tindakan provokatif yang dilakukan oleh seorang Arab terhadap lambang sesembahannya yang bernama Al-Qulaish. Sebelumnya, seorang Arab itu secara sengaja mengotori Al-Qulaish dengan membuang hajat. Atas tindakan ini, Abrahah pun marah dan hendak menghancurkan Ka’bah.
Kiai Ahsin kemudian menguatkan statement-nya dengan menyebut surat Al-An’am. Dalam surat tersebut, Al-Qur’an melarang kaum muslim memaki sesembahan nonmuslim, karena bisa saja mereka berbalik memaki Allah tanpa melihat batas apapun.
Baca juga: Memaknai Surah al-Nahl Ayat 125 dalam Konteks Quranic Parenting
Pesan Buku Oase Al-Qur’an
Oase Al-Qur’an memang ditulis untuk menampilkan karakter orang beriman yang menyejukkan hati. Kiai Ahsin ingin mencerminkan ketauladanan tanpa ada kekerasan. Ia justru memotret sifat manusia yang cerdas secara mental, sosial, moral dan spiritual. Tentu buku ini lebih bernas karena ditulis oleh sosok guru yang mengejawantahkan pemahaman Quraninya. Sehingga saat membaca karyanya, kita seakan melihat dari perilaku dan tutur kata yang selalu digaungkannya.
Pesan terakhir dari buku ini sangat lah menarik, bahwa membaca Oase Al-Qur’an itu tak harus langsung selesai dalam waktu yang singkat. Kiai Ahsin justru menyarankan untuk menyimak setidaknya sehari satu oase. Lalu pembaca menghayati makna dan diajak memohon kepada Allah untuk menuntun segala langkahnya.
Demikian uraian singkat atas Oase Al-Qur’an Kiai Ahsin. Ia berhasil menyajikan tulisan yang menyejukkan sekaligus memberikan tauladan. Maka, tak ada salahnya jika saya menyebut buku ini sangatlah berharga laksana mutiara.
Wallahu a’lam[]