BerandaKisah Al QuranMaryam Binti ‘Imran, Perempuan yang Menjadi Wali Allah

Maryam Binti ‘Imran, Perempuan yang Menjadi Wali Allah

Maryam Binti ‘Imran adalah perempuan yang dipotret secara sempurna di dalam Al Quran. Sejak Ia dikandung Ibunya,  hingga proses kedekatannya dengan Allah. Ia juga merupakan sosok perempuan yang menjadi Wali Allah. Sebagaimana firman Allah pada Surat Ali Imran ayat 42. 

وَإِذْ قَالَتِ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَٰمَرْيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰكِ وَطَهَّرَكِ وَٱصْطَفَىٰكِ عَلَىٰ نِسَآءِ ٱلْعَٰلَمِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”

Baca juga: Mengapa Al-Quran Memperhatikan Perempuan? Inilah Alasannya

Nadzar Ibu Maryam dan Buah dari Penyesalannya

Dalam perjalanan hidupnya, ada sepenggal segmen, ketika Ibu Maryam bernadzar kepada Allah. Peristiwa ini diabadikan dalam Surat Ali Imran ayat 35: 

اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرٰنَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (QS. Ali Imran: 35)

Kesempurnaannya bukan dari kesuksesan atau pencapaiannya dalam memimpin suatu bangsa. Kesempurnaan Maryam digambarkan bagaimana ketauhidan sangat kuat menyatu dan tertanam didalam dirinya. Meski ia pernah rapuh karena fitnah terhadap apa yang menimpanya, tetapi Maryam terus kembali bangkit karena dia memang dipilih Tuhan sebagai i’tibar untuk seluruh alam raya.

Baca juga: Tafsir Surah Maryam Ayat 33: Tiga Bentuk Keselamatan Yang Diminta oleh Nabi Isa

Dalam Nadzmud Durar fi Tanasubil Ayat, al-Biqa’i menyebutkan, Maryam adalah putri Imran dan ibunya bernama Hannah binti Faaqud. (Al Biqa’i) Disaat Hannah hamil, ia telah menadzarkan putra yang dikandungnya kepada Allah agar menjadi Hamba yang hanya Ta’at Ibadah, khidmah dengan Ikhlas hanya kepada Allah.

Namun ketika putranya lahir, Hannah menyesal dan  berkata: “Ya Tuhan dia perempuan”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Hannah berkata demikian karena pada masa itu Nadzarnya tidak akan diterima kecuali berjenis kelamin laki-laki. Tetapi Allah tetap menerima Maryam. (Ali ash shabuni, Shafwatut Tafasir)

Pada proses inilah Allah menunjukkan bahwa DiriNya bersifat Adil dan sangat mengagungkan perempuan, dengan menerima Maryam sebagai putri yang dinadzarkan ibunya. Bahkan Maryam dianugrahi berbagai kesempurnaan dalam ketauhidan dan beribadah kepada Tuhan. Ia diberi nama Maryam yang memiliki arti al-‘Aabidah Khadimah al-Rabb, seorang hamba Tuhan. Nama yang sangat agung. Karena keagungan seorang hamba ialah ketika seluruh jiwa, nafas dan raganya menghamba secara totalitas kepada Dzat yang Maha Agung.

Maryam dalam hidupnya memiliki tempat ibadah khusus, yang ia setiap harinya menghabiskan waktu ditempat ibadah tersebut hanya untuk beribadah kepada Allah. Namun, ketika ia sedang Haid maka ia meninggalkan tempat ibadahnya dan pergi kerumah bibinya.

Allah pun menghidangkan berbagai hidangan khusus untuk Maryam seluruh buah-buahan, baik yang ada dimusim Kemarau maupun Penghujan. Semua terhidang di tempat ‘Ibadah Maryam. Alquran memotret peristiwa ini ketika Nabi Zakariya masuk ke Tempat Ibadah Maryam, nabi Zakariya disebutkan masih saudara Maryam sehingga ia tidak sungkan untuk memasuki tempat Ibadahnya.

Nabi Zakaria terkejut dan bertanya, “dari manakah ini semua Maryam?” 

Maryam pun menjawab bahwa semuanya dari Allah, Allah dapat memberi Rizki kepada siappaun tanpa harus bersusah payah hamba-Nya. Karena kemulyaan Maryam itulah, Nabi Zakariya menjadikan tempat ibadah Maryam sebagai twassul untuk berdoa kepada Allah agar dikaruniai Putra, dan dengan Izin Allah Nabi Zakariya yang sangat Tua pun dikaruniai Putra yang juga seorang Nabi. (Bisri Mustafa, Tafsir Al Ibriz)

 Cobaan atas Maryam dan Kedekatannya dengan Allah 

Suatu hari Malaikat Jibril mendatangi Maryam dengan merubah wujud Jibril sebagai pemuda yang tampan dan menghampiri Maryam. Karena kesalehan Maryam ia pun meminta agar Pemuda tersebut menjauhi dirinya dan ia juga berlindung kepada Allah yang Maha Rahman. Jibril pun menyatakan bahwa ia diutus Tuhan untuk mengabarkan bahwa Maryam akan memiliki seorang Putra.

Maryam pun menanggapi pernyataan Jibril; “Bagaimana aku dapat memiliki seorang putra yang aku sendiri pun tidak menikah apalagi berbuat zina?”

Jibril pun menjawab: “Semua telah ditetapkan Allah, dan hal itu mudah bagi Allah”

Peristiwa ini juga akan menjadi tanda bagi kkekuasan Allah. Diceritakan bahwa saat itu Jibril meniup kepala Maryam dan Maryam saat itu pula hamil. Menurut para mufassir, Maryam tidak mengalami proses mengandung sebagaimana perempuan pada umumnya. Ia mengandung dalam waktu yang singkat dan tidak lama kemudian ‘Isa lahir dipengasingan.

Pada proses ini Maryam mengalami dilema yang luar biasa, kaumnya mencacinya sebagai seorang pezina, ia menanggung malu yang luar biasa karena keluarganya juga termasuk keluarga yang sangat beriman dan menjaga agama dengan sebaiknya. Yaitu keluarga Imran.(Bisri Mushtafa, Tafsir Al Ibriz)

Tetapi, ‘Isa yang masih Bayi pun berkataa, “Ibu tidak perlu sedih, aku adalah hamba Allah yang memang ditakdirkan tanpa Ayah, supaya menjadi Tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala”

Maryam pun kembali bangkit, karena ia sadar dengan pasti bahwa seluruh apa yang ditakdirkan bagi dirinya adalah sebagai tanda kekuasaan Allah.. sunnguh anugrah yang luar biasa. Anugrah yang hanya diperoleh siti Maryam saja.

Dalam proses ini Allah menunjukkan bahwa Allah menciptakan Manusia dalam empat macam; Manusia sebagaimna kita dilahirkan Ibu dan memiliki Bapak, sebagaimana Isa dilahirkan Ibu Tanpa Bapak, sebagaimana SIti Hawa, memiliki Bapak tanpa Ibu, sebagaimana Nabi Adam Tanpa Ibu tanpa Bapak. (Bisri Mushtafa, Tafsir Al-Ibriz)

Maryam adalah potret perempuan yang kedekatannya dengan Tuhan telah diuji dengan berbagai proses yang luar biasa. Maryam sebagaimana perempuan lainnya, ia tetap Haid, melahirkan. Dia mengalami proses reproduksi peempuan tapi allah tidak menunjukkan bahwa karena proses tersebut Maryam kurang akal dan agamanya. Maryam tetap perempuan yang mencapai puncak kehambaan tertinggi.

Baca juga: Penjelasan Al Quran tentang Musibah dan Pandemi

Sebagai potret perempuan yang shalih dan ta’at kepada Tuhan. Maryam dapat kita jadikan sebagai figure perempuan yang terus menginspirasi perempuan untuk dekat dengan Tuhan dan bermanfaat untuk seluruh ‘Alam bersama dan tetap melalui proses reproduksinya. (Yang hal itu tidak akan)  tanpa mengurangi kualitas Ibadah dan Keber-Agamaan kita kepada Tuhan dan sesama. Hai Perempuan, jadilah Maryam seutuhnya, bermanfaat seluasnya!

Shofia elmizan
Shofia elmizan
Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di CRIS (Center for Research and Islamic Studies) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...