BerandaTafsir TematikBelajar Optimisme Melalui Rahmah dan Rauh Allah

Belajar Optimisme Melalui Rahmah dan Rauh Allah

Alquran sebagai pedoman hidup umat Islam memberikan pencerahan melalui ayat-ayatnya yang mengandung pesan optimisme. Dua ayat dari surah Az-Zumar dan Yusuf menyeruh kepada manusia, “Janganlah berputus asa dari rahmat Allah.” Hal ini menunjukkan bahwa putus asa bukanlah pilihan bagi seorang muslim.

Meskipun secara terjemahan harfiah kedua ayat ini mengandung larangan untuk berputus asa dari rahmat Allah, keduanya memiliki konteks penggunaan yang berbeda, karena terdapat redaksi yang berbeda untuk menggambarkan rahmat Allah, yakni rahmah dan rauh. Hal ini berkaitan dengan memberikan pelajaran penting dalam menghadapi dua aspek kehidupan: pengampunan dosa dan kesulitan hidup.

Baca Juga: Tafsir Surah Yusuf Ayat 15: Optimislah, Kabar Gembira Akan Segera Datang dari Allah

Optimis untuk Mendapatkan Pengampunan dari Allah Swt.

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Az Zumar [39]: 53)

Ayat ini menjawab kecemasan orang-orang merasa bahwa dirinya yang telah terlalu jauh berbuat dosa hingga takut tidak diberikan ampunan oleh Allah Swt., sehingga Allah berpesan melalui ayat ini bahwa selama orang tersebut mengakui dosanya, lalu memohon ampun pada-Nya, dan kembali ke jalan-Nya, niscaya Allah mengampuni segala dosanya.

Dalam Tafsir Ath-Thabari (Tafsir Ath Thabari, 22/398) dijelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang musyrik yang ketika diseru untuk beriman kepada Allah, mereka berkata, “Bagaimanakah kami beriman? Kami telah mempersekutukan Allah, melakukan zina, membunuh, sedangkan Allah menjanjikan neraka bagi orang yang melakukan itu? Keimanan tidak berguna bagi kami karena perbuatan yang telah kami lakukan.”

Orang-orang musyrik merasa insecure terhadap dosa yang telah mereka lakukan, apakah mungkin Allah akan menerima keimanan mereka. Melalui ayat ini, Allah dengan kasih sayangnya menyatakan bahwa, “Janglah berputus asa dari rahmat Allah,” yang menunjukkan bahwa pintu taubat selalu terbuka, bahkan untuk dosa sebesar apapun.

Buya Hamka (Tafsir Al-Azhar, 24/73) menggambarkan ayat ini sebagai panggilan untuk pulang kepada orang-orang yang sudah kehilangan arah dan tak tahu lagi akan kemana sampainya. Ayat ini menunjukkan optimisme, harapan, cita-cita, dan kembalinya kepercayaan kepada diri sendiri karena kembali merasakan kasih dan ampunan Allah Swt.

Baca Juga: Ada Keringanan, Rahmat Allah, dan Kehidupan dalam Syariat Kisas

Optimis bahwa Selalu Ada Solusi dalam Setiap Masalah

يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ

Wahai anak-anakku, pergi dan carilah berita tentang Yusuf beserta saudaranya. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir. (Q.S. Yusuf [12]: 87)

Berbeda dengan ayat sebelumnya yang menggunakan kata rahmah untuk menunjukkan rahmat Allah, ayat ini menggunakan kata rauh untuk menggambarkan rahmat Allah. M. Quraish Shihab (Tafsir Al-Mishbah, 6/513) menjelaskan bahwa penggunaan kata rauh bermakna “nafas”, yakni dalam artian bahwa orang yang dapat bernafas dengan baik, maka dada menjadi lapang yang memberi kesan lega setelah mengalami kesulitan.

Ayat ini seakan-akan menyatakan jangan berputus asa dari datangnya ketenangan yang bersumber dari Allah Swt. yang melapangkan dada, menghilangkan kesedihan, dan memberikan jalan untuk menanggulangi permasalahan. Ini menunjukkan bahwa rahmat Allah tidak hanya berupa pengampunan, tetapi juga pertolongan dalam menghadapi kesulitan hidup.

Konteks ayat ini berkenaan dengan Nabi Ya’qub yang menyuruh anak-anaknya untuk mencari Yusuf yang telah hilang bertahun-tahun. Meskipun berada dalam kondisi yang tampak tanpa harapan, Nabi Ya’qub tetap optimis dan berpesan kepada anak-anaknya untuk jangan berputus asa dari rahmat Allah, semua pasti ada jalan keluarnya, maka carilah terus.

Dalam Tafsir Ath Thabari (Tafsir Ath-Thabari, 14/924) menjelaskan bahwa maksud dari, “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah,” ialah jangan berputus asa terhadap akan datangnya kegembiraan pada kita karena kesedihan yang kita rasakan, Allah pasti akan memberikan kebahagiaan dari sisi-Nya.

Baca Juga: Surat Al-Ankabut Ayat 2: Agar Tidak Berputus Asa dari Rahmat Allah Swt

Pesan dalam ayat ini sangat relevan bagi siapa saja yang tengah menghadapi cobaan hidup, bahwa selalu ada jalan keluar dan ketenangan dari Allah bagi mereka yang tetap berharap kepada-Nya.

Dua ayat ini mengajarkan bahwa optimisme adalah bagian dari iman. Baik saat bergelut dengan dosa masa lalu maupun menghadapi kesulitan hidup, Allah memerintahkan kita untuk tetap berharap kepada-Nya. Rahmah Allah menunjukkan keluasan ampunan-Nya bagi siapa saja yang bertaubat, sementara rauh Allah menunjukkan pertolongan dan ketenangan yang diberikan-Nya di tengah kesulitan.

Dengan memahami pesan ini, seorang mukmin akan selalu menemukan rasa optimisme dan harapan di setiap keadaan, karena putus asa adalah sifat yang tidak seharusnya ada dalam hati orang yang beriman.

Khairun Nisa
Khairun Nisa
Alumni Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, alumni Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah dan An-Najwah Sleman, Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Meneladani Cara Tobat Nabi Adam

Meneladani Cara Tobat Nabi Adam

0
Sejarah manusia dimulai dengan kesalahan. Adam, manusia pertama, melakukan dosa dan mencari pengampunan. Dalam Alquran, kisah tobat Nabi Adam menjadi salah satu pelajaran penting...