BerandaTafsir TematikAmal Saleh yang Ternilai Sia-sia di Akhirat

Amal Saleh yang Ternilai Sia-sia di Akhirat

Manusia selama hidup di dunia ditugaskan untuk memperbanyak amal saleh menuju kehidupan berikutnya yang abadi, yakni akhirat. Atau, secara garis besar, amal saleh sering dianggap sebagai tiket menuju keselamatan di akhirat kelak. Manusia beriman berbondong-bondong memperbanyak amal saleh sebagai bentuk ketaatan kepada Rabb-nya dengan harapan memperoleh balasan dari-Nya.

Akan tetapi, perlu diketahui bahwasanya tidak semua amal saleh mampu membawa kebaikan di akhirat, namun hanya diperoleh di dunia saja. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Hud ayat 15 berikut.

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ

Siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan kepada mereka (balasan) perbuatan mereka di dalamnya dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.

Baca Juga: Amalan Mempermudah Melewati Sakratulmaut

Ayat ini menggambarkan bahwa orang-orang yang hanya menginginkan kenikmatan dunia melalui amal-amal mereka akan mendapatkan balasan dari Allah di dunia dengan sempurna, namun amal-amal tersebut tidak akan membawa manfaat di akhirat.

Berkenaan ayat di atas, Abu Ja’far mengomentari bahwa barangsiapa yang melakukan amal hanya demi memenuhi keinginan dunia dan perhiasannya, maka Allah akan memberikan balasan perbuatan mereka selama di dunia. Mereka tidak akan dikurangi balasannya, tetapi mereka akan mendapatkan balasan amal mereka sepenuhnya di dunia [Tafsīr al-abarī Jāmi’ al-Bayān, 15/262]. Hal ini menggiring artian bahwa amal yang dilakukan semata-mata di dunia akan dibalas di dunia, namun tidak akan memberikan manfaat di akhirat.

Sebagai misal, apabila seseorang melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, seperti salat tahajud, puasa senin-kamis, dan sebagainya, yang ditujukan sebagai wujud pengharapan kepada-Nya untuk meraih keinginan dunianya, maka dunia memang akan ia peroleh atas kehendak takdir dari-Nya. Namun disayangkan, di akhirat kelak ia akan merugi sebab tujuan ibadahnya hanya demi dunia semata.

Akan tetapi, apabila seseorang beramal dengan ikhlas semata-mata hanya untuk mengharap ridha-Nya, di akhirat kelak akan memperoleh balasan yang berlipat ganda. Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Syura ayat 20 berikut.

Baca Juga: Tafsir Surah Al-Muminun ayat 51: Perihal Makanan dan Amal Saleh

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ

Siapa yang menghendaki balasan di akhirat, akan Kami tambahkan balasan itu baginya. Siapa yang menghendaki balasan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian darinya (balasan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian sedikit pun di akhirat.

Rasyid Ridha dalam tafsrinya mengutarakan bahwa amal yang dilakukan manusia meski hanya untuk kesenangan dunia semata, Allah tidak akan mengurangi sedikit-pun dari hasil usaha mereka. Meskipun mereka kafir sekalipun. Sebab, di dunia ini, rezeki bergantung pada usaha dan kerja, bukan pada niat dan tujuan agama.

Tidak sekadar demikian, petunjuk ajaran agama memiliki pengaruh dalam kehidupan dunia, seperti bersikap amanah, keteguhan, kejujuran, nasihat yang baik, menjauhi pengkhianatan, kebohongan, dan penipuan, serta sifat-sifat lain seperti kesabaran dan kerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Bagi orang yang mengamalkan petunjuk tersebut, mereka akan mengalami progres yang sehat kinerjanya di dunia [Tafsīr al-Munīr, 12/41].

Baca Juga: Murtad Dapat Menghapus Amal Perbuatan

Dalam Tafsir al-Maraghi, diungkapkan bahwa balasan atas amal di dunia bergantung pada dua faktor, yaitu usaha manusia dan ketetapan Allah serta takdir-Nya atas usaha tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam konteks duniawi, hasil dari amal sering kali berhubungan dengan upaya yang dikerahkan oleh manusia serta bagaimana Allah menetapkan hasil dari upaya tersebut. Namun, balasan di akhirat sepenuhnya merupakan kehendak Allah yang didasarkan pada amal yang dilakukan dengan niat untuk mendapatkan ridha-Nya, tanpa perantara siapa pun [Tafsīr al-Maraghī, 12/16].

Penutup

Amal saleh yang dilakukan tanpa niat untuk akhirat hanya akan mendatangkan balasan di dunia saja. Maka, penting bagi kita sebagai manusia supaya beramal ikhlas hanya untuk meraih ridha-Nya, demi meraih balasan di akhirat kelak. Tanpa niat yang benar, amal tersebut akan sia-sia di akhirat meskipun membawa manfaat di dunia. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk senantiasa memperbaiki niat dalam setiap amal yang dikerjakan agar tidak hanya memperoleh balasan di dunia, tetapi juga di akhirat.

Wallāhu A’lamu.

Fatia Salma Fiddaroyni
Fatia Salma Fiddaroyni
Alumni jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri; santri PP. Al-Amien, Ngasinan, Kediri.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Sikap al-Qurṭubī Terhadap Riwayat Isrāīliyyāt

0
Tema tentang Isrāīliyyāt ini sangat penting untuk dibahas, karena banyaknya riwayat-riwayat Isrāīliyyāt dalam beberapa kitab tafsir. Hal ini perlu dikaji secara kritis karena riwayat ...