BerandaKhazanah Al-QuranMengulik Makna Kiamat dalam Al-Quran

Mengulik Makna Kiamat dalam Al-Quran

Salah satu rukun iman yang harus dipercayai oleh setiap mukmin adalah percaya akan terjadinya hari kiamat. Ia juga merupakan unsur pokok dari elemen-elemen akidah. Kiamat adalah suatu peristiwa yang sangat serius dan misterius. Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan terjadinya, bahkan Nabi Muhammad SAW. sekalipun.

Meskipun kapan terjadinya kiamat merupakan rahasia Allah, manusia tetap diberi petunjuk berupa tanda-tanda akan terjadinya, baik melalui Al-Quran maupun Hadis Nabi. Oleh karena itu, kajian tentang kiamat serta tanda-tandanya tidak pernah selesai dan habis.

Menjelang kiamat itu sendiri terjadi perbincangan tentangnya terus berkembang, karena manusia memang haus akan mengetahui hal-hal yang misterius (ghaib), namun pasti terjadinya. Surah-surah yang berkenaan dengan kiamat dalam periode yang kedua (tentang kebangkitan, pembalasan dan kejadian-kejadian hari kiamat). Surah-surah tersebut di antaranya: surah al-Qari’ah, al-Zalzalah, dan al-Qiyamah

Surah al-Qari’ah

Dalam kitab Fahm Al-Quran Al-Hakim, al-Qari’ah pada urutan ke-28 setelah surah Quraisy dan sebelum surah al-Zalzalah. Makna dari surah al-Qari’ah ini adalah kiamat. Surah ini tidak memiliki asbab al-nuzul. Namun, surah ini diklasifikasikan kepada dua pokok pembahasan: pertama, ayat 1-5 menjelaskan tentang dahsyatnya kiamat. Kedua, ayat 6-11 menjelaskan tentang balasan berupa pahala atau siksa.

Baca juga: Sedang Dirundung Musibah? Bersabarlah! Ini 4 Keutamaan Sabar Menurut Al-Quran

Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu, Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu, Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Q.S. al-Qari’ah: 1-5)

 Dalam tafsirnya al-Jabiri menjelaskan bahwa kiamat adalah suatu peristiwa yang sangat mengerikan. Kondisi manusia saat itu seperti anai-anai yang berhamburan bergerak tidak tentu arah. Sedangkan gunung digambarkan seperti bulu wol atau kapas yang terpotong-potong dan terlempar (Abid al-Jabiri, Al-Tafsir Al-Wadhih Hasb Tartib Al-Nuzul, 142).

Melihat dari penafsiran al-Jabiri tentang surah al-Qari’ah di atas, ia tidak terlalu panjang lebar dalam menafsirkannya. Penulis hanya mendapatkan bahwa al-Jabiri dalam menafsirkan surah ini hanya menggunakan pendekatan bahasa. Hal ini mungkin dikarenakan bahwa peristiwa kiamat adalah suatu yang ghaib yang tidak seorangpun mengetahui kapan terjadinya, namun Al-Quran hanya memberikan petunjuk berupa tanda-tanda terjadinya. Informasi Al-Quran mengenai peristiwa kiamat adalah merupakan sebuah konsep keimanan, karena surah-surah ini diturunkan di Mekkah yang notabene adalah masa-masa dakwah Nabi Muhammad SAW. dalam menanamkan nilai-nilai ketauhidan dan keimanan terhadap para sahabat.

Surah al-Zalzalah

Al-Jabiri menjelaskan dalam mukadimahnya bahwa ia telah menyusun surah ini di antara surah-surah madaniyah (urutan ke-93). Akan tetapi, menurut sebagian besar mufasir menyatakannya sebagai surah makkiyah. Di antaranya Ibn Abbas, Ibn Mas‘ud, Mujahid, Jabir, Atha‘, al-Dhahak, al-Bughawi, Ibn Katsir, Muhammad bin Hasan al-Naisaburi dan lain-lain. Menurutnya inilah pendapat yang lebih kuat. Di samping itu, surah ini mempunyai korelasi dengan surah sebelumnya.

Baca juga: Musibah Ledakan di Beirut, Ingat Tafsir Surat At Taghabun Ayat 11

Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya, pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Terjemahan Surah al-Zalzalah ayat 1-8)

Pada ayat kedua dijelaskan bahwa ketika bumi digoncangkan (kiamat) ia (bumi) mengeluarkan sesuatu yang ada dalam perutnya yakni mayit-mayit yang ada di dalam kubur. Lalu manusia bertanya, apa yang terjadi dengannya (bumi)? Tuhanmu memerintahkannya untuk bergerak dan bergoncang sebagai tanda terjadinya kiamat.

Baca juga: Penjelasan Al Quran tentang Musibah dan Pandemi

Para mufasir berbeda pendapat dan berdebat mengenai makna ayat  ke 7 dan ke 8, apakah ayat ini secara umum ditujukan kepada orang beriman dan orang kafir? Sebagaimana diketahui bahwa orang-orang beriman akan diberi pahala di akhirat atas segala kebaikan yang telah mereka perbuat di dunia, tetapi apakah orang beriman akan disiksa atas kejahatan yang mereka lakukan di dunia? Sebaliknya, orang-orang kafir akan disiksa di akhirat atas kejahatan yang mereka lakukan di dunia, apakah kebaikan mereka akan dibalas pahala? Para ahli tafsir berbeda dalam memahami ayat ini

Pertama, Sebagian mufasir mengatakan: baik mukmin maupun kafir semuanya mendapatkan balasan dari Allah atas kebaikan dan kejahatan yang mereka lakukan. Namun perbedaannya, seorang mukmin akan diperlihatkan (dibalas) kebaikannya serta diampuni kejahatannya. Sedangkan orang kafir semua kebaikannya tertolak serta tetap mendapat balasan (siksa) atas kejahatan yang mereka perbuat.

Kedua,  Menurut sebagian mufasir lain: orang kafir yang melakukan kebaikan akan mendapat balasan atas kebaikannya tersebut di dunia tidak di akhirat, balasan tersebut bisa terjadi pada dirinya sendiri, keluarganya ataupun hartanya. Sedangkan orang mukmin justru sebaliknya, yaitu kejahatan yang dilakukan orang mukmin akan dibalas di dunia tidak di akhirat, baik terhadap dirinya, keluarganya maupun hartanya.

Baca juga: Ketika Ditimpa Musibah, Terus Ngapain? Ini Seharusnya Sikap Seorang Muslim

Surah al-Qiyamah

Menurut beberapa mufasir pada surah ini terdapat banyak riwayat yang menjelaskan tentang asbab al-nuzulnya. Al-Wahidi misalnya mengatakan bahwa: apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya) turun pada Umar bin Rabi‘ah, ia mendatangi Nabi SAW. lantas berkata: ceritakan kepadaku tentang hari kiamat! Kapan terjadinya?

Dan bagaimana keadaannya? Lalu Nabi menceritakannya. Kemudian Umar bin Rabi‘ah berkata: jika engkau telah melihatnya niscaya aku tidak membenarkanmu dan tidak beriman dengannya! Apakah Allah mengumpulkan tulang belulang ini? Maka turunlah ayat ini sebagai jawaban atas pertanyaan skeptis Umar bin Rabi‘ah tersebut.

Klasifikasikan kandungan surah al-Qiyamah ke dalam 5 kelompok. (1) ayat 1-4 (sebagai pembuka surah) menjelaskan tentang hari kiamat, (2) ayat 5-10 menjelaskan tentang terjadinya kiamat, (3) ayat 11-21 menjelaskan tentang hisab, (4) ayat 22-35 menjelaskan tentang orang-orang yang gembira dan takut serta balasannya, (5) ayat 36-40 (sebagai penutup surah) menjelaskan tentang kembali hidup setelah mati.

Selain itu, tanda-tanda kiamat lainnya juga banyak disebutkan dalam beberapa surah/ayat dalam Al-Quran, di antaranya dalam surah al-Qari’ah dan al-Zalzalah yang dijelaskan sebelumnya. Tanda-tanda tersebut antara lain: manusia seperti anai-anai yang berhamburan bergerak tidak tentu arah, gunung seperti bulu wol atau kapas yang terpotong-potong dan terlempar, bumi berguncang dahsyat dan mengeluarkan isinya; mayit dan semua benda yang tersimpan di dalamnya, manusia dibangkitkan dari kuburnya; disatukan kembali tulang belulangnya dan lain-lain. Wallahu A’lam.

Neny Muthi'atul Awwaliyah
Neny Muthi'atul Awwaliyah
Peneliti, dosen di Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Salatiga.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...