BerandaTafsir TematikRamadan, Bulan yang Panas

Ramadan, Bulan yang Panas

Identik sebagai bulan penuh ampunan, bulan Ramadan menyediakan kesempatan begitu luas kepada seluruh muslim untuk berlomba-lomba memperbanyak ibadah dan memohon ampunan kepada-Nya. Inilah salah satu kebesaran rahmat Allah yang tiada terbatas. Akan sangat rugi sekali apabila seorang muslim tidak meraih keutamaan bulan Ramadan dengan amal-amal ibadah, dalam rangka menggerus dosa-dosa yang telah dilakukannya.

Di antara bulan-bulan lainnya, bulan Ramadan disebutkan secara khusus dalam Alquran, tepatnya pada Q.S. Al-Baqarah [2]: 185 berikut.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia.

Disebutkan oleh al-Ulaimi, istilah ramaḍān diambil dari kata al-ramḍā’u (sangat panas), yaitu al-ḥijārah al-muḥāmmah (bebatuan yang panas) [Fatḥ al-Raḥmān fī Tafsīr al-Qur’ān, 1/256].

Adapun al-Baghawi, menukil perkataan Mujahid, bahwa Ramadan merupakan bulan Allah. Pendapat paling sahih sebagaimana dikatakan oleh al-Ulaimi, nama bulan ini berasal dari kata al-ramḍā’u (sangat panas), yaitu al-ḥijārah al-muḥmāh (bebatuan yang panas). Namun dalam hal ini, terdapat perbedaan pendapat mengenai kaitan panas dengan Ramadan. Kurang lebih dijelaskan sebagai berikut.

Penamaan Berkaitan dengan Kondisi yang Terjadi Pada Masa Itu

At-Thabari menukil perkataan Abu Ja’far, mengatakan bahwa kata ramaḍān bagi sebagian ahli bahasa Arab dinamakan demikian karena panas terik yang ada di sana hingga turunnya hujan [Tafsīr al-Ṭabarī Jāmi’ al-Bayān, 3/187].

Baca juga: Ramadan, Zakat Fitrah, dan Mustahiknya

Shadiq Hasan Khan, mengutip pendapat al-Jauhari, bahwa bentuk jamak dari kata ramaḍān adalah ramaḍānāt dan armaḍā’. Penyebutan ini diadopsi dari nama-nama bulan bahasa kuno, yang mana mereka menamai sesuai dengan kondisi yang dialami saat itu juga [Fatḥ al-Bayān fī Maqāṣid al-Qur’ān, 1/366]. Secara kebetulan, saat itu bulan tersebut jatuh tepat pada cuaca yang amat terik dan panas membakar. Oleh karenanya, bulan ini pun kemudian dinamakan dengan bulan Ramadan.

Panasnya Tenggorokan Sebab Puasa

Pendapat lain mengatakan, kata ramaḍān diambil dari ramiḍa al-ṣāim, yaitu panasnya (tenggorokan) orang yang berpuasa sebab sangat kehausan. Dan kondisi panasnya tenggorokan ini dipicu oleh cuaca yang amat panas, sehingga tenggorokan orang yang berpuasa mengalami rasa terbakar dan panas [Fatḥ al-Bayān fī Maqāṣid al-Qur’ān, 1/366].

Pembakar Dosa

Shadiq Hasan Khan, mengutip pendapat al-Jauhari, bahwa disebut sebagai Ramadan dikarenakan yarmiḍu al-żunūba, yakni membakar dosa-dosa dengan amal-amal saleh [Fatḥ al-Bayān fī Maqāṣid al-Qur’ān, 1/366]. Dalam artian, seberapa banyak dosa yang telah dilakukan, akan terhapus dengan amal-amal saleh di bulan Ramadan. Sebagaimana sabda Nabi saw: innamā summiya ramaḍāna liannahu yarmiḍu żunūba ‘ibādillāhi (sesungguhnya dimanakan Ramadan ialah dikarenakan membakar dosa-dosa para hamba Allah) [Mafātīḥ al-Ghaib, 5/251].

Hakikat Panas Bulan Ramadan

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa bulan Ramadan berakar dari kata al-ramḍā’u (sangat panas). Asal-usul ini ditarik dari berbagai sudut pandang, baik dari penamaan bulan bagi bangsa Arab disesuaikan dengan kondisi yang menimpa, sehingga berakibat pada panasnya tenggorokan sebab bertepatan dengan bulan diwajibkannya berpuasa, dan dimaknai sebagai bulan membakar dosa-dosa yang telah lalu dengan amal-amal ibadah.

Baca juga: Variasi Cara Penetapan Awal Ramadan

Sebagai bulan yang diwajibkan bagi setiap muslim untuk berpuasa, pemaknaan puasa tidak cukup hanya dengan menahan lapar dan haus semata. Karena hakikat puasa adalah menahan, maka, lebih dari itu, setiap muslim yang berpuasa hendaknya menahan dari beragam macam hawa nafsu. Nafsu makan, minum, menggunjing, emosi, hubungan suami istri, dan selainnya.

Pasalnya, upaya menahan nafsu bagi setiap insan ini menimbulkan gejolak panas dalam diri manusia. Artinya, timbul gesekan berupaya menahan diri dengan kuat melawan hawa nafsu. Sehingga dalam konteks ini, panas adalah wujud dari “penderitaan” yang diakibatkan dari menahan nafsu. Inilah yang menjadikan dosa-dosa orang yang berpuasa terbakar oleh panas karena menderita dari jihadnya menahan nafsu, di samping memperbanyak amal ibadah di bulan Ramadan yang dijanjikan Allah akan dilipatgandakan ganjarannya.

Baca juga: Meugang: Tradisi Masyarakat Aceh Menyambut Bulan Ramadan

Dengan demikian, manfaat yang didapatkan dari Ramadan bagi orang-orang yang menjalankan puasa dan ibadah-ibadah lain dengan sebaik-baiknya, yakni menahan hawa nafsu, mengurangi maksiat, dan memperbanyak amal, ialah mampu membersikan hati dan jiwa. Sehingga mampu menjadikan manusia sebagai hamba Allah yang mudah menerima nasihat dan mengingat-Nya. Inilah kategori seseorang yang benar-benar mendapatkan keutamaan dan kemuliaan Ramadan.

Wallāhu a’lamu.

Fatia Salma Fiddaroyni
Fatia Salma Fiddaroyni
Alumni jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri; santri PP. Al-Amien, Ngasinan, Kediri.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...