Tafsir surah Yusuf ayat 11-14 menceritakan tentang perizinan saudara-saudara Nabi Yusuf kepada ayahnya, Nabi Yakub untuk membawa sang adik, Nabi Yusuf As. pergi. Di tiga ayat ini, tergambar dialog antara ‘ngeyel’nya saudara-saudara Nabi Yusuf dan keberatan Nabi Yakub As.
Berikut bunyi surah Yusuf [12] ayat 11-14,
قَالُوا يَاأَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَى يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُونَ (11) أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (12) قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ (13) قَالُوا لَئِنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّا إِذًا لَخَاسِرُونَ (14)
“Mereka berkata, “Wahai ayah kami! Mengapa engkau engkau tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami menginginkan kebaikan baginya. [11] “Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia bersenang-senang dan bermain-main, dan kami pasti menjaganya.” [12] Yakub berkata, “Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku khawatir dia dimakan serigala, sedang kamu lengah darinya”. [13] Sesugguhnya mereka berkata, “Jika dia dimakan serigala, padahal kami kelompok (yang kuat), kalau demikian orang-orang yang rugi”. [14]”
Baca Juga: Tafsir Surah Yusuf Ayat 9-10: Sifat Manusia dalam Rencana Saudara-Saudara Nabi Yusuf
Rayuan Saudara-Saudara Nabi Yusuf dan Firasat Buruk sang Ayah
Saudara-saudara Nabi Yusuf yang ingin berbuat dhalim kepada Yusuf harus berlawanan dengan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Mereka meminta izin kepada ayah mereka untuk pergi ke hutan dan bermain disana. Namun mereka mendapatkan larangan, karena sebenarnya ayah mereka mengetahui rencana jahat mereka terhadap Nabi Yusuf.
Saudara-saudara Nabi Yusuf tidak mungkin langsung meminta izin sendiri kepada ayah mereka, terlebih ayah mereka mempunyai firasat yang tidak baik tentang Nabi Yusuf. Salah satu antisipasi yang mereka lakukan adalah dengan merayu Yusuf kecil terlebih dahulu agar meminta izin sendiri kepada ayahnya.
Rayuan saudara-saudara Nabi Yusuf dan firasat buruk sang ayah dalam tafsir surah Yusuf ayat 11-14 ini terdapat dalam Maraah Labiid li Kasyfi Ma’n al-Qur’an al-Majid sebagai pengantar cerita yang dibuang. Jika dalam ayat langsung ditampilkan komplain yang disampaikan oleh saudara-saudara Nabi Yusuf, maka itu sebenarnya karena sang ayah sudah terlebih dahulu melarang dan tidak mengizinkan mereka untuk keluar dengan membawa serta Nabi Yusuf.
Keberatan yang ditampakkan oleh Nabi Yakub tidak lantas menyurutkan keinginan mereka. Mereka tetap meyakinkan ayahnya bahwa mereka bisa menjaga Nabi Yusuf dan membawanya kembali dengan selamat. Mereka beralasan bahwa mereka lebih tua, dan jumlahnya banyak. Di hadapan sang ayah, mereka menampakkan kasih sayang dan kemurahan hati pada Nabi Yusuf. Selain itu, tidak kekurangan trik, mereka juga merayu Nabi Yusuf langsung, sehingga terkesan Nabi Yusuf minta izin ke sang ayah atas kemauannya sendiri.
Sementara itu, kekawatiran Nabi Yakub As. bukan tanpa alasan. Ia dari awal kawatir karena Nabi Yusuf diketahuinya bukan anak kecil biasa, ditambah dengan melihat gelagat yang mencurigakan dari saudara-saudaranya, sebagaimana digambarkan di ayat-ayat sebelumnya. Bahkan dalam tafsir An-Nawawi di atas, dikatakan bahwa Nabi Yakub sudah mengetahui rencana jahat itu sebelumnya.
Baca Juga: Tafsir Surah Yusuf Ayat 8: Awal Kedengkian Saudara-Saudara Nabi Yusuf
Kasih Sayang Seorang Ayah Kepada Anaknya
Tafsir surah Yusuf ayat 11-14 ini juga menyiratkan tentang kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Kekawatiran Nabi Yakub atas tindakan saudara-saudara Nabi Yusuf itu sangat wajar, karena settiap orang tua pasti tidak ingin anaknya celaka, baik karena perbuatannya sendiri maupun sebab perbuatan orang lain. Jika direnungi lebih lanjut, Nabi Yakub tidak hanya kawatir akan Nabi Yusuf, tetapi juga kawatir terhadap perbuatan saudara-saudaranya yang tidak baik.
Kekawatiran Nabi Yakub As. dalam ayat ini dicontohkan seperti ‘dimakan serigala’ karena mereka izinnya hendak pergi bermain sambil belajar memanah dan berburu di hutan. Namun demikian, saudara-saudara Nabi Yusuf tersebut memaksa dengan gigih bahwa mereka akan bisa menjamin keselamatan adiknya, hingga akhirnya mereka tetap membawa Nabi Yusuf pergi ke hutan untuk bermain meski gestur tubuh ayah mereka kawatir dan tidak menyetujui hal itu.
Mereka (saudara-saudara Nabi Yusuf) juga mengatakan dengan jelas bahwa seandainya ketakutan Nabi Yakub itu terjadi, maka mereka itu benar-benar orang yang rugi dan tidak bertanggung jawab. Menyalahkan diri sendiri pun mereka tempuh agar ayah mereka mengizinkan.
Baca Juga: Tafsir Surah Yusuf Ayat 7: Belajarlah dari Kisah Nabi Yusuf!
Ada penafsiran menarik dalam Mafaatih al-Ghaib. Maksud dari idzal lakhaasiruun di akhir ayat disampaikan oleh Fakhruddin Ar-Razy, bahwa mereka adalah orang-orang yang berhak diseru pada kerugian dan malapetaka. Bisa dikatakan Allah membuat mereka rugi dan binasa ketika serigala benar-benar memangsa Yusuf sedangkan mereka berada disana. Hampir sama dengan pendapat an-Nawawy, namun perbedaannya tafsir yang disampaikan Fakhruddin al-Razy lebih meyakinkan karena menyebut Allah yang akan menghukum mereka.
Pendapat Fakhruddin al-Razy ini sama dengan pendapat al-Nawawy bahwa saudara-saudara Nabi Yusuf menjawab alasan yang kedua dari ketakutan ayah mereka, dan menurut Ar-Razy, mereka tidak menjawab alasan pertamanya, yakni kasih sayang ayah mereka kepada Yusuf. Alasan inilah yang membuat kebencian dan kemarahan mereka. Ketika mereka mendengar alasan ini, maka mereka melupakannya dan tidak menjawabnya. Mereka pun hanya mengomentari ketakutan yang kedua, yaitu takut akan dimakan serigala.
Kita mengetahui kasih sayang seorang ayah pada anaknya adalah fitrah, terlebih anaknya memiliki kelebihan dan membutuhkan kasih sayang karena masih kecil. Sampai kapanpun anak itu terlihat kecil di mata orang tua, kecil secara usia juga pengalaman hidupnya. Seorang anak bepergian saja, kehawatiran orang tua sudah bukan kepalang, apalagi ada bahaya yang sudah diketahui secara pasti, kesedihannya akan berlarut-larut sebagaimana yang terjadi pada Nabi Yakub. Wallahu a’lam bis shawab.