BerandaTafsir TematikTawakal dan Rezeki: Menyeimbangkan Kepasrahan dan Usaha

Tawakal dan Rezeki: Menyeimbangkan Kepasrahan dan Usaha

Di tengah gelombang ketidakpastian ekonomi global, banyak yang terperangkap dalam ketakutan akan kemiskinan. Gejolak pasar keuangan yang tidak menentu, disrupsi teknologi yang mengancam berbagai profesi, dan pandemi yang mengubah lanskap ekonomi telah menciptakan atmosfer kecemasan yang mencekam. Banyak orang menghabiskan malam-malam mereka dengan kegelisahan akan tagihan yang menumpuk, cicilan yang tak kunjung lunas, dan ketakutan akan masa depan anak-anak mereka.

Fenomena ini menjadi ironi besar ketika disandingkan dengan status kita sebagai hamba dari Allah Yang Maha Kaya (Al-Ghani). Bagaimana mungkin kita yang mengaku beriman kepada Allah yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi masih terjebak dalam lingkaran ketakutan akan kekurangan? Bukankah Allah telah berjanji bahwa Dia adalah Ar-Razzaq, Sang Maha Pemberi Rezeki?

Kekhawatiran akan kemiskinan seringkali membuat kita lupa bahwa kita adalah hamba dari Pemilik segala kekayaan. Kita sibuk menghitung-hitung apa yang kita miliki, tetapi lupa menghitung berapa banyak nikmat yang telah Allah berikan. Kita takut akan hari esok, padahal Allah telah menjamin bahwa tidak ada satu pun makhluk di muka bumi ini yang luput dari rezeki-Nya.

Jaminan Allah atas Rezeki Setiap Makhluk

Allah Swt.  dengan tegas menjamin rezeki setiap makhluk-Nya dalam firman-Nya:

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

Tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauhul Mahfuz) (Q.S. Hud [11]: 6).

Baca juga: Pengertian dan Empat Keutamaan Tawakal Menurut Alquran

Menurut Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya (juz 15/hlm. 240–241), ayat ini menunjukkan bahwa Allah bertanggung jawab atas rezeki setiap makhluk, baik itu berupa makanan, minuman, atau kebutuhan lainnya. Beliau juga menyebutkan pendapat Ibn Abbas bahwa manusia, sebagai bagian dari makhluk Allah, termasuk dalam janji ini. Pendapat ini ditegaskan oleh pandangan bahwa setiap bentuk rezeki yang sampai kepada makhluk datang dari Allah, meskipun dalam beberapa kasus rezeki tersebut datang dalam bentuk ujian, seperti kelaparan.

Ar-Razi dalam tafsirnya (juz 17/hlm. 318) menambahkan bahwa istilah “dabbah” dalam ayat tersebut merujuk pada semua makhluk hidup, baik yang kecil maupun besar. Beliau juga menyebutkan bahwa Allah mengetahui seluruh detail tentang makhluk-makhluk tersebut, termasuk kebutuhan, tempat tinggal, dan segala yang berkaitan dengan kelangsungan hidupnya. Pengetahuan Allah yang meliputi segala sesuatu menjadi jaminan mutlak atas pemenuhan rezeki setiap makhluk.

Keseimbangan antara Tawakal dan Ikhtiar

Namun penting untuk dipahami bahwa keyakinan akan jaminan Allah ini tidak berarti kita berpangku tangan. Islam mengajarkan keseimbangan antara tawakal dan ikhtiar. Allah Swt.  berfirman:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِن رِّزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan (Q.S. Al-Mulk [67]: 15).

Imam Asy-Syafi’i memberikan perspektif brilian tentang keseimbangan ini. Beliau berkata: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok.” Pernyataan ini menegaskan bahwa kepasrahan kepada Allah harus diimbangi dengan usaha maksimal.

Teladan Rasulullah dalam Tawakal

Rasulullah saw. sendiri memberikan teladan sempurna dalam hal ini. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, beliau bersabda:

“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, maka Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung yang berangkat pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (H.R. At-Tirmidzi).

Baca juga: Ini Dia Enam Tips Memperlancar Rezeki Menurut Alquran

Perhatikan bahwa dalam hadis ini, burung tetap berangkat mencari makan. Ia tidak berdiam di sarang menunggu makanan datang. Inilah esensi tawakal yang sebenarnya: usaha maksimal disertai kepasrahan total kepada Allah Swt. .

Dalam Ihya’ Ulum al-Din (juz 4/hlm. 243–244), Al-Ghazali memaparkan keutamaan tawakal dan bagaimana tawakal merupakan bentuk keimanan yang sangat dihargai dalam Islam. Dia mengutip sejumlah ayat yang menegaskan pentingnya tawakal, seperti:

  1. Surah Al-Imran ayat 159: “Dan kepada Allah hendaknya orang-orang yang bertawakal itu bertawakal.” Ayat ini mengingatkan bahwa tawakal adalah sifat yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Tawakal bukan hanya tentang pasrah, tetapi juga merupakan bagian dari keimanan yang membimbing kita untuk bergantung sepenuhnya kepada Allah.
  2. Surah At-Tawbah ayat 51: “Katakanlah: ‘Tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah ditentukan Allah bagi kami; Dialah Pelindung kami. Dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal.'” Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh-Nya dan tawakal adalah cara untuk menyerahkan diri kepada-Nya dengan penuh keyakinan.
  3. Surah Al-Ahzab ayat 3: “Dan kepada Allah hendaknya orang-orang yang bertawakal itu bertawakal.” Dalam ayat ini, tawakal diulang lagi sebagai bentuk keimanan yang tidak hanya mendalam dalam hati, tetapi juga tercermin dalam tindakan.

Al-Ghazali mengungkapkan bahwa orang yang bertawakal kepada Allah adalah orang yang berada dalam penjagaan-Nya. Allah akan cukupkan kebutuhan mereka dan menjaga mereka dari segala bentuk kesulitan. Seperti yang ditegaskan dalam Q.S. Az-Zumar [39]: 36 (Apakah Allah tidak cukup bagi hamba-Nya?), orang yang menyerahkan segala urusan kepada Allah tidak akan disia-siakan.

Baca juga: Bacaan Alquran agar Diberi Kemudahan dalam Mencari Rezeki

Tawakal, menurut Al-Ghazali, adalah bentuk keyakinan total terhadap kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, yang mengatur segala sesuatu dengan sempurna. Tawakal mengandung dua elemen penting: usaha manusia dan keyakinan bahwa hasilnya adalah kehendak Allah. Orang yang bertawakal dengan sejati tidak hanya bergantung pada ikhtiar dan usaha manusia, tetapi juga menerima segala takdir dari Allah dengan penuh ketenangan.

Ini menjadi pesan yang sangat relevan dalam konteks rezeki, di mana banyak orang mungkin merasa terjebak dalam ketakutan akan kemiskinan atau kekurangan. Al-Ghazali mengingatkan kita untuk tidak menggantungkan harapan pada selain Allah, karena hanya Dialah yang memiliki kekuasaan penuh atas segala yang ada di langit dan di bumi.

Penutup

Sebagai penutup, ketakutan akan kemiskinan seharusnya tidak memiliki tempat dalam hati seorang mukmin sejati. Bagaimana mungkin merasa takut miskin ketika kita adalah hamba dari Pemilik segala perbendaharaan langit dan bumi? Yang diperlukan adalah penguatan tauhid, peningkatan tawakal, dan kesadaran bahwa kekayaan sejati terletak pada kedekatan dengan Al-Ghani, Allah Yang Maha Kaya. Wallahu a’lam.

Muhammad Arsyad
Muhammad Arsyad
Mahasiswa Ilmu al-Qur'an dan Tafsir UIN Antasari Banjarmasin.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Meluruskan Doktrin ‘teror’ Millah Ibrahim

Meluruskan Doktrin ‘teror’ Millah Ibrahim (Bagian 2)

0
Kesimpulan dan Pelurusan Millah Ibrahim ini adalah buku yang ditulis oleh salah satu ideolog ISIS, Abu Muhammad al-Maqdisiy, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh...