Makna Tasbih dalam Kajian Semantik Alquran

Makna Tasbih dalam Kajian Semantik Alquran

Tasbih adalah salah satu kalimat zikir sebagai bentuk pengagungan dan penyucian kepada Allah swt. dengan mengucapkan kalimat subhanallah. Penggunaan kalimat tasbih selain diucapkan 33 kali setelah salat sebagai wirid, ia juga diucapkan ketika melihat atau mendengar berbagai hal yang buruk.

Salah satu keistimewaan kalimat tasbih adalah menjadi pemberat timbangan amal di akhirat sebagaimana hadis Nabi Muhammad yang berbunyi:

    : عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْد    سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda, “Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat dalam timbangan (amalan) dan dicintai oleh ar-Rahman, yaitu Subhanallahi wa bihamdihi, Subhanallahil ‘adzim (Maha Suci Allah, segala pujian untuk-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Mulia)”.(HR. Bukhari no. 6682)

Baca Juga: Tasbih Langit dan Bumi (Bagian I): antara Hakikat dan Majas

Dalam Alquran, kata tasbih disebutkan sebanyak 92 kali dengan tujuh variasi bentuk kata. Dengan fakta tersebut akan menunjukkan adanya keragaman makna. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa kata dalam bahasa Arab dapat mengandung makna ganda, lalu bagaimana makna tasbih dalam Alquran? Berikut ulasannya dalam sudut pandang semantik Alquran.

Makna Dasar Tasbih
Dalam God And Man In The Qur’an, karya fenomenal dari cendikiawan Jepang bernama Toshihiko Izutsu, diterangkan bahwa makna dasar sebuah kata adalah sesuatu yang melekat pada kata itu sendiri, sesuatu itu dibawa dan tidak akan berubah kemanapun kata itu bersanding (Toshihiko Izutsu, 2008, 12)

Untuk itu, makna dasar dari kata tasbih (التَّسْبِيْحُ), yang memiliki akar kata يُسَبِّحُ -سَبَّح adalah mengagungkan, menyucikan, menggali, dan mengucapkan subhanallah (A.W. Munawwir, 1997, 603).

Sedangkan menurut Ibnu Manzhur dalam Lisan Al Arab, kata (التَّسْبِيْحُ) merujuk pada makna tanzih, yaitu menjauhkan atau menyucikan Allah dari sifat-sifat makhluk dan bara’ah, yaitu membebaskan atau membersihkan dari keburukan (Ibnu Manzhur, 1994, 471). Maka dapat disimpulkan bahwa makna kata tasbih berpusat pada penyucian Allah dari segala keburukan.

Baca Juga: Penjelasan Al-Quran tentang Fenomena Alam Semesta Bertasbih kepada Allah

Makna Relasional Tasbih

Makna relasional adalah makna konotatif yang ditambahkan dan dilekatkan pada suatu kata karena kata tersebut membentuk sistem relasi dengan kata-kata penting yang lain (Toshihiko Izutsu, 2008, 12). Dengan mengetahui makna relasional, pesan yang disampaikan akan terasa jelas.

Maka dalam pembahasan kali ini, ditemukan makna relasional kata tasbih dalam Alquran itu merujuk pada tiga makna, yaitu salat, manifestasi makhluk dan ciptaan-Nya, dan pemujian kepada Allah swt (Abu Hilal Al-Askari, Al-Wujuh Wa An-Nadhair, 153)

Pertama, tasbih bermakna salat terdapat dalam QS. Ar-Rum [30]: 17, yang
berbunyi:

فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ

Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh.

Kata tasbih dalam ayat ini dimaknai sebagai salat tathawwu’, yaitu salat-salat sunnah. Sebagaimana juga dalam kata الْمُسَبِّحِينَ pada QS. As-Saffat [37]: 143, yang bermakna orang-orang yang salat.

Kedua, tasbih bermakna manifestasi makhluk dan ciptaan-Nya. Makna ini terdapat dalam QS. Al-Isra [17]: 44, yaitu:

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.

Al-Askari menerangkan bahwa langit dan bumi beserta segala makhluknya bertasbih kepada Allah berarti termanifestasi dalam perwujudan tauhid. Semua penghuni langit dan bumi bertasbih kepada Allah sebagai saksi keesaan Allah swt.

Baca Juga: Hubungan Akhir Surah Al-Waqi’ah dan Awal Surah Al-Hadid Tentang Perintah Bertasbih

Ketiga, memaknai tasbih sebagai pemujian kepada Allah. Makna ini tercantum dalam QS. Al-Qalam [68]: 28, yang berbunyi:

قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُونَ

Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?”

Ayat ini merujuk kepada pemilik-pemilik kebun yang disebutkan pada ayat ke-17 dan ke-18, yang bersumpah akan memetik hasil kebun pada pagi hari, namun tidak mengucapkan Insya Allah sebagai pemujian kepada Allah atau keterikatan atas kehendak Allah.

Maka berdasarkan ayat ini, kalimat tasbih tidak hanya memuat kalimat subhanallah saja, namun kalimat pemujian kepada Allah yang lain pun termasuk ke dalam tasbih.

Kesimpulan
Pemaparan di atas dapat dijadikan dasar bahwasanya kata tasbih (التَّسْبِيْحُ) memiliki ragam makna. Dari keterangan makna dasar dapat ditarik benang merah bahwa kata tasbih bermakna menyucikan Allah swt. Lebih spesifik bahwa cara menyucikan Allah itu dengan menjauhkan dan membebaskan Allah dari keburukan dan sifat-sifat yang dimiliki makhluk-Nya.

Makna tasbih semakin beragam dalam sudut pandang makna relasionalnya dalam Alquran. Tasbih dimaknai sebagai aktivitas menyucikan dan mengagungkan Allah swt, baik perkataan, perbuatan, maupun niat (aktivitas hati), yang dilakukan oleh seluruh makhluk Tuhan baik di bumi maupun di langit sebagai manifestasi tauhid.

Wallahu a’lam.