Apa Makna “Kiamat Sudah Dekat” dalam Al-Quran? Ini Penjelasannya

Makna kiamat sudah dekat
Makna kiamat sudah dekat

Secara metaforis, Al-Quran menyinggung masalah kiamat ini sebanyak 97 ayat yang tersebar dalam 49 surah. Akal manusia akan menerima bahwa kiamat merupakan peristiwa hancurnya dunia. Sudah banyak data yang dilampirkan perihal  kiamat, tanda tandanya, bagaimana dahsyatnya. Tetapi, tidak ada “bocoran” kapan waktu terjadinya. Kita hanya mendapat informasi tentang proses yg dilaluinya. Allah telah memberikan tanda-tanda akan terjadinya peristiwa itu. Adanya Fenomena alam yang terjadi diluar kendali seperti gempa, tsunami, tanah longsor, wabah penyakit dan lain-lain mejadikan stimulus otak untuk berbicara tentang kiamat. Karena itu, tak jarang manusia ada yang merasa ketakutan, apalagi ditambah dengan banyak angka kematian terutama dari kalangan ulama. Jadi wajar jika hal ini kemudian menggiring akal manusia pada satu kesimpulan bahwa kiamat akan segera terjadi, atau “kiamat sudah dekat”.

Baca juga: Tafsir Surah Yasin Ayat 48-50: Hari Kiamat Datang dengan Tiba-Tiba

Disisi lain, sebagian manusia justru memandang kiamat sebatas fenomena alam biasa. Parahnya lagi jika disandingkan dengan stetemen ulama yang mengatakan bahwa peristiwa kiamat “sudah dekat”, yang sudah disampaikan berabad abad lalu dan buktinya hingga kini belum terjadi.  Pernyataan ini sebetulnya bersumber dari Al-Quran dan hadis, maupun dari lisan dan tulisan para ulama. Dalam QS. Al-Ahzab ayat 63 disebutkan:

يَسْـَٔلُكَ ٱلنَّاسُ عَنِ ٱلسَّاعَةِ . قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ ٱللَّهِ . وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ ٱلسَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.

Juga hadis yang berbunyi:

بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ، وَيُشِيْرُ بِإِصْبَعَيْهِ فَيَمُدُّ بِهِمَا

Jarak diutusnya aku dan hari Kiamat seperti dua (jari) ini.” Beliau berisyarat dengan kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), lalu merenggangkannya

Para ulama memahami hadis ini dan memberi kesimpulan dengan statemant “kiamat sudah dekat” (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, al-Wabilus Shayyib minal Kalamit Thayyib, 1995M).

Diakui atau tidak, pikiran “kiamat sudah dekat”  sering terlintas dalam benak manusia, namun hanya afirmasi saja tanpa ada tabayyun secara logis dalam menyikapinya. Padahal ini bisa menjadi bumerang bagi Islam jika tidak ada penjelasan secara kompherensif perihal “kiamat sudah dekat” ini. Boleh jadi, para muallaf akan ragu terhadap kejadian hari kiamat, padahal hari kiamat meupakan salah stau rukun iman bagi muslim.

Problem yg riskan terhadap keimanan seseorang yakni kenapa hari kiamat sampai detik ini belum terjadi padahal pernyataan kiamat sudah dekat telah disampaikan beberapa abad silam, apakah ini hanya berita hoax atau hanya sekedar menakut-nakuti saja?

Baca juga: Tafsir Surat Al-Waqiah Ayat 1-6: Hari Kiamat itu Pasti, Inilah Visualisasinya

Dengan demikian, penulis ingin menampilkan  argumentasi rasional dan ilimiah untuk mengungkapkan makna dibalik kiamat “sudah dekat” yang sedikit banyak telah menghantui kehidupan sebagian besar umat Islam.

Ada 3 argumentasi sebagai pengejewantahan problematika tersebut, diantaranya:

1.Kata dekat menunjukkan bahwa peristiwa kiamat itu pasti terjadi, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Ma’arij ayat 6-7. Mayoritas mufassir menafsiri dekat dengan makna pasti terjadi sedangkan jauh bermakna mustahil. Kepastian terjadinya hari kiamat dijelaskan dalam QS Thaha ayat 15 yang artinya: Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. (QS. Thaha: 15)

Ayat ini mempertegas bahwa datangnya hari kiamat merupakan sebuah kepastian. Seperti pastinya kematian bagi sesuatu yang bernyawa. Begitu pula langit dan bumi yang menanti masa sirnanya. Allah ‘Azza wa Jalla benar-benar merahasiakan waktunya agar manusia dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai dengan apa yang mereka usahakan. Dengan dirahasiakannya waktu kedatangannya, tentunya menutup kesempatan manusia untuk merakayasa amal perbuatannya.

Baca juga: Tafsir Surat Al-Mulk Ayat 8-11: Penyesalan Orang yang Ingkar di Hari Kiamat

2.Berdasarkan data ilmiah bahwa usia alam raya ini, menurut disiplin keilmuan astronomi dan fisika sangatlah tua, kira-kira 13 miliar tahun (Jurnal ilmiah Pendidikan Fisika, “Ketidakpastian Usia Dunia,”116). Maka, kiamat bisa dikatakan dekat karena ditinjau dari lamanya keberadaan dunia sebelum nabi Muhammad yang mana beliau merupakan nabi terahir yang diutus oleh Allah. Sejarah telah mencatat bahwa terdapat 24 Nabi sebelumnya  dan masing-masing mempunyai umur berbeda bahkan ada yang berumur diluar kebiasaan manusia sekarang, seper Nabi Nuh dan Nabi Idris berumur lebih dari ratusan tahun. Berbeda halnya dengan Nabi Muhammad dan ummatnya yang rata rata umurnya 60-70 tahun (Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah).

Sehingga, tidak ada kejelasan berapa usia dunia yang sudah dihuni. Di sisi lain, jika dikaji dari sisi retorika kebahasaan, maka telah mengenal bahasa awal dunia dalam mitos Mesopotamia, Mesir, India, Nordik, Israel, Jepang, Afrika. Dengan demikian Bisa jadi manusia sudah hidup hampir mendekati 13 miliyar tahun, jika memang demikian maka tidak salah hal itu dikatakan dekat.

Baca juga: Mengulik Makna Kiamat dalam Al-Quran

3.Secara teologis, kata dekat membuktikan bahwa Allah Maha Kuasa dan mampu atas segalanya. Jika dianalogikan seeekor semut yang akan merusak (memakan) gula akan memerlukan durasi waktu lama, bisa sehari bahkan seminggu, berbeda halnya jika posisi semut digantikan kepada manusia, maka dalam proses menghancurkan gula hanya butuh sekian detik. Apalagi Allah Maha segalanya sangatlah mudah dan tidak membutuhkan durasi waktu untuk menghancurkan isi alam jagat raya alam ini.

Dengan demikian letak perbedaanya ada pada presepsi manusia dalam memandang sesuatu yg sangat besar. Yang tidak kalah penting adalah bahwa kepastian akan datangnya hari kiamat harus disikapi dengan terus memperbaiki diri dan menaruh harapan penuh terhadap limpahan rahmat-Nya yang tidak berujung serta akan selalu melimpah. Wallahu a’lam[]