BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Kahfi ayat 98-100

Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 98-100

Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 98-100 mengisahkan tentang datangnya Yakjuj dan Makjuj ke muka bumi dan membuat kerusakan. Pada Tafsir sebelumnya dijelaskan bahwa nabi Zulkarnain  mengurung Yakjuj dan Makjuj ke dalam sebua Benteng. Dijelaskan pula dalam Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 98-100 ini bahwa Benteng tersebut merupakan rahmat karunia dari Tuhan kepada hamba-Nya. Selengkapnya Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 98-100….


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 89-97


Ayat 98

Selanjutnya Zulkarnain berkata, “Benteng ini adalah merupakan rahmat karunia dari Tuhanku kepada hamba-Nya, karenanya ia menjadi benteng yang kokoh yang menjaga mereka dari serbuan Yakjuj dan Makjuj.

Tetapi apabila telah datang janji Tuhanku tentang keluarnya mereka dari belakang benteng, maka Dia akan menjadikannya hancur luluh lantak rata dengan tanah karena Allah memberi kuasa kepada suatu kaum untuk menghancurkannya, dan janji Tuhanku itu adalah benar tidak dapat diragukan.

Menurut ahli sejarah, ucapan Zulkarnain ini terbukti dengan kasus munculnya raja Jengis Khan yang telah membuat kerusakan di muka bumi dari Timur sampai ke Barat dan mengadakan penyerangan yang menghancurkan benteng besi dan kerajaan Islam di Baghdad.

Adapun sebabnya raja Jengis Khan ini mengadakan penyerbuan ke negeri Baghdad, oleh karena Sultan Khuwarazmi dari Bani Saljuk telah membunuh beberapa utusan dan pedagang-pedagang yang diutus dari negerinya. Harta benda mereka dirampas dan diadakan pula serbuan-serbuan ke tapal batas negerinya sehingga menimbulkan kemarahan raja Jengis Khan.

Lalu ia menulis surat kepada Sultan Bagdad dengan kata-kata yang pedas sebagai berikut, “Mengapa kamu berani membunuh sahabat-sahabatku dan merampas harta benda perniagaanku. Apakah kamu membangunkan singa yang sedang tidur dan menimbulkan kejahatan-kejahatan yang tersembunyi.”

Tidakkah Nabimu memberikan wasiat kepadamu agar tidak berbuat aniaya. Oleh karena itu tinggalkanlah bangsa Turki selagi mereka tidak mengganggu kamu. Mengapa kamu sakiti tetanggamu padahal Nabimu sendiri telah berwasiat untuk menghormati tetangga.

Dan inilah wasiatku kepadamu, “Peliharalah baik-baik dan pertimbangkanlah kebijaksanaanmu sebelum timbulnya rasa dendam dan sebelum terbukanya benteng besi. Dan Allah pasti akan menolong setiap orang yang dianiaya, karena itu tunggulah kedatangan Yakjuj dan Makjuj yang akan turun dari tiap-tiap tempat yang tinggi.”

عَنْ اُمِّ حَبِيْبَةَ بِنْتِ اَبِيْ سُفْيَانَ عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُنَّ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا فَزَعًا يَقُوْلُ: لاَاِلَهَ اِلاَّ الله ُوَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرِّ قَدْ اِقْتَرَبَ، فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مِثْلُ هَذِهِ. وَحلََّّقَ بِاِصْبَعِهِ اْلاِبْهَامِ وَالَّتِيْ تَلِيْهَا. قَالَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ جَحْشٍ فَقُلْتُ يَارَسُوْلَ الله:ِ اَنَهْلِكُ وَفِيْنَا الصَّالِحُوْنَ؟ قَالَ نَعَمْ اِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ. (رواه البخارى)

 “Dari Umu Habibah ra dari Zainab binti Jahsyin ra, bahwa Rasulullah saw pada suatu hari masuk ke rumah istrinya, Siti Zaenab bint Jahsy dan dengan terkejut beliau mengatakan, “Lā ilāha illallāh, celakalah bagi orang Arab dari suatu kejahatan yang telah mendekat, hari ini terbuka dari Benteng Yakjuj dan Makjuj lubang besar seperti ini.”

Dan beliau melingkarkan ibu jarinya dengan jari telunjuknya. Lalu Zaenab bertanya, “Ya Rasulullah apakah kami akan binasa padahal di kalangan kami terdapat banyak orang-orang yang saleh.” Beliau menjawab, “Ya, apabila kejahatan sudah banyak  jumlahnya.” (Riwayat al-Bukhāri)

Sejak hari itu lubang di dalam benteng semakin lama semakin besar. Pada abad ke-7 Hijri, datanglah tentara raja Jengis Khan menyerbu dan menimbulkan berbagai kerusakan di muka bumi terutama di negeri Baghdad.

Ayat 99

Pada hari hancurnya benteng besi itu, maka keluarlah Yakjuj dan Makjuj muncul dari belakang benteng gelombang demi gelombang, merusak tanaman dan harta benda seperti yang tersebut dalam firman Allah:

حَتّٰىٓ اِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ وَهُمْ مِّنْ كُلِّ حَدَبٍ يَّنْسِلُوْنَ

“Hingga apabila  (tembok) Yakjuj dan Makjuj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” (al-Anbiyā`/21: 96)

Pada hari terbukanya tembok itu Kami biarkan mereka bercampur aduk dalam keadaan kacau balau, kemudian situasi itu akan mengingatkan penghuni bumi ketika ditiup sangkakala oleh malaikat Israfil pada hari Kiamat, lalu dikumpulkan mereka di padang Mahsyar untuk diadili. Sesuai dengan firman Allah:

قُلْ اِنَّ الْاَوَّلِيْنَ وَالْاٰخِرِيْنَۙ   ٤٩  لَمَجْمُوْعُوْنَۙ اِلٰى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ   ٥٠

Katakanlah, “(Ya), sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian, pasti semua akan dikumpulkan pada waktu tertentu, pada hari yang sudah dimaklumi.”  (al-Wāqi’ah/56: 49-50)

Dan firman Allah:

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْاَرْضَ بَارِزَةًۙ وَّحَشَرْنٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ اَحَدًاۚ

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia), dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (al-Kahf/18: 47);

Ayat 100

Dan Kami tampakkan neraka Jahanam pada hari ditiupnya sangkakala kepada orang-orang kafir sehingga mereka melihat kedahsyatannya dan keganasannya yang luar biasa dan mereka mendengar pula suaranya dan semburan apinya yang sangat menakutkan, di mana mereka yakin bahwa mereka segera akan dijerumuskan ke dalamnya dan tidak dapat menghindarkan diri daripadanya.

Diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw bersabda:

كَيْفَ اَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ قَرْنَهُ وَحَنىَ الْجَبْهَةَ وَأَصْغَى اْلاُذُنَ مَتىَ يُؤْمَرُ اَنْ يَنْفُخَ؟ وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ مِنىٰ اِجْتَمَعُوْا عَلَى الْقَرْنِ اَنْ يُقِلُّوْهُ مِنَ اْلاَرْضِ مَاقَدَرُوْا عَلَيْهِ قَالَ: فَأَبْلَسَ (يَئِسَ وَتَحَيَّرَ) أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَقَّ عَلَيْهِمْ، قَالَ: فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قُوْلُوْا – حَسْبُنَا الله ُوَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَعَلَى اللهِ-   (رواه أحمد والترمذي)

“Bagaimana aku dapat bersenang-senang padahal malaikat Israfil sudah mendekatkan mulutnya pada ujung sangkakala dan telah menundukkan dahi dan telinganya telah siap-siap untuk mendengar kapan datangnya perintah dari Allah untuk meniup sangkakala itu. Dan seandainya jamaah haji yang berkumpul di Mina bersama-sama akan mengangkat sangkakala itu dari bumi niscaya mereka tidak mampu (karena sangat beratnya).”

Maka terdiamlah sahabat Rasulullah dan merasa berat mendengar berita itu. Maka Rasulullah saw bersabda, “Bacalah (cukuplah) Allah sebagai penyelamat kami, dan Dia adalah sebaik penolong. Hanya kepada Allahlah (kami bertawakal).” (Riwayat Ahmad dan at-Tirmidzi)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Kahfi ayat 101-110


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...