BerandaTafsir TahliliTafsir Surah As-Shaffat Ayat 143-149

Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 143-149

Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 143-149 diawali dengan ending dari kisah Nabi Yunus, dimana ia yang telah menuntaskan masa-masa pertaubatan diperut ikan paus, lalu kembali kepada kaumnya yang ternyata telah bertaubat pula, dan mengimani keesaan Allah Swt.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 137-142


Ayat 143-144

Dalam tobatnya ia banyak bertasbih mensucikan Allah dan berdoa. Bunyi tasbih yang terus diulang-ulang Nabi Yunus dicantumkan dalam Surah al-Anbiya’/21: 87:

فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

…Maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku  termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Anbiya’/21: 87).

Dalam tasbihnya itu, Nabi Yunus mengakui dengan sebenar-benarnya bahwa Tuhan hanyalah Allah. Allah Mahasuci dari segala kekurangan dan sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya.

Dan mengakui bahwa ia telah berbuat salah. Di dalam pengakuan-pengakuan itu terselip doa yang tulus agar ia dilepaskan dari siksaan terpenjara dalam perut ikan itu.

Allah menegaskan bahwa bila ia tidak bertasbih dan berdoa seperti itu, maka ia akan menghuni perut ikan itu sampai hari Kiamat.

Karena tasbih dan doanya itulah maka Allah melepaskannya dari dalam perut ikan tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam ayat lain:

فَاسْتَجَبْنَا لَهٗۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْغَمِّۗ وَكَذٰلِكَ نُـْۨجِى الْمُؤْمِنِيْنَ  

Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (al-Anbiya’/21: 88)

Baca Juga:

Ayat 145-146

Setelah satu, atau tiga, atau beberapa hari, menurut beberapa pendapat, Nabi Yunus berada di dalam perut ikan besar itu, Allah memerintahkan ikan tersebut memuntahkannya ke suatu daerah tandus tidak ditumbuhi tanaman apa pun.

Karena beberapa saat berada di dalam perut ikan, kondisi Nabi Yunus lemah sekali. Untuk menyelamatkannya dari terpaan panas matahari, Allah menumbuhkan pohon yaqthin (sejenis labu) di sampingnya. Daun pohon itu melindunginya dan buahnya jadi makanannya.

Ayat 147-148

Setelah kesehatan Nabi Yunus pulih, Allah mengutusnya kembali kepada kaumnya yang pada waktu itu jumlahnya sudah sampai seratus ribu orang lebih.

Kedatangannya mereka sambut dengan baik karena mereka sadar bahwa dahulu mereka telah mengecewakannya sehingga ia meninggalkan mereka.

Mereka menyadari telah memperoleh kasih sayang Allah, karena mereka baru beriman ketika tanda-tanda azab Allah telah menghadang mereka. Pada umat-umat yang lalu, iman di saat seperti itu tidak diterima.

Hanya umat Nabi Yunus yang dikecualikan dari ketentuan itu, sebagaimana dinyatakan dalam Surah Yunus/10: 98 yang sudah diterangkan di atas.

Mereka kemudian hidup bahagia dan sentosa sampai waktu yang ditetapkan bagi mereka.

Ayat 149

Allah meminta Nabi Muhammad agar menanyakan kepada kaum kafir Mekah tentang kepercayaan mereka bahwa Allah punya anak, dan anaknya itu perempuan, padahal anak perempuan itu dalam pandangan mereka rendah, sebagaimana firman Allah:

وَاِذَا بُشِّرَ اَحَدُهُمْ بِالْاُنْثٰى ظَلَّ وَجْهُهٗ مُسْوَدًّا وَّهُوَ كَظِيْمٌ

Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. (an-Nahl/16: 58).

Yang mulia dalam pandangan mereka adalah anak laki-laki, karena anak laki-laki itu mampu berperang dan membela mereka serta mengharumkan nama keluarga. Karena itu mereka mengambil anak laki-laki sedangkan anak perempuan mereka nisbahkan kepada Allah.

Dengan demikian, mereka berdasarkan pandangan yang keliru dan mau menang sendiri. Pembagian menurut kepercayaan mereka itu menjadi tidak adil, sebagaimana dinyatakan ayat berikut:

اَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْاُنْثٰى   ٢١  تِلْكَ اِذًا قِسْمَةٌ ضِيْزٰى   ٢٢ 

Apakah (pantas) untuk kamu yang laki-laki dan untuk-Nya yang perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. (an-Najm/53: 21-22).

Pemberian anak perempuan, yang mereka pandang rendah, kepada Allah dan anak laki-laki untuk mereka, berarti mereka merendahkan Allah.

Pertanyaan yang diminta Allah untuk diajukan Nabi Muhammad kepada kaum kafir Mekah itu sekaligus mengandung arti bahwa pandangan mereka itu salah.

Dalam pandangan Allah tidak ada perbedaan laki-laki dan perempuan. Yang membedakan manusia hanyalah takwanya.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah As-Shaffat 150-157


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....