Al-Quran begitu kaya keilmuan. Di dalamnya ada banyak rumpun keilmuan yang sampai detik ini tak pernah habis untuk dibicarakan. Mulai dari fiqih, tasawuf, bahasa, sains, sosial, filsafat dan sebagainya. Dari sekian banyak dimensi keilmuan itu, barangkali dimensi pendidikan adalah yang paling sedikit mendapat perhatian. Sulit rasanya menemukan satu karya tafsir yang secara serius mengulas nilai dan konsep pendidikan dalam Al-Quran atau dikenal dengan Tafsir Tarbawi. Berbanding terbalik dengan karya-karya tafsir seperti tafsir sufistik, tafsir falsafi, tafsir lughawi, tafsir ilmi, tafsir adabi ijtima’i dan tafsir fiqhi, yang akan lebih mudah kita dapatkan.
Seputar Tafsir Tarbawi
Pandangan bahwa Al-Quran adalah sumber pendidikan ternyata bukan berkembang di kalangan pakar pendidikan saja, tetapi juga di lingkungan pemerhati tafsir. Quraish Shihab dalam bukunya Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat tegas mengatakan, banyak sekali ayat-ayat Al-Quran baik secara implisit atau eksplisit berbicara hampir seluruh unsur pendidikan.
Istilah Tafsir Tarbawi berasal dari dua kata, tafsir dan tarbawi. Dua kata ini merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu tafsir (penjelasan Al-Quran) dan tarbawi (pendidikan). Dari makna etimologis ini, sederhananya bisa dipahami bahwa Tafsir Tarbawi adalah penjelasan atas ayat-ayat Al-Quran berkaitan dengan semua hal tentang pendidikan.
Baca Juga: Terminologi Al-Basyar dalam Al-Qur’an: Manusia Sebagai Makhluk Biologis
Ahmad Munir dalam bukunya Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Quran tentang Pendidikan mendefinisikan Tafsir Tarbawi dengan sebuah usaha (ijtihad) dalam bidang keilmuan tafsir yang mencoba mendekati Al-Quran dari sudut pandang pendidikan. Dengan demikian, Tafsir Tarbawi merupakan sebuah kajian Al-Quran yang secara sistematis dan metodologis hendak menggali konsep pendidikan dan seluruh komponen penunjangnya. Mulai dari pengertian, tujuan, metode, media sampai pada evaluasi dan manajemennya.
Secara intrinsik, kemunculan tafsir tarbawi sendiri sangat mungkin mengingat pendidikan merupakan salah satu topik pembicaraan yang sering disebut dalam Al-Quran. Al-Quran memperkenalkan dirinya sebagai hudan (petunjuk). Suyudi dalam bukunya Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an: Integrasi Epistemologi Bayani, Burhani dan Irfani menjelaskan bahwa sebagai petunjuk, substansi ayat-ayat Al-Quran sarat akan nilai-nilai pendidikan (pedagogic values).
Secara teknis dalam wahyu yang pertama turun yaitu QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5 Allah memerintahkan manusia untuk membaca. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Al-Quran sangat menekankan arti pentingnya pendidikan. Lain daripada itu, istilah-istilah Al-Quran seperti huda (petunjuk), nur (cahaya), barakah (barakah), syifa (obat), dzikr (pengingat) dan furqan (pembeda) jelas sangat terkait dengan fungsi pendidikan.
Al-Tafsir Al-Tarbawi li Al-Qur’an Al-Karim Karya Al-Baz
Dalam tradisi penulisan tafsir Al-Quran, sejauh ini, satu-satunya tafsir yang digadang-gadang sebagai kitab tafsir pertama komplit 30 juz yang mencoba menampilkan secara utuh nilai-nilai pendidikan dalam Al-Quran adalah Al-Tafsir Al-Tarbawi li Al-Qur’an Al-Karim karya seorang ulama asal Mesir bernama Anwar al-Baz. Kitab ini terdiri dari 3 jilid dan masing-masingnya kurang lebih ada 600 halaman.
Walau demikian, sejauh pembacaan penulis, sama seperti kitab tafsir pada umumnya, al-Baz tidak menafsirkan Al-Quran dalam kerangka perumusan ilmu pendidikan khusunya pendidikan Islam. Karya ini hadir lebih sebagai usaha memunculkan nilai-nilai pendidikan. Di dalamnya, al-Baz berupaya menjelaskan pesan dan nilai pendidikan yang terkandung dalam setiap ayat-ayat Al-Quran.
Al-Baz sendiri berkeyakinan, selain sebagai kitab dakwah Al-Quran juga berperan sebagai kitab tarbiyyah. Seluruh ayat Al-Quran diturunkan sebagai pendidikan dan arahan untuk membina umat dan mendidik jiwa mereka dari segala aspeknya. Manusia tidak akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat jika ia tidak didik sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang telah diajarkan oleh Al-Quran (al-Baz, Al-Tafsir Al-Tarbawi li Al-Qur’an Al-Karim).
Dalam tafsirnya, ada lima metode atau langkah-langkah yang digunakan al-Baz. Pertama, tetap mempertahankan sistematika mushaf Al-Quran. kedua, menjelaskan makna mufradat atau kalimat Al-Quran yang dirasa dulit dipahami. Ketiga, menyebutkan tujuan-tujuan prosedural bagi setiap maqta’ yang meliputi aspek kognitif, efektif dan psikomotorik. Keempat, menjelaskan isi kandungan ayat terkait pendidikan (tarbawi). Kelima, menjelaskan apa yang ditunjukkan ayat berkenaan dengan pendidikan.
Baca Juga: Al-Quran di Mata Kaligrafer Congaban: Sebuah Resepsi Estetik
Sementara dalam penyusunan tafsir tersebut, Anwar al-Baz merujuk pada beberapa tafsir otoritatif seperti Fi Dilal al-Qur’an milik Sayyid Qutb, al-Asas fi al-Tafsir karya Said Hawa, Maqasid al-Qur’an karya Hasan al-Banna, Zahrah al-Tafasir karya Muhammad Abu Zahrah, Tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh-Rasyid Ridha. Tidak ketinggalan, al-Baz juga merujuk pada beberapa kitab tafsir induk seperti Tafsir al-Tabari, Tafsir al-Qurthubi, dan Tafsir Ibnu Kathir.
Kehadiran Al-Tafsir Al-Tarbawi li Al-Qur’an Al-Karim milik al-Baz ini nyata telah memberikan kontribusi dalam pengayaan khazanah tafsir Al-Quran, khususnya tafsir yang secara khusus memberikan perhatian pada nilai-nilai pendidikan dalam setiap ayat Al-Quran. Tafsir ini sangat recommended baik sebagai bacaan ataupun referensi bagi para akademisi yang sedang menggeluti Tafsir Tarbawi. Wallahu a’lam []