Abu Bakar as-Shiddiq merupakan sahabat terdekat Rasulullah saw. yang selalu menemani beliau, baik dalam keadaan suka ataupun duka. Abu Bakar rela mengorbakan seluruh harta dan jiwanya untuk mendukung Nabi dalam menyebarkan risalah Islam. Beliau juga yang menemani Rasulullah saw. hijrah ke Madinah. Kisah hijrah Abu Bakar yang menemani Rasulullah saw. tersebut diapresiasi dan direkam oleh Alquran di surah at-Taubah ayat 40,
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (40)
Jika kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka, Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Nabi Muhammad), memperkuatnya dengan bala tentara (malaikat) yang tidak kamu lihat, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu seruan yang paling rendah. (Sebaliknya,) firman Allah itulah yang paling tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Terjemah Kemenag RI)
Telah menjadi konsensus di kalangan ulama bahwa yang dimaksud dengan “sahabatnya” dalam ayat di atas adalah Abu Bakar as-Shiddiq. Abu Bakar-lah yang bersama Rasulullah saw. ketika keluar melarikan diri dari orang-orang kafir Quraisy yang ingin membunuh Rasulullah saw., lalu keduanya bersembunyi di dalam gua.
Ibnu Abi Hatim (6/1800) dan Ibnu Athiyyah (3/36) dalam tafsirnya mengisahkan dari riwayat Amr bin al-Harits, suatu ketika Abu Bakar ketika khutbah berkata, “Siapakah di antara kalian yang hafal surah at-Taubah?” Salah seseorang lalu berkata, “Aku.” Beliau berkata lagi, “Bacalah.” Ketika laki-laki tersebut sampai pada ayat, “Di waktu beliau berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita’,” Abu Bakar pun menangis, “Demi Allah, akulah sahabat Rasul yang Allah maksud.”
Baca Juga: Asma Putri Abu Bakar, Sahabat dan Mufassir Perempuan yang Berjasa Dalam Hijrah Nabi
Tangisan bahagia Abu Bakar; menjadi teman hijrah Rasulullah saw.
Abu Bakar pada mulanya hendak hijrah bersama rombongan kaum muslimin yang lain, namun Rasulullah saw. meminta dirinya untuk menunda keberangkatan. Saat itu, sejatinya beliau percaya diri dan merasa bahwa dirinya-lah yang akan diamanahkan untuk mendampingi perjalanan hijrah Rasul. (Sirah Nabawiyah, h. 432)
Benar saja, pada panasnya siang hari Rasul mendatangi Abu Bakar dengan menyamar untuk mengabarkan bahwa Allah telah mengizinkan beliau berhijah dan dirinyalah yang akan menemaninya, di samping itu beliau saw. juga menyampaikan bahwa rencana hijrah akan dilakukan malam hari dengan melewati jalur yang sulit dengan banyak bebatuan besar yang sangat terjal agar tidak diketahui oleh orang Quraisy.
Alih-alih merasa ragu, cemas, ataupun takut, Abu Bakar justru sangat bahagia, gembira, bangga, dan bersedia bertaruh nyawa sebagai orang terpilih mendampingi perjalanan Rasul. (Sejarah Hidup Muhammad, h. 13).
Ibnu Katsir mengutip riwayat Aisyah dalam Sirah Nabawiyah 2/34, mufasir tersebut menceritakan bahwa saat itu Abu Bakar bahkan sampai menangis karena merasa gembira. Aisyah berkata, “Demi Allah, aku belum pernah melihat seseorang yang menangis karena gembira sebagaimana ayahku saat itu.”
Menemani Rasulullah hijrah ke Madinah bagi Abu Bakar merupakan kemuliaan, berpahala besar, dan kebahagiaan tiada tara lebih dari apapun yang dimiliki. Abu Bakar tidak bersedih hati walaupun harus meninggalkan kota kelahirannya dan harta benda yang sudah dimiliki. Bahkan, ketika disampaikan rencana hijrah oleh Rasul dengan melewati jalur yang tidak umum, beliau pun yakin, sepakat, dan bersedia mengikuti Rasul tanpa merasa berat hati.
Baca Juga: Kisah Kesetiaan Abu Bakar As-Shiddiq dibalik Surah At-Taubah Ayat 40
Kisah hijrah Abu Bakar bersama Rasulullah saw.
Mendengar kabar tersebut, Abu Bakar segera menyiapkan segala keperluan keberangkatan. Beliau telah menyiapkan dua ekor unta tunggangan yang telah dipelihara dua bulan sebelum hijrah. Abdullah bin Uraiqit seorang yang telah diupahnya untuk menunjukkan jalan ke Madinah datang di waktu yang telah dijanjikan ke gua Tsur dengan membawa dua ekor unta tersebut. (Sirah Nabawiyah h. 187)
Setelah perbekalan sudah disiapkan oleh putrinya, Asma dan Aisyah, dengan diikat di unta masing-masing, berangkatlah Abu Bakar bersama Rasulullah saw. menuju gua Tsur dan berdiam di gua tersebut selama tiga malam. Asma putri Abu Bakar bertugas untuk mengantarkan perbekalan pada malam harinya. Abu Bakar juga memerintahkan putranya, Abdullah untuk mencari informasi tentang situasi di Makkah dan menyampaikannya kepada keduanya saat di gua Tsur pada malam hari. (150 Qishah min Hayati Abi Bakar, 38-39). Sementara budaknya, Amir ibn Fuhairah bertugas menggembalakan kambing perah dan memberikan susunya untuk mereka. (Tafsir ad-Durr al-Mantsur 4/204)
Abu Bakar melakukan semua itu atas dasar rasa cintanya pada Rasul, kepedulian, serta komitmen untuk kepentingan dakwah Islam. Beliau juga melibatkan orang-orang terdekatnya untuk mengambil peran dalam mensukseskan misi hijrah Rasulullah saw. ke Madinah. Abu Bakar bekerja sama dengan putra-putrinya menjalankan tugas menjaga keamanan dan keselamatan Nabi selama perjalanan hijrah dengan tulus, amanah, dan totalitas.
Ketika Rasulullah saw. dan Abu Bakar bersembunyi di gua Tsur, sebenarnya algojo-algojo kafir Quraisy sudah mengejar dan hampir masuk ke mulut gua. Abu Bakar yang melihat hal tersebut sempat dilanda rasa takut, gemetar, dan cemas, kawatir persembunyian mereka ditemukan. Abu Bakar memikirkan keselamatan Rasulullah saw. dan nasib umat Islam selanjutnya jika sampai Rasulullah saw. tertangkap dan dibunuh.
Baca Juga: Tafsir Abu Bakar atas Wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Tafsir Fi Zhilalil Quran (5/353-354) mendeskripsikan kisah hijrah Abu Bakar lebih detail di tafsir surah at-Taubah ayat 40. Dikisahkan bahwa Abu Bakar -saat itu- berkata, “Seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah, niscaya mereka melihat kita.” Lalu Rasulullah saw. yang Allah telah menurunkan ketenangan di dalam hatinya, menenangkan dan menenteramkan hati Abu Bakar sambil bersabda, “Bagaimana menurutmu dengan (keadaan) dua orang di mana Allah adalah yang ketiganya? Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Ilustrasi yang kurang lebih sama juga dijelaskan oleh at-Tabari dalam tafsirnya.
Tiga hari berlalu Rasulullah saw. dan Abu Bakar berada di dalam gua Tsur. Kaum kafir Quraisy sepertinya sudah putus asa dan berpikir buronannya tersebut tidak mungkin ditemukan. Melihat kondisi perkembangan yang demikian, Rasulullah saw. dan Abu Bakar memanfaatkan situasi untuk segera berangkat menuju Madinah. Selama perjalanan, Abu Bakar senantiasa waspada terhadap segala ancaman yang bisa menimpa diri Rasul.
Abu Bakar selalu berjaga di sekeliling Rasulullah dengan berganti posisi, terkadang membuntuti dari belakang ataupun berjalan di depan Nabi. Hingga akhirnya, misi hijrahnya bersama Rasul yang penuh mara bahaya dan perjuangan berhasil, keduanya tiba dengan selamat di Kota Madinah yang kemudian menjadi titik awal kejayaan Islam. Wallah ‘alam.