Pada Tafsir Surah An-Najm Ayat 16-19 ini masih berkaitan dengan penafsiran sebelumnya. Tafsir Surah An-Najm Ayat 16-19 menekankan kekuasaan Allah berdasarkan ciptaanNya. Sebagaimana kekuatan malaikat Jibril serta keajaiban Sidratul Muntaha yang semuanya pernah Nabi Muhammad lihat atas izin Allah.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah An-Najm Ayat 6-15
Ayat 16
Selanjutnya dalam ayat ini Allah swt menerangkan bahwasannya Muhammad saw melihat Jibril di Sidratul Muntaha itu ketika Sidratul Muntaha tertutup oleh suasana yang menandakan kebesaran Allah berupa sinar-sinar yang indah dan malaikat-malaikat.
Al-Qur’an tidak menerangkan dengan jelas, namun bagi kita cukuplah penjelasan yang demikian, tidak menambah atau menguranginya, bila tidak ada dalil yang jelas yang menerangkannya. Seandainya ada manfaatnya untuk dijelaskan niscaya hal itu dijelaskan oleh Allah swt.
Ayat 17
Kemudian dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa tatkala Rasulullah saw melihat Jibril di sana, ia tidak berpaling dari memandang semua keajaiban Sidratul Muntaha sesuai dengan apa yang telah diizinkan Allah kepadanya untuk dilihat. Dan ia tidak pula melampaui batas kecuali apa yang telah diizinkan kepadanya.
Ayat 18
Ayat ini menerangkan bahwa dengan melihat Sidratul Muntaha, berarti Muhammad saw telah melihat sebagian tanda-tanda kebesaran Allah yang merupakan keajaiban dari kekuasaan-Nya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lain-lain bahwa saat itu Muhammad saw melihat suatu lambaian hijau dari surga yang memenuhi ufuk (arah pandangan).
Maka hendaklah kita tidak membatasi apa yang telah dilihat oleh Muhammad saw dengan mata kepalanya, setelah diterangkan secara samar-samar dalam Al-Qur’an tentang hal itu. Yang jelas ialah bahwa Nabi telah melihat tanda-tanda kebesaran Allah swt yang tidak terbatas.
Baca Juga: Argumentasi Kekuasaan dan KeEsaan Allah Swt: Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 164
Ayat 19
Allah swt bertanya kepada orang-orang musyrik, apakah setelah mereka mendengar tanda-tanda Allah baik kesempurnaan maupun keagungan-Nya dalam kekuasaan, dan setelah mendengar keadaan malaikat dengan kedudukan dan kemampuan mereka yang tinggi, masih saja menjadikan berhala-berhala yang hina keadaannya itu sebagai sekutu bagi Allah, sedangkan mereka mengetahui kebesaran-Nya?
Pertanyaan ini merupakan cemoohan dari Tuhan, sebab bagi seorang yang berakal tidak mungkin terlintas dalam pikirannya untuk menyembah berhala yang mereka buat sendiri, kemudian diletakkan dalam suatu rumah yang mereka dirikan sebagai tandingan Ka’bah.
Adapun al-Lata adalah nama sebuah batu besar yang berwarna putih, di atas batu itu diukir gambar sebuah rumah. Al-Lata ini terletak di daerah Thaif. Rumah itu dipasangi tabir. Di sekelilingnya ada teras yang diagung-agungkan oleh orang-orang Thaif, antara lain Kabilah Saqif dan pengikut-pengikutnya. Mereka tergolong orang-orang yang lebih membanggakan benda itu daripada orang-orang Arab yang lain selain Quraisy. Kata Ibnu Jarir, mereka menganggap bahwa kata al-Lata itu diambil dari lafal Allah. Mereka menganggap al-Lata (Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan). Menurut Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Rabi’ bin Anas, mereka menamakan al-Lata dari nama seorang laki-laki yang menumbuk tepung untuk jemaah haji. Setelah ia mati, maka orang-orang berkerumun melakukan iktikaf di atas kuburnya yang selanjutnya mereka menyembah dan membuatkan patungnya.
Menurut Ibnu Jarir, al-‘Uzza berasal dari kata ‘Aziz, al-‘Uzza ialah sebuah pohon yang di atasnya ada sebuah bangunan dan bertirai, bertempat di Nakhlah yaitu antara Mekah dan Thaif; orang-orang Quraisy mengagungkan pohon itu.
Diriwayatkan bahwa Abu Sufyan ketika masih musyrik berkata pada waktu peperangan U¥ud bahwa merekalah yang mempunyai ‘Uzza, sedangkan yang lain tidak. Maka bersabdalah Rasulullah saw.
قُوْلُوْا: اَلله ُمَوْلاَ نَا وَلاَ مَوْلَى لَكُمْ .(رواه البخاري وأحمد)
“Katakanlah! Allah adalah Tuhan kami, dan kamu tidak mempunyai Tuhan.” (Riwayat al-Bukhari dan Ahmad)
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya: Tafsir Surah An-Najm Ayat 20-23