Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 57-60

Tafsir Surah Al Mu'minun
Tafsir Surah Al Mu'minun

Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 57-60 berbicara tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh orang mukmin sejati. Ada empat sifat yang akan dijelaskan dalam tafsir kali ini, dan sifat-sifat tersebut adalah perantara untuk menggapai keridaan Allah Swt. Simak penjelasan berikut.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mu’minun Ayat 55-56


Ayat 57

Salah satu di antara sifat-sifat orang yang benar-benar beriman itu pertama ialah takut kepada Tuhan. Karena itu mereka selalu mencari keridaan-Nya dengan bersungguh-sungguh mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Yang menjadi pedoman bagi hidup mereka ialah ajaran agama karena ajaran itulah prinsip mereka. Apa saja yang bertentangan dengan prinsip-prinsip itu tetap mereka tolak bagaimana pun akibatnya. Iman mereka tidak dapat digoyahkan oleh bujuk rayu atau ancaman apa pun.

Ayat 58

Sifat yang kedua ialah percaya sepenuhnya kepada bukti-bukti Keesaan dan kekuasaan Allah yang terbentang luas dalam alam semesta sebagaimana difirmankan oleh Allah:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ  ١٩٠  الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ   ١٩١

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ”Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Āli ‘Imrān/3: 190-191)

Mereka percaya pula sepenuhnya kepada semua ayat yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Apa yang tersebut dalam ayat-ayat itu adalah kebenaran mutlak yang tak dapat ditawar-tawar lagi.

Ayat 59

Sifat yang ketiga ialah memelihara kemurnian tauhid dengan benar-benar menyembah Allah semata tanpa mempersekutukan-Nya dengan sembahan-sembahan lain.

Orang yang beriman tidak akan mau menyembah berhala-berhala atau minta tolong kepadanya, walaupun berhala-berhala itu dianggap oleh kaum musyrik sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (al-Bayyinah/98: 5)


Baca Juga: Tafsir Surah Yasin Ayat 60-61: Perintah Menaati Allah dan Mendurhakai Setan


Mereka tidak akan meminta tolong kepada kuburan-kuburan karena mereka yakin sepenuhnya bahwa perbuatan itu sama saja dengan meminta tolong kepada berhala-berhala dan itu termasuk perbuatan syirik yang sangat dimurkai Allah.

Mereka tidak pula akan meminta tolong kepada arwah-arwah, jin dan setan, karena yang demikian pun termasuk syirik pula.

Demikianlah semua perbuatan yang membawa kepada mempersekutukan Allah mereka hindari sejauh-jauhnya, sehingga kepercayaan mereka benar-benar murni, tidak dikotori sedikit pun oleh hal-hal yang berbau syirik.

Ayat 60

Sifat yang keempat ialah takut kepada Allah, karena mereka yakin akan kembali kepada-Nya pada hari berhisab di mana akan diperhitungkan segala amal perbuatan manusia.

Meskipun mereka telah mengerjakan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya dan menafkahkan hartanya di jalan Allah, namun mereka merasa takut kalau-kalau amal baik mereka tidak diterima, karena mungkin  ada di dalamnya unsur-unsur riya` atau lainnya yang menyebabkan ditolaknya amal itu.

Oleh sebab itu mereka selalu terdorong untuk selanjutnya berbuat baik karena kalau amal yang sebelumnya tidak diterima, mungkin amal yang sesudah itu menjadi amal yang makbul yang diberi ganjaran yang berlipat ganda.

Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Abi Hātim dari ‘Aisyah pernah bertanya kepada Nabi:

اَنَّهَا قَالَتْ يَارَسُوْلَ الله، (اَلَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَااَتَوْا وَقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ) هُوَ الَّذِيْ يَسْرِقُ وَيَزْنِى وَيَشْرِبُ الْخَمْرَ، وَهُوَ يَخَافُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ: لاَ يَا بِنْتَ اَبِيْ بَكْرٍ، يَا بِنْتَ الصِّدِّيْقِ، وَلَكِنَّهُ الَّذِيْ يُصَلِّى وَيَصُوْمُ وَيَتَصَدَّقُ، وَهُوَ يَخَافُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ .( رواه احمد والترمذي)

Siti Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai ayat ini (alladzina yu`tuna mā ataw waqulubuhum wajilah), apakah yang dimaksud dengan ayat ini ialah orang berzina dan meminum khamar atau mencuri, dan karena itu ia takut kepada Tuhan dan siksa-Nya? Pertanyaan ini dijawab oleh Rasulullah, “Bukan demikian maksudnya, hai puteri Abu Bakar ash-Shiddiq. Yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengerjakan salat, berpuasa dan menafkahkan hartanya, namun dia merasa takut kalau-kalau amalnya itu termasuk amal yang tidak diterima (mardud). (Riwayat Ahmad dan at-Tirmidzi)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Mu’minun 61-62