BerandaTafsir TematikRagam Tafsir Kata Hasanah dan Sayyiah dalam Alquran

Ragam Tafsir Kata Hasanah dan Sayyiah dalam Alquran

Kata hasanah (baik) dan sayyiah (buruk) merupakan salah satu kosakata antonim dalam Alquran. Ketika ada kebaikan dalam suatu hal, biasanya di situ juga ada lawannya, yaitu keburukan. Namun, tidak selamanya kata hasanah bisa dimaknai kebaikan dan sayyiah dimaknai keburukan. Lalu, apakah makna lain dari dua kata antonim tersebut?

Makna umum kata hasanah dan sayyiah

Dijelaskan dalam kamus al-Ma’any, secara bahasa, kata hasanah (حَسَنَةٌ) maknanya ada empat; perbuatan yang baik, ucapan yang baik, kebaikan, dan nikmat. Namun, arti yang sering terpakai untuk kata ini yaitu kebaikan. Bentuk jamaknya adalah hasanat (حَسَنَاتٌ). Secara istilah, dalam kitab al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, al-Raghib al-Ashfahani menjelaskan bahwa hasanah diungkapkan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan atau menggembirakan. Ia dapat berupa kenikmatan yang didapatkan manusia pada diri dan badan di setiap kondisinya.

Adapun kata sayyiah (سَيِّئَةٌ) secara bahasa memiliki tujuh makna; dosa, kesalahan, kekeliruan, kerugian, kelemahan, kekurangan, dan keburukan. Namun, makna yang sering dipakai untuk kata ini adalah keburukan. Bentuk jamaknya adalah sayyiat (سَيِّئَاتٌ). Secara istilah, al-Ashfahani menjelaskan bahwa sayyiah adalah perbuatan yang buruk sebagai antonim dari perbuatan baik.

Ragam tafsir kata hasanah dan sayyiah

Dijelaskan dalam kitab al-Wujuh wa al-Nadzhair fi al-Qur’an al-Karim karangan Harun bin Musa, di antara tafsiran kata hasanah dan sayyiah ada empat. Penjelasannya sebagai berikut:

  1. Hasanah diartikan sebagai al-nasru (kemenangan atau keberhasilan) dan al-Ghanimatu (keuntungan). Sedangkan sayyiah diartikan sebagai al-qatlu (pembunuhan) dan al-hazimatu (kekalahan). Makna tersebut berlaku di ayat berikut:

اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۖ وَاِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَّفْرَحُوْا بِهَا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْـًٔا ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ ࣖ

Jika kamu memperoleh kebaikan (kemenangan pada hari perang badar), (niscaya) mereka bersedih hati. Adapun jika kamu tertimpa keburukan (kekalahan di hari perang uhud), mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tidaklah tipu daya mereka akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi segala yang mereka kerjakan (Q.S. Ali Imran [3]: 120).

  1. Hasanah diartikan sebagai at-tauhid (tauhid) dan sayyiah diartikan sebagai as-syirk (syirik). Makna tersebut berlaku di ayat berikut:

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ خَيْرٌ مِّنْهَاۚ وَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِيْنَ عَمِلُوا السَّيِّاٰتِ اِلَّا مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan (tauhid), baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu. Siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan (syirik), maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang selalu mereka kerjakan (Q.S. Alqashash [28]: 84).

Baca juga: Mari Berlomba dalam Kebaikan dan Sudahi Saling Klaim Kebenaran!

  1. Hasanah diartikan sebagai katsratu al-mathar wa al-khisbi wa al-khairi (melimpahnya hujan, kesuburan, dan kebaikan) dan sayyiah diartikan qahtu al-mathar wa qillatu al-khairi (kekurangan hujan dan kebaikan). Makna tersebut berlaku di ayat berikut:

فَاِذَا جَاۤءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوْا لَنَا هٰذِهٖ ۚوَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّطَّيَّرُوْا بِمُوْسٰى وَمَنْ مَّعَهٗۗ اَلَآ اِنَّمَا طٰۤىِٕرُهُمْ عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Maka apabila kebaikan (kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, “Kami pantas mendapatkan ini (karena usaha kami).” Jika ditimpa keburukan (kurangnya kebaikan), mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya ketentuan tentang nasib mereka (baik dan buruk) di sisi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (Q.S. Al‘araf [7]: 131).

  1. Hasanah diartikan sebagai al-‘aqibatu (akibat atau hasil) dan sayyiah diartikan sebagai al-‘azabu fi al-dunya (azab di dunia). Makna tersebut berlaku di ayat berikut:

وَيَسْتَعْجِلُوْنَكَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ وَقَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمُ الْمَثُلٰتُۗ وَاِنَّ رَبَّكَ لَذُوْ مَغْفِرَةٍ لِّلنَّاسِ عَلٰى ظُلْمِهِمْۚ وَاِنَّ رَبَّكَ لَشَدِيْدُ الْعِقَابِ

Mereka meminta kepadamu agar keburukan (siksaan) dipercepat sebelum (akibat) kebaikan, padahal sungguh telah berlalu bermacam-macam contoh (siksaan) sebelum mereka. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar memiliki ampunan bagi manusia meskipun mereka zalim. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar keras hukuman-Nya (Q.S. Arra’d [13]: 6).

Selain empat tafsir dari hasanah dan sayyiah di atas, ada juga keadaan ketika kata hasanah penyebutannya terulang dua kali dalam satu ayat. Namun, antara hasanah yang pertama dan kedua berbeda arti dalam sudut pandang tafsir. Ayat tersebut tepatnya berada pada Q.S. Albaqarah: 201 yang artinya:  Di antara mereka ada juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.”

Adapun analisis dua kata hasanah yang terulang di ayat ini, secara global, keduanya memiliki arti yang sama, yaitu kebaikan. Namun, yang dimaksud hasanah pertama dan hasanah adalah berbeda. Dijelaskan dalam kitab Tafsir al-Jalalain karangan Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin al-Suyuti, yang dimaksud hasanah yang pertama adalah kebaikan berupa nikmat di dunia, sedangkan hasanah kedua yang dimaksud adalah kebaikan di akhirat, yaitu surga. Wallahu ‘alamu bishshawab.

Baca juga: Penjelasan tentang Kebaikan di Akhirat dalam Q.S. Albaqarah: 201

Attahya Fadel Ali Romadhon
Attahya Fadel Ali Romadhon
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...