BerandaUlumul QuranInilah Macam-Macam Qasam dalam Al-Quran, Simak Penjelasannya

Inilah Macam-Macam Qasam dalam Al-Quran, Simak Penjelasannya

Pembagian qasam dalam Al-Quran didasarkan pada jenisnya yang terkadang jelas menyertakan kalimat qasam, dan adakalanya hanya menggunakan huruf tertentu sebagai simbolik qasam. Hal ini senada dengan pendapat Manna’ Al-Qattan dalam Mabahits fi Ulum Al-Quran yang menyatakan bahwa macam-macam qasam dalam Al-Quran dibagi dua, yaitu; zhahir dan mudhmar.

Qasam Zhahir

Adalah sumpah yang di dalamnya disebutkan fiil qasam dan muqsam bih. Dan di antaranya ada yang dihilangkan fiil qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf berupa waw, ta dan ba. Dalam beberapa tempat, terdapat fi’il qasam yang didahului la nafiyah (لا). Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S al-Qiyamah [75]: 1-2,

لَآ اُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيٰمَةِۙ وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Aku bersumpah dengan hari Kiamat, dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri). (Q.S. Al-Qiyamah [75]: 1-2)

Sebagian mengatakan, bahwa la pada dua ayat tersebut, yang menafikan sesuatu, bukan la untuk qasam, tetapi la nafiah  yang menafikan sesuatu yang mahzhuf yang takdirnya sesuai dengan maqam nya. Ada yang menyatakan bahwa la disini adalah la zaidah (tambahan).

Baca juga: Menilik Unsur-Unsur Qasam dalam Al-Quran

Sedangkan dalam pendapat yang lain berkata bahwa la tersebut untuk menafikan qasam, seakan-akan ia mengatakan, “Aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan nafsu itu”. Tetapi aku bertanya kepadamu tanpa sumpah, apakah kamu mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan tulang belulang setelah hancur berantakan setelah kematian? Masalah sudah amat jelas, sehingga tidak lagi memerlukan sumpah.

Tidak puas dengan pendapat di atas, sebagian ulama berpendapat bahwa la sebagai la nafiah ia menganggap ada kalimat yang dihilangkan setelah huruf la sesuai dengan maqam yang ada, sehingga jika ditampakkan maka akan berbunyi, “la sihhah lima taz’umun annahu la hisab wala ’iqab”. Jadi, la nafiyah tersebut menafikan kalimat yang dihilangkan sesudahnya, yang artinya; “tidak benar dugaan kalian bahwa tidak ada balasan dan siksa”.

Pendapat Manna’ al-Qattan di atas ditandaskan oleh Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, bahkan ia menganggap di samping menafikan sesuatu yang datang sesudahnya, kata la juga dapat menafikan sesuatu sebelumnya, atau yang tersirat dalam benak pengucapnya, yaitu tidak seperti yang orang-orang kafir Quraisy yang menganggap bahwa kebangkitan tidak akan terjadi.

Bisa juga kata la dipahami sebagai fungsi menguatkan sumpah dan dengan demikian ayat-ayat seperti ini diterjemahkan dengan “Aku benar-benar bersumpah”. Adapun jawab qasam dalam ayat tersebut mahzhuf, yang ditunjukan oleh ayat berikutnya, yaitu pada Q.S al-Qiyamah [75]: 3,

اَيَحْسَبُ الْاِنْسَانُ اَلَّنْ نَّجْمَعَ عِظَامَهٗ ۗ

Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? (Q.S. Al-Qiyamah [75]: 3)

Dengan demikian, pada dasarnya jawab qasam yang terkandung adalah لتبعثنّ ولا تحا سبنّ  (pasti kamu akan dibangkitkan, dan pasti kamu akan dihisab). Ungkapan pertanyaan dalam ayat ketiga tersebut mengindikasikan dan menguatkan kepastian adanya hari kembangkitan dan pembalasan atau hisab, yang mereka (kafir Quraisy) anggap bahwa semua itu tidak akan pernah terjadi setelah adanya kematian.

Baca juga: Inilah Huruf Qasam dalam Al-Quran dan Sebabnya

Qasam Mudhmar

Mudhmar merupakan bentuk qasam yang di dalamnya tidak dijelaskan fiil qasam dan tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh lam taukid (lam yang berfungsi untuk menguatkan isi pembicaraan) yang masuk dalam jawab qasam, seperti firman Allah berikut:

۞ لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan. (Q.S. Ali Imran [3]: 186)

Selanjutnya, apabila qasam berfungsi untuk memperkuat muqsam ‘alaih, maka beberapa fiil dapat difungsikan sebagai qasam jika konteks kalimatnya menunjukkan makna qasam. Misalnya dalam Q.S. Ali Imran [3]: 187,

وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهٗ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُوْنَهٗۖ فَنَبَذُوْهُ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُوْنَ

Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), “Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan (janji itu) ke belakang punggung mereka dan menjualnya dengan harga murah. Maka itu seburuk-buruk jual-beli yang mereka lakukan. (Q.S. Ali Imran [3]: 75)

Huruf lam pada ayat: لَتُبَيِّنُنَّهٗ لِلنَّاسِ adalah “lam qasam”, dan kalimat sesudahnya adalah jawab qasam, sebab “akhadzallahu mitsaaq” bermakna “istihlaf” (mengambil sumpah). Demikianlah pengenalan kita terhadap macam-macam qasam dalam Al-Quran. Wallahu A’lam.

Miatul Qudsia
Miatul Qudsia
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya, pegiat literasi di CRIS (Center for Research and Islamic Studies) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...