BerandaTafsir TematikTuntunan Membina Keluarga dalam Al-Quran: Surat At-Taghabun Ayat 6

Tuntunan Membina Keluarga dalam Al-Quran: Surat At-Taghabun Ayat 6

Keluarga yang terbentuk dari pasangan suami-istri itu seharusnya menjadi keluarga-keluarga yang saleh yang dapat menjalankan ajaran-ajaran Allah dengan baik. Allah Swt memberi peringatan keluarga untuk senantiasa menjaga dan membina keluarga.

Membina keluarga dalam arti bersama-sama menjaga diri dari azab Allah Swt. Hal ini antara lain digambarkan oleh Allah di dalam Surat At-Tahrim [66]: 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Allah memperingatkan kepada orang-orang yang beriman dari pasangan suami-istri, ayah-ibu untuk memelihara, menjaga, dan membina keluarga mereka dari siksaan api neraka. Suami menjaga istri agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan melanggar perintah Allah yang menyebabkan istrinya masuk ke dalam neraka.

Baca Juga: Tafsir Surat An-Nisa Ayat 34: Mengakui Keberadaan Perempuan Sebagai Kepala Keluarga

Sebaliknya, istri juga menjaga suaminya agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan melanggar perintah Allah yang menyebabkan suaminya masuk ke dalam neraka.

Ayah dan ibu kedua orang tua juga harus secara bersama-sama menjaga anak-anaknya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah Allah yang menyebabkan mereka masuk ke dalam neraka. Ini menunjukkan bahwa dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar dapat menyelamatkan keluarga mereka dari azab neraka.

Di ayat lain di dalam Surat At-Taghabun [64]: 14 Allah mengingatkan orang-orang yang beriman bahwa ada di antara pasangan hidup mereka, suami, atau istri dan anak-anak menjadi musuh dalam kehidupan rumah tangga. Allah menyatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat di atas menyatakan bahwa di antara suami ada yang menjadi musuh bagi istrinya. Ada istri yang menjadi musuh bagi suaminya. Bahkan ada di antara anak-anak yang kita lahirkan menjadi musuh bagi kita, kedua orang tuanya.

Yang dimaksud dengan musuh di sini, adalah pasangan-pasangan hidup, suami atau istri dan anak-anak menjerumuskan kita dalam melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan Allah, yang menyebabkan kita melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Allah. Ini menyebabkan kita terjerumus ke dalam perbuatan dosa dan maksiat.

Ada beberapa Nabi yang mendapatkan ujian yang berat yang disebabkan perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang dilakukan pasangan hidup (istri-istri) mereka. Hal ini seperti yang dialami oleh Nabi Nuh dan Nabi Luth.

Kisah yang berkaitan keluarga Nabi Nuh dan Nabi Luth, misalnya digambarkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an surah al-Tahrim [66]: 10:

“Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahanam bersama orang-orang yang masuk (jahanam)”.

Di dalam Tafsir Ringkas Kementerian Agama disebutkan bahwa: Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir bahwa menjadi istri nabi itu tidak otomatis dijamin masuk surga apabila tidak beriman kepada Allah seperti istri Nabi Nuh dan istri Nabi Lut.

Keduanya sebagai istri berada di bawah pengawasan suami masing-masing, dua orang hamba yang saleh, yaitu Nabi Nuh dan Lut, di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, istri Nabi Nuh menuduh suaminya gila dan istri Nabi Lut memberitahukan kehadiran para tamu ganteng kepada orang banyak yang homoseks, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun untuk menyelamatkannya dari siksaan Allah karena kekufuran mereka;

Dan dikatakan kepada kedua istri Nabi itu di akhirat, “Masuklah kamu berdua ke dalam neraka bersama orang-orang yang masuk neraka karena kekufuran mereka kepada Allah.”

Begitu juga sebaliknya,  istri yang beriman tidak bisa juga menyelamatkan suaminya yang kafir dari azab Allah. Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman bahwa perempuan beriman, meskipun menjadi istri seorang kafir yang pada waktu dibolehkan, akan memperoleh keselamatan di akhirat.

Baca Juga: Keluarga Ideal Menurut al-Quran dan Perannya Demi Keutuhan Bangsa

Seperti istri Firaun, ketika dia berkata dalam doanya kepada Allah waktu menghadapi siksaan suaminya yang memaksanya untuk murtad, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, karena tidak nyaman berada di istana Firaun; dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya yang terus menyiksa; dan doanya kepada Allah, selamatkanlah aku dari kaum yang zalim, balatentara Firaun yang terus menyiksanya hingga wafat sehingga ia tidak merasakan siksaan mereka.” Wallahu A’lam.

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...