BerandaTafsir TematikAnalisis Semantik Makna Kata Hubb dan Derivasinya dalam Al-Qur’an

Analisis Semantik Makna Kata Hubb dan Derivasinya dalam Al-Qur’an

Berbicara mengenai cinta tentu bukan lagi menjadi hal yang tabu bagi setiap insan di dunia. Cinta menjadi topik yang tak pernah usai dan selalu hangat diperbincangkan. Kata cinta sangat berkaitan erat di segala aspek kehidupan manusia, baik secara biologis, sosial maupun teologis. Cinta adalah kunci kebahagiaan dalam dua kehidupan (dunia dan akhirat), serta Al-Qur’an adalah jalan menuju kebahagiaan ini dan pedoman bagi mereka yang mencarinya. Cinta dapat didefinisikan sebagai kecenderungan menuju keindahan dan merasa senang karenanya. Namun, dari segala makna cinta apakah kita sudah paham betul akan makna sesungguhnya? Lantas, bagaimanakah makna kata hubb (cinta) dalam Al-Qur’an?

Di dalam Al-Qur’an, cinta seringkali diistilahkan dengan kata Al-Hubb (الحب). Akar katanya ialah ahabba-yuhibbu-mahabbatan أَحَبَّ – يُحِبُّ –مَحَبَّةً yang berarti suka, cinta, senang, mencintai secara mendalam (enggan kehilangan apa yang disukainya/dicintainya). Hubb juga sering diartikan dengan cinta yang memiliki ketertarikan yang kuat terhadap sesuatu. Menurut al-Qusyairi, dikutip dari kitab Al-Kasyfu wal Bayan, menjelaskan bahwa cinta adalah suatu hal yang mulia. Allah Sang Maha Cinta yang menyaksikan cinta hamba-Nya dan Allah pun memberitahukan cinta-Nya kepada hamba itu. Allah menerangkan bahwa Dia mencintainya, demikian pula hamba itu menerangkan cintanya kepada Allah.

Kata Al-Hubb (الحب) dalam al-Qur’an berkembang dengan berbagai bentuk derivasinya, di antaranya ialah yang terdapat dalam kitab al-Mufradati fi Gharib al-Qur’an yakni hibbu (حِبّ) berarti orang yang bergembira atas cintanya, habab (حَبَب) berarti gigi yang tersusun rapi sebagai perumpaan cinta, istihbab (استحباب) berarti mencari dan memilih seseorang dengan melihat hal yang bisa mengantarkan pada rasa cintanya, hubab (حُباب) berarti gelombang air.

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan makna cinta sebagai prinsip dasar dalam perjalanan menuju Allah. Setiap keadaan yang dialami oleh pejalan itu adalah tingkatan-tingkatan dalam mencintai-Nya. Dan cinta tidak bisa hancur selama ia digunakan untuk menelusuri perjalanan menuju Sang Maha Cinta. Cinta terhadap sesuatu itu sifatnya beragam. Ada cinta yang cepat datangnya, namun cepat pula bosannya. Ada pula yang lambat datangnya, lambat pula layunya. Dan ada juga cinta yang datangnya cepat dan layunya lambat juga. Tapi yang terbaik diantara semua itu ialah cinta yang datang dengan cepat dan bertahan sampai kapanpun. Itulah cinta yang selalu disandarkan kepada Allah.

Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tidak harus dipertentangkan dengan cinta kepada dunia. Bisa saja seseorang itu cinta kepada-Nya dengan bukti selalu taat dengan perintah-Nya dan menjauhi apa yang Ia larang. Namun di saat yang bersamaan ia terus bekerja keras, berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan kemewahan dunia yang ia butuhkan, tentu dengan jalan yang di-ridhoi Allah. Dan mencintai seperti ini pun adalah naluri manusia itu sendiri. Selama dalam proses pencariannya tidak menyalahi aturan Allah, maka hal ini sama sekali tidak merusak citra cintanya kepada Allah.

Baca juga: Surah al-Baqarah Ayat 216, Cinta dan Benci sebagai Sifat Manusia

Ragam Makna Hubb dalam Al-Qur’an

Secara keseluruhan, istilah hubb sering diartikan dengan cinta.  Namun dalam tulisan ini penulis mengutip beberapa pendapat makna kata Hubb dari al-Raghib al-Ashfahani dalam kitab al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an yakni:

  1. Hubb bermakna lebih dari sekadar kehendak atau keinginan, sesuai dalam  firman Allah Swt:

يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُوٓاْ ءَابَآءَكُمۡ وَإِخۡوَٲنَكُمۡ أَوۡلِيَآءَ إِنِ ٱسۡتَحَبُّواْ ٱلۡڪُفۡرَ عَلَى ٱلۡإِيمَـٰنِ‌ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. At-Taubah [9]:23).

Kata Hubb pada ayat di atas memuat makna lebih dari sekadar keinginan. Ketika mencintai memang benar disebut keinginan, namun beda halnya setiap keinginan bukan berarti cinta. Al-Thabari dalam kitab Jami’u al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an menerangkan إِنِ ٱسۡتَحَبُّواْ ٱلۡڪُفۡرَ bermakna memilih kekufuran dengan membenarkan dan mengakuinya. Senada dengan itu, Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan pula dengan kata mengutamakan. Lanjutnya, kata istahabbu mengandung makna adanya cinta terhadap sesuatu atas dasar pemaksaan. Dengan artian makna kecintaan pada kekufuran lahir dari pemaksaan.

2. Hubb bermakna rasa suka yang melalaikan, sesuai firman Allah Swt:

فَقَالَ إِنِّىٓ أَحۡبَبۡتُ حُبَّ ٱلۡخَيۡرِ عَن ذِكۡرِ رَبِّى حَتَّىٰ تَوَارَتۡ بِٱلۡحِجَابِ

Artinya: “Maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik [kuda] sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”. (QS. Shad [23]: 32).

Ayat diatas menceritakan betapa Nabi Sulaiman sangat senang menyaksikan kuda-kuda yang bagus, tenang dan tangkas. Dalam Tafsir al-Jalalain, Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti menafsirkan ayat ini dengan bersenang-senang terhadap barang yang baik berupa kuda, hingga lupa untuk berdzikir kepada Rabb-Nya (melakukan salat ashar) sehingga tertutuplah matahari, artinya matahari itu tenggelam. Inilah yang disebut sebagai rasa suka yang melalaikan hingga membuat Nabi Sulaiman lalai kepada Allah Swt.

3. Hubb bermakna menyukai orang yang taat, sesuai dalam firman Allah Swt:

فَبِمَا رَحۡمَةٍ۬ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡ‌ۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَ‌ۖ فَٱعۡفُ عَنۡمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِى ٱلۡأَمۡرِ‌ۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran [3]: 159).

Baca juga: Tafsir At-Taubah 128; Potret Cinta Nabi Muhammad Saw pada Umatnya

4. Hubb bermakna keimanan, sesuai dalam firman Allah Swt:

وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ فِيكُمۡ رَسُولَ ٱللَّهِ‌ۚ لَوۡ يُطِيعُكُمۡ فِى كَثِيرٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ لَعَنِتُّمۡ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡإِيمَـٰنَ وَزَيَّنَهُ ۥ فِى قُلُوبِكُمۡ وَكَرَّهَ إِلَيۡكُمُ ٱلۡكُفۡرَ وَٱلۡفُسُوقَ وَٱلۡعِصۡيَانَ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلرَّٲشِدُونَ

Artinya: Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan, benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (QS. Al-Hujurat [49]: 7).

Kata habbaba berarti cinta (menggambarkan kesenangan terhadap sesuatu terlepas baik buruknya sesuatu itu). Namun yang dijadikan cinta kepada orang-orang beriman yaitu keimanan, sedang yang dibenci olehnya ada tiga, yaitu al-kufr (kekafiran), al-fusuq (kefasikan) dan al-isyyaan (kemaksiatan). Ini karena iman tersusun dari tiga unsur, yakni pembenaran hati, ucapan dengan lidah dan pengalaman dengan anggota tubuh. Wallahua’lam.

Baca juga: Kata al-Mahabbah (Cinta) dan Persaudaraan Universal dalam Al-Quran

Dinda Duha Chairunnisa
Dinda Duha Chairunnisa
Mahasiswi S1 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU