BerandaTafsir TematikAllahumma dan Yaa Rabbana dalam Al Quran, Samakah maknanya?

Allahumma dan Yaa Rabbana dalam Al Quran, Samakah maknanya?

Kita sering menemukan redaksi doa dalam Al Quran. Di antaranya ada yang menggunakan redaksi Allahumma dan Yaa Rabbana seperti pada keterangan dalam beberapa ayat  diantaranya QS. Ali ‘Imran [3]:26.

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Al-Maidah [5]:114

قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama”.

Yunus [10]:10

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Doa mereka didalamnya (Maha Suci Engkau Yaa Allah, sapaan penghormatan antar mereka adalah salam dan mereka menutip doa mereka dengan memuji Tuhan seru sekalian alam”.

Baca juga: Mengulik Makna Silaturahim dan Manfaatnya

Para pakar bahasa menyatakan bahwa kata Allahumma terdiri dari kata Allah yang disertai dengan mim berganda sehingga gabungannya adalah Allahumma. Huruf mim tersebut berfungsi sebagai pengganti kata yaa yang berarti “wahai”. Kendati demikian, istilah Allahumma diartikan sebagai “wahai Allah”. Hal tersebut selaras dengan pendapat seorang  Mufassir Al Quran, Imam al-Baghawi dalam tafsirnya, Ma’alimut Tanzil.

Imam al-Baghawi berkata:

 وقد قال البغوي في التفسير : قل: اللهم  قيل : معناه يالله فلما حذف حرف النداء زيد الميم في آخره ، وقال قوم : للميم فيه معنى ، ومعناها ياالله أمنا بخير أي : اقصدنا.

“Imam al-Baghawi berkata dalam tafsirnya; kata Allahumma diartikan sama dengan kata Yaa Allah, ketika dibuang huruf Nida (panggilan) maka ditambahkanlah huruf mim di akhir kata tersebut. Ada sekelompok yang mengatakan ‘kata mim disini memiliki makna (yaa Allah jagalah kami dengan segala kebaikan)”.

Baca juga: Mubarak Atau Mabruk, Manakah yang Lebih Pas?

Menyelami makna Yaa Rabbana dan Rabbana

Selain redaksi Allahumma diatas, ada juga redaksi Rabbana atau menambahkan kata Yaa sebelumnya, sehingga menjadi Yaa Rabbana. Seperti halnya dalam QS. Al-Baqarah [2]:201, redaksi ayat doa yang tidak menggunakan kata yaa.

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Dan diantara mereka berkata, wahai Tuhan kami berikanlah kebaikan bagi kami di dunia dan di akhirat, dan jauhkanlah aku dari siksa neraka”.

Ayat  Al Quran yang telah dikemukakan diatas jelas tidak menggunakan kata yaa didalamnya. Ia disebutkan dengan langsung menggunakan kata Rabbana. Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Kosakata Keagamaan, hal ini disebabkan karena yaa mengesankan panggilan kepada yang jauh. Sedangkan, berdoa adalah suatu hal yang perlu meyakinkan kedekatan antara si pendoa dengan Tuhan.

Sederhananya, seseorang yang berdoa sedang mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan begitu, kiranya tidak perlu menggunakan suara yang keras ketika berdoa, karena Allah Maha Mendengar. Innallaha Sami’un Basyir.

Penulis menemukan dua ayat dalam  Al Quran yang menggunakan kata yaa diantaranya:

  • Al-Furqan [25]:30

وَقَالَ الرَّسُولُ يَارَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا

“Dan Rasul (Muhammad) berkata ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Quran ini diabaikan”.

  • Az-Zukhruf [43]:88

وَقِيلِهِ يَارَبِّ إِنَّ هَؤُلَاءِ قَوْمٌ لَا يُؤْمِنُونَ

“Dan (Allah mengetahui) ucapannya (Muhammad), ‘Ya Tuhanku,sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman”.

Menurut Quraish Shihab, kedua doa atau keluhan ini disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW ketika berada di tengah umatnya yang durhaka mempersatukan Allah dan mengabaikan tuntunan Al Quran. Quraish Shihab pun melanjutkan bahwa kedua ayat diatas menggunakan kata “yaa” dan mengisyaratkan bahwa orang yang mempersatukan Allah dan meninggalkan tuntunan Al Quran pasti ia akan jauh dari rahmat Allah. Namun, hal yang perlu diketahui bahwa Rasulullah memiliki rasa kasih sayang yang tinggi dan selalu ingin dekat dengan umatnya.

Lantas, redaksi mana yang lebih diutamakan, menggunakan Allahumma atau Yaa Rabbana?

Quraish Shihab menyatakan bahwa keduanya sama-sama utama dan memiliki keistimewaan.

Baca juga: Doa Al-Quran: Doa Agar Diringankan Dari Beban Kehidupan

Berikut dua keistimewaan yang sama-sama dimiliki oleh kedua istilah diatas

  1. Redaksi Allahumma menggambarkan seseorang yang mengajukan harapan kepada Tuhan yang menyandang aneka sifat kesempurnaan yang tentunya sangat berdampak kepada makhluk. Misalnya, Tuhan memiliki sifat Maha Pengasih, Pemberi Rezeki. Pun hal yang tidak berdampak kepada makhluk seperti kesucian atau keindahan (Jamal).
  2. Dengan redaksi Yaa Rabbana, atau Rabbi, istilah ini lebih ditekankan kepada sifat-sifat Tuhan yang berdampak pada manusia seperti sifatNya yang Maha Kasih, Maha Pemaaf, dan lain-lain. Wallohu a’lamu bi Muradihi.
Rifa Tsamrotus Saadah
Rifa Tsamrotus Saadah
Aktif kajian islamic studies, alumni Uin Syarif Hidayatullah Jakarta dan pernah mengenyam kajian seputar Hadis di Darussunah International Institute For Hadith Sciences.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...